Pendidikan

Nguri-Uri Budaya Tiongkok-Indonesia, Abadikan Sejarah

Kamis, 25 Juli 2024 - 19:19 | 16.63k
Salah satu budaya Tiongkok - Indonesia, Barongsai yang sering ditampilkan dalam berbagai perayaan. (Dok. TIMES Indonesia)
Salah satu budaya Tiongkok - Indonesia, Barongsai yang sering ditampilkan dalam berbagai perayaan. (Dok. TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Ada banyak budaya Tiongkok yang eksis di Indonesia. Baik yang berakulturasi maupun berkembang bersama dengan kebudayaan Nusantara. Salah salah satu contohnya seperti Wayang Potehi. Seni pertunjukan boneka tradisional asal Tiongkok Selatan yang berpadu dengan budaya lokal Indonesia.

Banyak alasan kenapa budaya Tiongkok bisa diterima bahkan menyatu padu dengan budaya negara +62 ini. Diantaranya karena orang Tionghoa memang telah lama menjadi bagian dari Negara Zamrud Khatulistiwa.

Advertisement

Dalam catatan sejarah, orang Tionghoa mulai datang ke Indonesia pada abad ke-5 Masehi. Data dari buku berjudul 'Tionghoa dalam Pusaran Politik' Karya Benny G Setioni menyebutkan, jumlah penduduk Tionghoa di Indonesia sudah lebih dari 100 ribu jiwa pada awal abad ke-19. Mereka hidup menyebar ke seluruh Pulau Jawa.

Tidak hanya lama, warga Tionghoa juga memiliki banyak peran strategis di republik ini. Seperti keterlibatan Yap Tjwan Bing sebagai salah satu anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada masa revolusi. Kemudian juga ada Liem Koe Hian dan beberapa orang Tionghoa lainya yang berperan dalam Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Sejarah panjang ini membuat budaya Tionghoa begitu harmoni dengan kultur Indonesia. Meski begitu, jika tidak dilestarikan, bisa saja beragam budaya yang sarat akan sejarah ini akan hilang ditelan masa. Perlu ada perhatian lebih dari berbagai pihak agar budaya Tiongkok-Indonesia bisa terus hidup dan menginspirasi.

Pengetahuan generasi muda tentang budaya Tiongkok - Indonesia butuh untuk terus ditingkatkan. Hal ini bisa menjadi pemantik minat seseorang untuk mengetahui tentang sejarah Indonesia, serta  mengenal tokoh Tionghoa yang punya peran besar di negara dengan 38 Provinsi ini.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arsyta Irma Herdianti dalam jurnal berjudul 'Pengetahuan Siswa SMA Di Kota Malang Tentang Peran Dan Pengalaman Orang Tionghoa Pada Periode Revolusi Indonesia Tahun 1945-1949', yang terbit dalam jurnal Historiography pada 31 Januari 2024 menunjukkan, pengetahuan siswa tentang peran dan pengalaman orang Tionghoa dalam revolusi Indonesia masih terbatas.

Dari 83 siswa yang disurvey, 28 orang mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang. 30 siswa memiliki tingkat pengetahuan yang baik, dan 30 siswa memiliki tingkat pengetahuan yang memadai. Dari survey ini, dunia pendidikan sepertinya perlu untuk lebih mengenalkan sejarah kepada para siswa dan juga masyarakat luas.

Dalam hal mengenalkan sekaligus melestarikan gabungan budaya dua negara ini, Instansi pendidikan di Indonesia sepertinya perlu mencontoh Universitas Ma Chung yang ada di Malang.

Perguruan tinggi yang kini berusia 17 tahun itu punya komitmen yang baik dalam Nguri-uri atau melestarikan budaya Tiongkok - Indonesia.

Hal itu diwujudkan dalam berbagai bentuk. Seperti dengan Festival Kampung Pecinan yang digelar setiap tahun pada saat perayaan dies natalis. Di Festival Kampung Pecinan, Kampus yang berada di Villa Puncak Tidar ini banyak menyuguhkan berbagai penampilan budaya seni hingga mini museum budaya Tiongkok – Indonesia.

Tahun ini, Festival Kampung Pecinan  diadakan pada 26 - 28 Juli 2024. Wakil Rektor III, Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Wawan Eko Yulianto, SS., MA., Ph.D menerangkan, berbagai pertunjukan yang akan tampil pada event ini seperti Barongsai, Wushu x Pencak Silat, Tari Topeng Ireng, Sinden x Musik Tiongkok, Leang Leong, Singo Barong x Barongan, Tari Mbeso Genjring, Tari Kipas, Wayang Potehi, Shufa dan masih banyak lainya.

"Dari festival ini masyarakat bisa melihat bagaimana interaksi budaya Tiongkok dan lokal menyatu menjadi sesuatu yang kuat seperti di Malang ini," ucapnya.

Sebagai Kampus yang lahir dari embrio orang-orang Tionghoa, Ma Chung menjadi representasi "pahlawan" masa kini dari etnis Tionghoa yang berjuang dalam memberikan pendidikan terbaik untuk warga Indonesia. Sejalan dengan visi yang mereka miliki 'Memuliakan Tuhan melalui akhlak, pengetahuan, dan kontribusi nyata sebagai insan akademik yang berdaya cipta'.

Upaya merawat budaya dan keberagaman semacam ini perlu untuk didukung, diapresiasi, dan ditiru. Baik oleh instansi pemerintah, pendidikan, maupun swasta. Lestari budaya, abadi sejarah Indonesia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES