Mahasiswa UGM Berdayakan Komunitas Difabel Melalui Budidaya Lebah Madu di Gunungkidul

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Sekelompok mahasiswa UGM melakukan pendampingan untuk pemberdayaan kelompok disabilitas di Gunungkidul. Kegiatan itu diberikan kepada Kelompok Pemberdayaan Disabilitas (KPD) Mitra Karya Sejahtera Gunungkidul.
Program pendampingan dan pelatihan ini berlangsung selama empat bulan, yaitu sejak bulan Mei hingga Agustus 2024. Pendampingan tersebut bertujuan untuk membantu mengatasi permasalahan pengangguran akibat kurangnya kepercayaan diri dan minimnya aksesibilitas pekerjaan bagi kelompok difabel.
Advertisement
Tim mahasiswa yang tergabung dalam kelompok Program Kreativitas Mahasiswa ini terdiri atas tiga orang mahasiswa Fakultas Peternakan, yaitu Aliya Rahmawati Nurkhasanah, Desta Lovefiyana Nurpita, dan Satriya Putra Pratama, serta dua mahasiswa lainnya yakni Muhammad Fahmi Rafsanjani dari Fakultas Ilmu Budaya dan Paras Ardina Aya Shopya dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Tim dibimbing oleh Moh. Sofi’ul Anam sebagai dosen pendamping.
Mereka memberikan pendampingan mengenai budidaya lebah madu tanpa sengat, yakni lebah Klanceng (Trigona sp.). Menurut salah satu mahasiswa Aliya Rahmawati dari Fakultas Peternakan, budidaya ini dapat dijalankan dengan modal terjangkau, tidak memerlukan kegiatan fisik yang berat, dan aman bagi disabilitas.
“Kami tidak hanya melakukan pendampingan, tetapi juga memberikan pelatihan budidaya lebah madu tanpa sengat,” kata Aliya.
Aliya menjelaskan KPD Mitra Sejahtera memiliki lahan seluas 250 m² yang belum dimanfaatkan. Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan produktif yang dapat dilakukan oleh KPD Mitra Karya Sejahtera.
“Perawatan budi daya klenceng juga mudah karena lebah akan mencari pakannya sendiri melalui tanaman yang ada di sekitar tempat budidaya,” terangnya
Desta Lovefiyana Nurpita, anggota tim lainnya mengatakan program dimulai dengan penanaman tanaman pakan lebah, pelatihan budidaya lebah, pemilihan dan pemindahan koloni, pemeliharaan lebah klanceng, hingga pemanenan madu. Rangkaian kegiatan tersebut dilaksanakan di rumah ketua KPD Mitra Sejahtera.
Program pendampingan dan pelatihan ini berlangsung selama empat bulan, yaitu sejak bulan Mei hingga Agustus 2024. Program dimulai dengan penanaman tanaman pakan lebah, pelatihan budi daya lebah, pemilihan dan pemindahan koloni, pemeliharaan lebah klanceng, hingga pemanenan madu. Rangkaian kegiatan tersebut dilaksanakan di rumah ketua KPD Mitra Sejahtera.
“Ada 24 anggota difabel yang mengikuti program ini di antaranya penyandang tuna daksa, tuna rungu, tuna wicara, tuna netra, autism mental retardasi, dan lain-lain,” tuturnya.
Sebelumnya, beberapa program pelatihan telah diberikan, seperti beternak ayam, kambing, dan budi daya lele, namun mengalami kegagalan karena membutuhkan modal yang besar dan kondisi fisik yang kuat.
Setelah pelatihan budi daya lebah klanceng, menurut Desta, kelompok difabel sudah memiliki pengetahuan dan kemampuan baru mengenai budi daya lebah klanceng tanpa sengat dengan manajemen yang baik. “Kami juga memberikan materi tentang tata cara pemasaran yang baik hingga pengembangan produk turunan madu seperti bee pollen, propolis, dan royal jelly,” ujarnya
Selain pemberdayaan terhadap anggota difabel, tim ini juga memberikan training of trainer kepada pengurus KPD Mitra Sejahtera yang telah mengikuti program pelatihan agar dapat menjadi fasilitator bagi kelompok pemberdayaan difabel lainnya.
Ketua Pusat Pemberdayaan Disabilitas Mitra Sejahtera Gunungkidul, Hardiyo mengatakan pendampingan yang diberikan oleh tim mahasiswa UGM diharapkan mampu memberikan keterampilan baru bagi anggota Kelompok Mitra Karya Sejahtera.
“Pelatihan ini diharapkan dapat diterapkan secara berkelanjutan pada kelompok pemberdayaan disabilitas lainnya,” paparnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |