Pendidikan

Menurut Kiai Hasyim Asyari, 10 Hal Ini Wajib Dilakukan Pelajar Jika Ingin Sukses 

Jumat, 03 Februari 2023 - 14:21 | 114.83k
Pendiri NU Kiai Hasyim Asy'ari. (FOTO: Dok Tebuireng Online)
Pendiri NU Kiai Hasyim Asy'ari. (FOTO: Dok Tebuireng Online)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Kiai Hasyim Asyari memberikan kiat bagi para pelajar agar menjadi seorang yang sukses di masa depan nanti.

Dalam buku berjudul: Hasyim Asy'ari, Moderasi, Keumatan, dan Kebangsaan, karya Zuhairi Misrawi menulis, Kiai Hasyim menulis 10 hal penting perihal moralitas yang harus dipedomani oleh seorang pelajar.

Pertama, seorang pembelajar harus membersihkan hati dari segala keburukan, dengki, dan akhlak yang buruk. Moralitas seperti ini diperlukan karena menuntut ilmu tidaklah mudah. Faktanya, tidak sedikit dari mereka yang putus sekolah di tengah jalan karena tidak mempunyai kesiapan lahir dan batin untuk mengarungi samudera ilmu. 

"Moralitas tersebut, menurut Kiai Hasyim, dapat menjadi jembatan untuk memudahkan seorang pembelajar mendapatkan ilmu secara detail dan memahami kemuskilan yang didapatkan selama mencari ilmu," katanya Zuhairi Misrawi dikutip TIMES Indonesia, Jumat (3/2/2022).

Kedua, seorang pembelajar harus mempunyai niat yang tulus dalam mencari ilmu, terutama dalam rangka mengharap rida Tuhan, membangkitkan syariat, mence- rahkan hati, menghiasi batin, dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Mencari ilmu tidak dalam rangka menaikkan pangkat jabatan, memperkaya diri, dan mengharap pujian dari manusia.

Dalam hal ini, yang menonjol bagi seorang pembelajar adalah pendidikan moral asketis sejak dini. Pendidikan adalah hak setiap insan, yang harus mampu membentuk mata rantai peradaban. Orang yang berilmu harus mengajarkan orang yang tidak berilmu atau bodoh. 

"Semuanya itu dalam rangka menjaga keseimbangan dalam hidup. Alangkah indahnya dunia ini jika dipenuhi oleh orang-orang yang berilmu sehingga tidak akan ada lagi kebencian dan konflik yang disebabkan kebodohan," jelasnya.

Salah satu kunci untuk membentuk lingkungan yang senantiasa terdorong untuk belajar adalah menjadikan pembelajaran sebagai sebuah hak setiap orang, yang dijamin oleh Tuhan. 

"Sebab, hanya dengan cara begitu dunia akan berada dalam keseimbangan karena diisi oleh orang-orang yang berilmu. Bahkan, di dalam Alquran disebutkan, yang membedakan manusia dengan makhluk- makhluk lain adalah karena manusia dikaruniai ilmu sehingga setiap orang dapat menjadi khalifah di muka bumi," katanya.

Ketiga, menurut Kiai Hasyim Asy'ari, seorang pembelajar hendaknya mengisi masa mudanya dengan ilmu sebanyak-banyaknya. Setiap pelajar harus mempunyai keinginan kuat untuk mengisi hari-harinya dengan ilmu untuk bekal masa depan dari pada hanya sekadar bermimpi dan berangan-angan kosong. "Jika terdapat hal-hal yang dapat merintangi dirinya dalam menambah ilmu, rintangan tersebut harus dihadapi dengan saksama," jelasnya.

Dalam hal ini, setiap orang diharapkan dapat menuntut ilmu sejak muda sehingga tatkala tumbuh dewasa sudah mempunyai bekal ilmu yang banyak. Sebab, ilmu adalah bekal yang baik untuk masa depan yang lebih baik, baik di dunia maupun di akhirat. Semakin dini seseorang menuntut ilmu, akan semakin banyak pengetahuan dan wawasan yang akan dikuasainya.

Dalam poin ini, ide dasarnya adalah mengisi waktu dengan ilmu sebanyak-banyaknya. Sebab, anak muda merupakan kader masa depan, mereka akan melanjutkan tonggak peradaban ilmu yang sudah diletakkan oleh para ulama terdahulu. 

"Jika muncul kritik bahwa ulama sekarang tidak lebih berkualitas daripada ulama-ulama masa lalu, hal tersebut harus menjadi pemacu semangat kalangan muda agar menuntut ilmu lebih giat dan gigih lagi untuk kemajuan umat di masa mendatang," katanya.

Keempat, seorang pelajar sejatinya harus menerima keadaan yang serba penuh dengan keterbatasan, seperti makanan dan pakaian, serta meningkatkan kesabaran selama belajar. 

Hal itu akan menjadi pembelajaran tersendiri karena yang ditonjolkan bukanlah penampilan, melainkan kualitas ilmu. Bahkan, kesediaan untuk menerima keadaan yang serba apa adanya dan tidak mewah merupakan sumber dari ilmu dan kearifan.

Kelima, menurut Kiai Hasyim, seorang pelajar harus menata dan membagi waktu dengan sebaik-baiknya. Di dalam Al Quran disebutkan:

"Demi waktu. Sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan ber- amal shaleh, serta menasihati dalam kebajikan dan kesabaran" (QS. al-Ashr [103]: 1-4). 

Waktu mempunyai kedudukan yang penting dalam Islam karena akan menentukan kualitas umat. Jika mampu menggunakan waktu dengan efektif dan efisien, akan lahir karya-karya umat yang membanggakan.

"Menurut Kiai Hasyim, waktu yang baik digunakan untuk menghafal adalah tengah malam. Pagi hari sangat baik untuk digunakan sebagai kajian. Siang hari untuk menulis. Malam hari untuk membaca dan menelaah. Di samping itu, sebisa mungkin dapat dicari tempat yang nyaman untuk belajar," jelas pria asal Sumenep, Madura, Jawa Timur tersebut.

Keenam, seorang pelajar harus bisa mengatur makanan dan minuman. Perut yang kenyang biasanya dapat mengganggu proses pembelajaran. Menurut Kiai Hasyim, banyak makan yang menyebabkan kekenyangan dapat mengganggu ibadah dan pembelajaran. 

"Sementara orang yang makan secukupnya sesuai dengan kebutuhan badan cenderung segar bugar dan selamat dari berbagai penyakit. Para ulama di masa lalu sudah menerapkan pola makan seperti ini dalam rangka menjaga kondisi tubuh agar selalu fit dalam rangka menerima ilmu pengetahuan," katanya.

Ketujuh, seorang pembelajar sejatinya menampakkan sikap asketis dan penuh kehati-hatian. Hendaknya makan, minum, dan berpakaian dari barang yang dihasilkan dengan cara-cara halal sehingga hatinya senantiasa tercerahkan dan siap menerima ilmu. 

Sikap seperti ini harus diambil oleh seorang pembelajar agar menjiwai hakikat ilmu yang sedang ditekuninya. Pembelajaran seperti ini akan membentuk sebuah karakter yang kuat agar ilmunya kelak digunakan untuk tujuan yang mulia.

"Tidak seperti fenomena yang muncul belakangan ini tatkala ilmu digunakan untuk hal-hal yang destruktif. Ilmu dipelajari untuk menistakan orang lain. Oleh karena itu, ilmu harus dipahami sebagai jalan untuk memuliakan manusia, bukan untuk melanggar kemanusiaan," katanya.

Kedelapan, seorang pelajar mesti memperhatikan makanan yang dapat menyebabkan lamban dalam berpikir dan malas. Makanan tersebut antara lain buah apel yang kecut, cuka, dan kacang buncis. Makanan-makanan ini dapat menyebabkan seseorang telat dalam berpikir dan imajinasinya melemah.

Kesembilan, seorang pelajar mesti mengatur ritme tidur. Dalam sehari-semalam, seorang pelajar tidak boleh tidur lebih dari delapan jam. Diperkenankan tidur kurang dari waktu tersebut sejauh tidak mengganggu kenya- manan dan kesehatan tubuhnya. 

"Tidur merupakan sesuatu yang vital bagi seorang pelajar dalam menghasil- kan ilmu yang betul-betul berkualitas. Tidur terlalu sedikit tidak cocok bagi tubuh, sebagaimana tidur terlalu lama akan menyebabkan lahirnya kemalasan," ucapnya.

Lalu kesepuluh, seorang pelajar harus meninggalkan pergaulan yang tidak bermanfaat. Sebab, pada umumnya pergaulan dapat menyebabkan hilangnya waktu secara sia-sia, di mana usia berlalu begitu saja. Seorang pelajar sejatinya dapat memilih teman pergaulan yang tepat, yang justru dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya.

"Menurut Kiai Hasyim, memilih teman dalam bergaul, seorang pelajar harus memilih teman yang religius, tak- wa, asketis, bermoral, suka kebajikan, dan berperangai baik. Jika Anda lupa, ia akan mengingatkan. Jika ingat, ia menolongnya," ujar Zuhairi Misrawi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES