Pameran Apropriasi Tampikan Karya Tugas Akhir Mahasiswa FIB Universitas Brawijaya

TIMESINDONESIA, MALANG – Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya menyelenggarakan pameran seni lukis yang unik dan penuh makna dengan tema "Apropriasi". Pameran ini berlangsung dari tanggal 19 hingga 25 Juni 2024 di Galeri SAC FIB UB.
Apropriasi dalam istilah seni merujuk pada proses mengadopsi, menyesuaikan, atau menggabungkan elemen-elemen dari karya seni atau budaya yang berbeda ke dalam karya baru.
Advertisement
Dalam konteks seni lukis, apropriasi sering digunakan oleh seniman untuk mengeksplorasi berbagai bentuk ekspresi dan memberikan makna baru pada objek atau simbol yang sudah ada.
Pameran ini menampilkan karya-karya dari para mahasiswa jurusan Seni Rupa Fakultas Ilmu Budaya. Pameran ini sebagai pemenuhan tugas akhir mereka pada mata kuliah Seni Lukis Apropriasi dan sudah dipamerkan sejak tanggal 19 juni hingga 21 juni 2022.
Setidaknya ada 22 karya seni yang dipamerkan. Namun karya karya tersebut tidak hanya dipamerkan, para peserta pun turut melelang karya seninya tesebut.
Lukisan “Prokrastinasi” karya Juliarti Syerli Pratiwi di Pameran Seni Lukis Apropriasi, Galeri SAC FIB, Universitas Brawijaya. Malang. (FOTO: Vivid Salsabila/TIMES Indonesia).
Dalam pameran tersebut terdapat banyak sekali karya karya yang menarik, namun ada satu karya seni yang tidak hanya menarik namun juga unik yakni karya dengan judul “Prokastinasi” karya dari Juliarti Syerli Pratiwi.
Lukisan tersebut menggambarkan satu kelompok yang sedang berkumpul dalam satu meja dengan meja yang penuh dengan buku, namun ada satu orang yang diilustrasikan dengan sosok yang bermalas malasan.
Hal tersebut dapat dilihat didalam karya “prokastinasi”, hal ini juga diperkuat oleh Juliarti Syerli Pratiwi sang pemilik lukisan. “Saya membuat lukisan tersebut dengan tema prokastinasi yang memiliki makna bahwa jika ada hari esok, mengapa harus mengerjakan sekarang,” ujarnya. “Lukisan ini terinspirasi dari pengalam pribadi saya,” tambahnya lagi.
Syerli, begitu ia sering disapa, mengatakan bahwa lukisan tersebut mengapropriasi karya milik Jacques Louis yang berjudul “Death of Marat” yang kemudian dikolaborasikan dengan beberapa objek baru namun tetap menjaga keasliannya.
Salah satu tambahan objek dalam lukisan tersebut berupa tumpukan buku di depan tokoh utama, yang melambangkan banyakya tugas yang menumpuk.
Selain itu, terdapat dua sosok figur manusia, yaitu lelaki dan perempuan, yang berfungsi sebagai perbandingan antara individu yang pemalas dan suka menunda-nunda tugas dengan individu yang rajin dan patut dicontoh.
“Di dalam lukisan tersebut saya juga mengilustrasikan sebuah kelompok yang terdiri dari tiga orang, dimana salah satu sosok saya ilustrasikan seperti sedang bermalas malasan dan tidak memberi kontribusi kepada kelompoknya” ujar Syerli.
“Kemudian sosok yang lain saya ilustrasikan sebagai seorang wanita yang matanya terlihat melirik dengan emosi kepada sosok pemalas ini sebagai perwujudan bahwa ia merasa terbebani,” tambahnya.
Dalam lukisan tersebut juga terdapat sebuah papan proyektor yang kosong. Menurut Syerli hal tersebut memberikan makna bahwa tidak ada materi yang siap dipresentasikan, menggambarkan dampak dari prokrastinasi.
Melalui karya ini, pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa prokrastinasi tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga dapat merugikan orang lain, terutama dalam konteks kerja kelompok atau kolaboratif. (*)
Pewarta: Vivid Salsabila
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |