Pendidikan

Mahasiswa Politeknik Negeri Malang Kembangkan Mesin Pencacah Sampah Plastik

Jumat, 05 Juli 2024 - 17:21 | 29.05k
Mesin Pencacah Sampah buatan mahasiswa Teknik Mesin Politeknik Negeri Malang. (FOTO: M. Ade Nur Alfian/TIMES Indonesia)
Mesin Pencacah Sampah buatan mahasiswa Teknik Mesin Politeknik Negeri Malang. (FOTO: M. Ade Nur Alfian/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Baktiar Fuadi, mahasiswa Teknik Mesin Politeknik Negeri Malang (Polinema) mengembangkan alat pencacah sampah plastik dengan bahan-bahan dan alat yang ekonomis dan praktis.

Masalah sampah plastik memang menjadi isu yang tidak dapat terselesaikan hingga saat ini. Di Indonesia, hampir seluruh masyarakat menggunakan plastik untuk kebutuhan mereka dan jumlah peminatnya yang tinggi menyebabkan penumpukan yang berlebihan. 

Advertisement

"Sampah plastik diketahui masa penguraiannya memakan waktu hingga 100 tahun. Penumpukan tersebut menyebabkan polusi dan merusak ekosistem, alat ini diharapkan bisa meminimalisir penumpukan sampah, khususnya sampah plastik," ucapnya kepada TIMES Indonesia, Kamis (4/7/2024).

Mesin pencacah plastik ini memiliki spesifikasi seperti enam pisau potong, terdiri dari dua pisau statis dan empat pisau dinamis yang dijalankan oleh mesin berbahan bakar bensin bertipe pertalite. 

Dalam penelitiannya, Baktiar menerapkan teknologi hardfacing pada pisau potong untuk meningkatkan ketahanannya. Alat ini diuji kinerja mesinnya dengan memodifikasi sudut kemiringan posisi mata pisau, yaitu 2°, 4°, dan 6°. Pengujian ini melibatkan pengukuran konsumsi bahan bakar dan kapasitas pencacahan mesin.

Mesin pencacah plastik ini menggunakan alat feeler gauge untuk mengukur celah antar mata pisau, busur derajat untuk menyetel sudut kemiringan pisau, tachometer untuk mengukur kecepatan rotasi pisau. 

Selain itu, terdapat alat pendukung seperti stopwatch untuk mengukur waktu pencacahan, dan gelas pengukur untuk menentukan jumlah bahan bakar yang dibutuhkan.

Pengujian menggunakan sampah plastik bertipe gelas plastik Polyethylene Terephthalate(PET). Hasilnya, pada sudut 6°, mesin mencapai kapasitas pencacahan tertinggi sebesar 6,06 kg/jam dengan konsumsi bahan bakar 0,71 l/jam. 

Sebaliknya, pada sudut 2°, kapasitas pencacahan terendah tercatat sebesar 5,16 kg/jam dengan konsumsi bahan bakar 0,57 l/jam. 

Data ini menunjukkan bahwa semakin besar sudut kemiringan pisau, semakin tinggi kapasitas pencacahan dan konsumsi bahan bakarnya.

Mesin ini tidak hanya menghasilkan data empiris yang berguna untuk pencacahan plastik saja, melainkan juga memberikan wawasan penting tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keefisienannya. 

Mesin pencacah sampah plastik ini menawarkan solusi praktis dan ekonomis untuk masalah sampah plastik. Baktiar Fuadi berharap mesin pencacah plastik ini dapat diadopsi secara luas dan berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Keberhasilan penelitian ini juga menunjukkan potensi besar yang dimiliki oleh mahasiswa Politeknik Negeri Malang dalam menghasilkan solusi teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat.

"Alat ini bisa mengurangi volume sampah plastik dan mempermudah proses daur ulang, inovasi ini dapat memberikan dampak positif besar bagi lingkungan dan masyarakat," ucapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES