Pendidikan

Era Baru Pendidikan di Indonesia 2025: SPMB, Ujian Nasional Baru, dan Cek Kesehatan Gratis

Kamis, 23 Januari 2025 - 11:11 | 380.90k
Salah satu regu saat menunjukkan kebolehannya menampilkan yel yel di Kawasan Taman Makam Pahlawan Karoeng, Kota Tasikmalaya, Minggu (22/9/2024) (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)
Salah satu regu saat menunjukkan kebolehannya menampilkan yel yel di Kawasan Taman Makam Pahlawan Karoeng, Kota Tasikmalaya, Minggu (22/9/2024) (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTAPendidikan di Indonesia memasuki fase baru di tahun 2025 dengan hadirnya kebijakan-kebijakan penting dari pemerintah. Serangkaian reformasi ini dirancang untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif, ramah siswa, dan relevan dengan kebutuhan zaman. Dari perubahan sistem penerimaan siswa, kembalinya Ujian Nasional dengan format baru, hingga program cek kesehatan gratis untuk pelajar, berikut adalah penjelasan lengkap mengenai kebijakan-kebijakan tersebut.

SPMB Transformasi dari PPDB 

Istilah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) resmi diganti dengan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB). Perubahan ini bukan sekadar soal nama, tetapi mencerminkan penyempurnaan dalam sistem penerimaan siswa yang lebih manusiawi. Menurut Staf Ahli Kemendikdasmen, Biyanto, istilah ‘murid’ dipilih karena terasa lebih akrab dan bersahabat.

Advertisement

“Kami ingin sistem ini lebih inklusif, sederhana, tapi tetap menjawab kebutuhan masyarakat dari berbagai latar belakang,” jelasnya saat Kongres Pendidikan di Jakarta.

Salah satu perubahan besar yang diperkenalkan adalah penggantian sistem zonasi dengan pendekatan berbasis domisili. Dengan sistem ini, kedekatan jarak antara sekolah dan tempat tinggal siswa menjadi prioritas utama. Sementara itu, penggunaan kartu keluarga (KK) yang seringkali rawan manipulasi tidak lagi diberlakukan. Langkah ini diambil untuk mengatasi permasalahan manipulasi data yang kerap terjadi di masa lalu.

Selain itu, jalur afirmasi dalam SPMB kini diperluas untuk memberikan kesempatan lebih besar bagi siswa dari keluarga kurang mampu serta penyandang disabilitas. Kebijakan ini dirancang untuk memastikan bahwa setiap anak, tanpa memandang latar belakang sosial ekonomi mereka, memiliki kesempatan yang setara untuk mendapatkan pendidikan berkualitas.

Wajah Baru Ujian Nasional

Salah satu kebijakan yang menuai banyak perhatian adalah kembalinya Ujian Nasional (UN). Setelah sempat dihapus, pemerintah kini memutuskan untuk kembali menyelenggarakan evaluasi nasional, namun dengan pendekatan yang sama sekali berbeda. Mendikdasmen Abdul Mu’ti menjelaskan bahwa UN versi baru ini dirancang untuk mengukur kemampuan siswa secara lebih adil dan tidak lagi menjadi momok seperti di masa lalu.

“Ini bukan soal lulus atau tidak lulus. Ujian ini hanya alat evaluasi, bukan penentu kelulusan,” tegasnya.

Bahkan, istilah ‘ujian’ akan dihapus karena dianggap memiliki konotasi traumatik. Sistem ini diharapkan memberikan gambaran yang lebih obyektif mengenai kemampuan akademik siswa tanpa memberikan tekanan berlebih.

Kebijakan ini akan mulai diterapkan pada November 2025, dimulai dengan siswa SMA/MA/SMK. Untuk jenjang SD dan SMP, evaluasi nasional ini baru akan dilaksanakan pada tahun berikutnya, 2026. Langkah bertahap ini memberikan waktu bagi sekolah dan siswa untuk beradaptasi dengan sistem baru yang lebih manusiawi dan terukur.

Meskipun istilah baru untuk menggantikan UN belum diumumkan, konsepnya sudah jelas. Sistem ini akan fokus pada tes kompetensi akademik yang relevan dan bermanfaat, seperti untuk seleksi masuk perguruan tinggi.

Pemeriksaan Kesehatan Gratis untuk Semua Pelajar

Selain perubahan dalam sistem seleksi dan evaluasi, pemerintah juga meluncurkan program ambisius berupa pemeriksaan kesehatan gratis bagi pelajar. Program ini akan dimulai pada Juli 2025, bersamaan dengan tahun ajaran baru 2025/2026. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa program ini dirancang untuk memastikan bahwa generasi muda Indonesia tumbuh sehat, baik secara fisik maupun mental.

Pemeriksaan kesehatan ini menargetkan sekitar 53 juta siswa di berbagai jenjang pendidikan, mulai dari SD hingga SMA. Pemeriksaan dilakukan langsung di sekolah dan mencakup berbagai aspek, seperti kesehatan telinga, mata, gigi, hingga gizi. Bahkan, ada fokus tambahan untuk anemia remaja putri dan perilaku merokok yang mulai dipantau sejak siswa kelas 5 SD.

Langkah ini tidak hanya memastikan bahwa siswa memiliki kondisi kesehatan yang baik untuk belajar, tetapi juga sebagai upaya preventif terhadap berbagai penyakit. Dengan deteksi dini melalui pemeriksaan rutin, pemerintah berharap dapat meningkatkan kualitas hidup para pelajar di seluruh Indonesia.

Pemeriksaan Kesehatan untuk Setiap Jenjang Pendidikan

Pemeriksaan kesehatan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan siswa berdasarkan jenjang pendidikan mereka. Untuk siswa SD, pemeriksaan mencakup kesehatan dasar seperti telinga, mata, gigi, dan gizi. Sementara itu, untuk siswa SMP, pemeriksaan diperluas dengan penambahan tes anemia remaja putri dan skrining talasemia untuk kelas 7. Pada jenjang SMA, fokus lebih besar diberikan pada deteksi anemia dan perilaku merokok.

Meskipun fokus utama adalah kesehatan fisik, program ini juga mencakup aspek kesehatan mental. Pemeriksaan kesehatan jiwa dirancang untuk mendeteksi dini gangguan mental yang dapat memengaruhi proses belajar siswa. Hal ini mencerminkan pendekatan holistik pemerintah terhadap pendidikan dan kesehatan siswa.

Masa Depan Pendidikan Indonesia

Dengan reformasi ini, pendidikan di Indonesia 2025 sedang bergerak menuju sistem yang lebih inklusif, adil, dan relevan. Perubahan ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk tidak hanya meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi juga memastikan bahwa setiap siswa memiliki kesempatan yang setara untuk berkembang.

Meski demikian, tantangan tetap ada. Implementasi di lapangan akan menjadi ujian sebenarnya dari keberhasilan kebijakan-kebijakan ini. Bagaimana sekolah, guru, dan orang tua merespons perubahan ini akan sangat menentukan efektivitasnya.

Namun, satu hal yang pasti, reformasi ini memberikan harapan baru bagi jutaan siswa di seluruh negeri. Dengan sistem penerimaan yang lebih inklusif, evaluasi yang tidak lagi menekan, dan perhatian yang lebih besar terhadap kesehatan siswa, masa depan pendidikan Indonesia tampaknya lebih cerah dari sebelumnya. Bagaimana hasil akhirnya? Hanya waktu yang akan menjawab, tetapi langkah awal ini adalah fondasi yang kuat untuk menciptakan generasi yang lebih siap menghadapi tantangan global.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES