
TIMESINDONESIA, MALANG – Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Brawijaya (UB) menggelar seminar nasional bertema Membedah Sektor Perikanan dan Kelautan untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional Menuju Indonesia Maju 2045, Rabu (24/5/2023).
Berlokasi di Gedung Samantha Krida UB, seminar nasional tersebut menghadirkan narasumber yang ahli sebagai pemateri. Para narasumber tersebut terdiri dari Kepala Pusat Riset Perikanan dari Kementerian Perikanan dan Kelautan Yayan Hikmayani, S.PI., M.SI.; Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UB Prof. Dr. Sc. Asep Awaludin Prihanto, S.Pi.; Mahasiswa berprestasi FPIK UB 2022 Rhobithotus Mufidah; Sekjen Himapikani Jan Tuheteru, dan mahasiswa dari Malaysia Norisman Zahid.
Advertisement
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kewirausahaan Mahasiswa UB Dr. Setiawan Noerdajasakti, SH., MH mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan potensi perikanan yang besar, kekayaan Indonesia seperti yang digambarkan dalam syair Koes plus yaitu kolam susu. "Oleh karena itu optimislah dengan prospek perikanan di Indonesia, mari kita pelihara kekayaan kita seperti yang tadi telah dipantunkan (lagu Kolam susu) dalam syair yang indah," ucapnya.
Setiawan mengatakan, potensi yang dimiliki negara Indonesia dalam sektor perikanan dan kelautan sudah seharusnya dapat dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal. Ini perlu dilakukan untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan nasional yang dicanangkan terwujud pada 2045 nanti. Setiap wilayah di Indonesia dengan pemaksimalan potensi tersebut dapat turut berkontribusi bagi Ekspor komoditas perikanan di Indonesia.
Sekretaris divisi kelautan dan perikanan jatim Evy Afianasari, ST, MMA menambahkan, Provinsi Jawa Timur memiliki potensi dari sektor kelautan dan perikanan, baik dari segi geografis, SDA serta sarana dan prasarana.
Hal ini membuat Jawa Timur menjadi provinsi dengan produksi perikanan tangkap tertinggi secara nasional, sebesar 598 ribu ton dan produksi budidaya ikan sebesar 1 juta 300 ribu ton dengan tren produksi yang meningkat setiap tahun nya,” ungkap .
“Kedua produksi tersebut berkontribusi terhadap volume ekspor komoditas perikanan jawa Timur dengan capaian yang tertinggi secara nasional,” imbuhnya.
Sedangkan Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UB Prof. Dr. Sc. Asep Awaludin Prihanto, S.Pi, mengatakan komoditas ekspor hasil perikanan yang paling tinggi di Indonesia adalah udang. Akan tetapi masih kalah dari negara Vietnam, India, dan China. Hal tersebut dipengaruhi faktor pakan serta lingkungan hidup udang itu sendiri.
“Selain pada permasalahan tersebut, tingkat konsumsi ikan di Indonesia masih terbilang rendah dengan hanya mencapai 55,37% per 2021. Padahal ikan memiliki banyak manfaat bagi kecerdasan maupun kesehatan, seperti dapat meningkatkan IQ, meningkatkan kecerdasan dan juga menghindari penyakit,” tandasnya.
Asep menekankan, pengoptimalan dalam pemanfaatan ikan harus dapat dilakukan. Sektor perikanan dan kelautan dengan potensi yang tinggi di Indonesia menjadi sumber daya yang penting untuk disadari dan mendapat perhatian penuh dari setiap kalangan, baik Pemerintah maupun masyarakat. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |