Pendidikan

Prof Octavian: Ukraina Bisa Bertahan dari Rusia karena Semangat Para Pemuda

Selasa, 13 Agustus 2024 - 14:56 | 29.26k
Laksdya (Purn) TNI Prof Amarulla Octavian saat memberi materi wawasan kebangsaan untuk para Maba UB dalam PKKMB 2024, Selasa (13/8/2024). (Foto: Achmad Fikyansyah/TIMES Indonesia)
Laksdya (Purn) TNI Prof Amarulla Octavian saat memberi materi wawasan kebangsaan untuk para Maba UB dalam PKKMB 2024, Selasa (13/8/2024). (Foto: Achmad Fikyansyah/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Perang antara Rusia dan Ukraina yang meletus sejak tahun 2022 masih terus berlanjut hingga sekarang, menjadi salah satu konflik terbesar di Eropa pasca Perang Dunia II.

Meski Ukraina adalah negara yang lebih kecil dan secara militer tidak sebanding dengan Rusia yang merupakan kekuatan besar dengan persenjataan canggih, Ukraina mampu bertahan menghadapi gempuran demi gempuran dari Rusia.

Advertisement

Dalam pernyataannya saat memberi wawasan kebangsaan untuk para mahasiswa baru Universitas Brawijaya dalam PKKMB 2024, Laksamana Madya (Purn) TNI Prof. Amarulla Octavian mengungkapkan alasan mendasar di balik ketahanan luar biasa Ukraina tersebut.

Pria yang kini menjabat sebagai Wakil kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu menjelaskan kondisi dramatis yang dihadapi Ukraina sejak awal perang.

"Sejak tahun 2022, saat perang Rusia-Ukraina dimulai, kehidupan di Ukraina berubah drastis. Perkuliahan di universitas-universitas berhenti total, dan para mahasiswa dipanggil untuk membela tanah air mereka. Mereka tidak lagi hanya belajar di kelas, tetapi turun ke medan perang untuk mempertahankan kedaulatan negaranya," ungkapnya Selasa (13/8/2024).

Lebih lanjut, mantan Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) RI itu mengakui ketimpangan kekuatan militer antara Rusia dan Ukraina. Rusia, dengan kekuatan militer yang besar dan persenjataan mutakhir, seharusnya mampu dengan mudah menaklukkan Ukraina yang lebih kecil. Namun, kenyataannya justru sebaliknya. Ukraina, meski berada di bawah tekanan luar biasa, terus bertahan dan bahkan berhasil melakukan serangan balik yang signifikan.

Dalam penjelasannya, Prof. Octavian merujuk pada hasil riset yang dilakukan oleh para peneliti di BRIN.

"Hasil Riset menunjukkan bahwa hanya 21 persen dari kemampuan bertahan Ukraina yang dapat dijelaskan oleh bantuan dari NATO, baik berupa dukungan finansial, persenjataan, maupun bantuan militer lainnya. Meskipun bantuan ini penting, namun tidak cukup untuk menjelaskan daya tahan luar biasa Ukraina," jelasnya.

Namun, yang paling menarik, menurut Prof. Octavian, adalah faktor dominan yang menyebabkan Ukraina tetap kokoh dalam perang ini. "Hampir 80 persen dari daya tahan Ukraina dapat dijelaskan oleh semangat kebangsaan yang luar biasa dari rakyatnya, terutama para pemuda. Semangat inilah yang menjadi bahan bakar utama bagi mereka untuk terus melawan, meskipun dalam kondisi yang sangat sulit," tegasnya.

Prof. Octavian juga menghubungkan situasi ini dengan sejarah perjuangan Indonesia. Ia menegaskan bahwa semangat juang para pemuda telah terbukti menjadi elemen kunci dalam memenangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan.

"Seperti halnya Indonesia pada tahun 1945-1949, di mana pemuda memainkan peran vital dalam meraih kemerdekaan, pemuda Ukraina juga menunjukkan bahwa semangat kebangsaan bisa menjadi kekuatan besar bagi sebuah bangsa" pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES