Jejak Sejarah dan Perkembangan Pondok Kareng, Pesantren Tertua di Kota Probolinggo

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin, atau lebih dikenal sebagai Pondok Kareng, merupakan salah satu pesantren tertua di Kota Probolinggo, Jawa Timur. Berdiri di Jalan KH Fadhol, Kelurahan Kademangan, Kecamatan Kademangan, pesantren ini memiliki sejarah panjang dalam membentuk generasi santri yang berpegang teguh pada nilai-nilai keislaman.
Pesantren Roudlotut Tholibin didirikan Kyai Faqih Bin Alawi Bin Samlawi Bin Alawi Bin Abdurrohman Bin Pangeran Kidul Bin Sunan Giri, yang lebih dikenal dengan julukan Bujuk Pakis.
Advertisement
Berdasarkan nasabnya, beliau masih merupakan keturunan langsung dari Raden Ainul Yakin atau Sunan Giri, salah satu Wali Songo yang berperan besar dalam penyebaran Islam di Nusantara.
Latar Belakang Pendirian: Mengubah Desa Mices Menjadi Pusat Pendidikan Islam
Pada awal pendiriannya, lingkungan sekitar Pondok Kareng dikenal sebagai Desa Mices, yang menjadi pusat berbagai aktivitas maksiat seperti perampokan, perjudian, sabung ayam, dan mabuk-mabukan.
Situasi itu membuat Kyai Abu Tholib (Bujuk Randuh), seorang ulama dari Desa Jrebeng Lor, merasa prihatin. Beliau kemudian meminta Kyai Faqih untuk membimbing masyarakat di Kademangan agar kembali ke jalan yang benar.
Dengan dukungan Bujuk Singosari dari Desa Pohsangit Leres, Kyai Faqih memperoleh sebidang tanah di sekitar Masjid Al-Mubarok, Kademangan. Dari tempat inilah, beliau memulai dakwahnya dengan mendirikan sebuah musala kecil yang menjadi cikal bakal Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin.
Perjalanan Kepengasuhan: dari Kyai Faqih hingga KH Abdul Mujib Abdullah
Suasana Bahtsul Masail santri Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin, penuh semangat dalam mencari solusi. (Foto: Ryan H/TIMES Indonesia)
Seiring berjalannya waktu, kepemimpinan pesantren mengalami berbagai perubahan. Berikut adalah para pengasuh yang berperan dalam perkembangan Pondok Kareng:
1. Kyai Anom & Kyai Mushohib (Kyai Gedangan)
Setelah Kyai Faqih wafat pada tahun 1875 M (1296 H), kepemimpinan pesantren diteruskan Kyai Anom, menantunya. Selanjutnya, kepemimpinan dilanjutkan Kyai Mushohib (Kyai Gedangan) yang mulai menerima santri menetap dari berbagai daerah seperti Probolinggo, Lumajang, Pasuruan, Situbondo, dan Jember.
2. Kyai Fadhol: Waliyullah yang Unik
Kyai Fadhol, putra Kyai Gedangan, dikenal sebagai seorang Waliyullah. Namun, beliau tidak aktif mengelola pesantren, sehingga jumlah santri merosot drastis. Bahkan, hanya dua santri yang bertahan.
Meski demikian, banyak ulama dan tokoh masyarakat yang mengakui kewaliannya, termasuk Kyai Abdul Hamid Pasuruan.
3. Kyai Ahsan Baqir & Kyai Bisri
Karena Kyai Fadhol lebih fokus pada aspek spiritual, kepengurusan pesantren dibantu Kyai Ahsan Baqir. Namun, karena wafat di usia muda, kepemimpinan beralih kepada Kyai Bisri hingga tahun 1947.
4. Kyai Shodik, Kyai Hamid, dan Kyai Zaed
Setelah Kyai Bisri wafat, kepemimpinan sempat berpindah dari Kyai Shodik ke Kyai Hamid, lalu ke Kyai Zaed yang wafat pada tahun 1961. Setelah itu, pesantren mengalami masa vakum.
5. KH Abdul Mujib Abdullah: Menghidupkan Kembali Pondok Kareng
Titik balik Pondok Kareng terjadi pada tahun 1970, saat KH Abdul Mujib Abdullah atau yang dikenal sebagai Mas Babun Khoir, mengambil alih kepengurusan setelah diberi mandat langsung oleh Kyai Fadhol.
Dengan latar belakang pendidikan di Pondok Pesantren Sidogiri dan Al-Falah Ploso, KH Abdul Mujib Abdullah mulai merintis kembali pesantren dengan hanya dua santri. Namun, usahanya membuahkan hasil dan jumlah santri terus bertambah. Pada tahun 1971, beliau menunaikan ibadah haji dengan nama haji KH Abdul Mujib Abdullah.
Perkembangan Pendidikan di Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin
Seiring berjalannya waktu, KH Abdul Mujib Abdullah tidak hanya membangun kembali pesantren, tetapi juga mendirikan berbagai lembaga pendidikan formal, antara lain:
- 1970: Pendirian MI Ihyaul Islam (Madrasah Ibtidaiyah).
- 1980: Pendirian MTs Roudlotut Tholibin (Madrasah Tsanawiyah).
- 1987: Pendirian MA Wahid Hasyim (WAHASY) untuk pendidikan SLTA.
- 1996: Rencana pendirian SMA, namun akhirnya mengambil alih SMA Sunan Giri (SMAGI) dari LP Ma’arif NU Kota Probolinggo.
- 2015: Pendirian SMK Sunan Giri, fokus di bidang otomotif.
Saat ini, di bawah naungan Yayasan Pesantren Roudlotut Tholibin (YASSARO), Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin diasuh oleh KH Abdul Karim Mujib, putra kelima dari almarhum almaghfurlah KH Abdul Mujib Abdullah.
KH Abdul Karim Mujib melanjutkan perjuangan ayahnya dalam mengembangkan pesantren serta memperkuat pendidikan berbasis kitab kuning dan pendidikan formal.
YASSARO dan Rencana Pendirian Perguruan Tinggi
Pondok Kareng terus berkembang di bawah naungan YASSARO, yang dinakhodai Gus Abdullah Zabut putra pertama KH Abdul Mujib Abdullah. Selain mempertahankan pendidikan salafiyah, YASSARO juga telah mendirikan lembaga pendidikan dari PAUD hingga SMA.
Kegiatan santri di aula Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin. (Foto: Ryan H/TIMES Indonesia)
Ke depan, YASSARO berencana mendirikan perguruan tinggi, sehingga para santri bisa tetap menimba ilmu agama dan pendidikan formal dalam satu lingkungan.
Konsep tersebut bertujuan agar lulusan pesantren mampu berkontribusi dalam berbagai bidang seperti pendidikan, bisnis, pemerintahan, dan keagamaan.
Misi Besar Menyiapkan Santri untuk Masa Depan
KH Abdul Mujib Abdullah memiliki visi besar dalam mendidik santri, yakni menanamkan kompetensi, kontribusi, dan integritas dalam kehidupan mereka.
Para alumni Pondok Kareng diharapkan bisa berperan dalam berbagai bidang, baik sebagai ulama, pendidik, pejabat, diplomat, pengusaha, maupun tenaga profesional.
Dengan strategi pendidikan yang mencakup ilmu agama dan pendidikan formal, Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin terus berkembang dan menjadi salah satu pusat pendidikan Islam terkemuka di Kota Probolinggo.
Dari perjalanan panjangnya, Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin, Kademangan Kota Probolinggo, Jawa Timur, telah mengalami banyak pasang surut. Berawal dari sebuah musala kecil yang didirikan untuk mengatasi kemaksiatan, kini berkembang menjadi pusat pendidikan Islam yang melahirkan banyak tokoh berpengaruh.
Dengan terus berkembangnya sistem pendidikan dan rencana pendirian perguruan tinggi, Pondok Kareng siap melahirkan generasi santri yang berilmu, berakhlak, dan mampu berkontribusi bagi masyarakat di berbagai sektor kehidupan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Sholihin Nur |