Pendidikan

UNJ Kukuhkan 3 Guru Besar FISH Bidang Ilmu Damai dan Resolusi Konflik, Sosiologi Perilaku Menyimpang, dan Filsafat Sosial

Kamis, 12 Juni 2025 - 14:52 | 7.11k
UNJ Kukuhkan 3 Guru Besar FISH Dalam Bidang Ilmu Damai dan Resolusi Konflik, Sosiologi Perilaku Menyimpang, dan Filsafat Sosial (12/06/25). (FOTO: AJP TIMES Indonesia)
UNJ Kukuhkan 3 Guru Besar FISH Dalam Bidang Ilmu Damai dan Resolusi Konflik, Sosiologi Perilaku Menyimpang, dan Filsafat Sosial (12/06/25). (FOTO: AJP TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Universitas Negeri Jakarta (UNJ) kembali mencatatkan tonggak penting dalam sejarah akademiknya dengan mengukuhkan tiga guru besar, yaitu: Prof. Abdul Haris Fatgehipon, Prof. Ciek Julyati Hisyam, dan Prof. Robet, dalam Sidang Terbuka Universitas yang diselenggarakan secara khidmat di Aula Latif Hendraningrat, Kampus A Rawamangun, Kamis, 12 Juni 2025. Pengukuhan ini menjadi bukti nyata dedikasi UNJ dalam mendorong mutu tridarma perguruan tinggi, khususnya dalam penguatan sumber daya dosen dan kontribusi keilmuan di tingkat nasional maupun global.

Prof. Abdul Haris Fatgehipon, Prof. Ciek Julyati Hisyam, dan Prof. Robet merupakan tiga guru besar yang berasal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH) UNJ. Prof. Abdul Haris Fatgehipon dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Damai dan Resolusi Konflik, Prof. Ciek Julyati Hisyam, dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Sosiologi Perilaku Menyimpang, dan Prof. Robet dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Filsafat Sosial.

Advertisement

Pada orasi ilmiah pertama disampaikan oleh Prof. Abdul Haris Fatgehipon yang mengangkat judul “Resolusi Konflik Ambon 1999-2002: Pelajaran Berharga dalam Menjaga Perdamaian di Indonesia”. Menurut Prof. Abdul Haris, konflik bukan hanya masalah lokal, tetapi juga mencerminkan tantangan yang lebih besar dalam menjaga keberagaman di Indonesia. Penyelesaian damai konflik Ambon menjadi contoh penyelesaian konflik yang dilakukan secara holistik dengan melibatkan berbagai pendekatan, yakni 1). Pendekatan keamanan; 2). Dialog damai; 3). Mengoptimalkan potensi damai; 4) Perjanjian damai; serta 5). Rehabilitasi & Penegakan Hukum. Kolaborasi antara pemerintah, tokoh masyarakat, dan pemimpin agama dalam menciptakan suasana damai menjadi kunci penyelesaian konflik dan membangun masyarakat yang harmonis dan damai. Refleksi atas pengalaman dalam penyelesaian konflik di Ambon, dapat dijadikan pembelajaran dalam menyelesaikan konflik horizontal dan vertikal yang belum terselesaikan sampai saat ini, seperti konflik OPM Papua.

Kemudian orasi ilmiah kedua disampaikan oleh Prof. Ciek Julyati Hisyam yang berjudul “Pinjaman Online dan Judi Online dalam Masyarakat Modern: Ditinjau dari Perspektif Sosiologi Perilaku Menyimpang”. Menurut Prof. Ciek, dari perspektif sosiologi – pinjaman online dan judi online dapat dianalisis sebagai bentuk perilaku menyimpang yang muncul akibat ketegangan sosial, ketidakpuasan ekonomi, dan lemahnya kontrol sosial dalam masyarakat. Kedua praktik ini tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga memiliki implikasi sosial, ekonomi, dan hukum yang lebih luas dan serius. Menurut Prof. Ciek, diperlukan pendekatan yang holistik dalam mengatasi problem pinjaman online dan judi online di tengah masyarakat saat ini. Dalam konteks ini, diperlukan juga regulasi dan kebijakan yang lebih ketat untuk melindungi konsumen dari praktik pinjaman online dan judi online yang merugikan. Selain itu, pemerintah beserta lembaga terkait serta semua pihak diharapkan dapat berkolaborasi dalam menciptakan masyarakat yang sehat dan bertanggung jawab. 

Guru-Besar-FISH-UNJ.jpg

Terakhir, orasi ilmiah disampaikan oleh Prof. Robet yang mengetengahkan judul “Dari Emansipasi ke Ekosipasi: Politik Ekologi dan Kewargaan Baru Indonesia”. Menurut Prof. Robet, pemikiran modern telah memisahkan masyarakat dan alam sebagai dua domain yang berbeda. Cara berpikir modern yang kompartementalistik tidak saja keliru, namun membawa konsekuensi kerusakan ekologis yang fatal. Untuk itu, kita mesti hidup dalam jaringan kompleks antar relasi biologis, sosial, dan teknologis yang tidak bisa direduksi menjadi individu atau kelas saja. Dalam konteks ini, emansipasi tidak lagi melulu tentang manusia, ia harus dilakukan bersama-sama dengan alam. Itulah sebabnya, kita harus mengganti emansipasi menjadi ekosipasi. Dengan itu politik kewargaan juga harus berubah, keaktoran warga tidak dapat lagi dijangkarkan secara ekslusif kepada manusia, melainkan juga kepada mahluk-mahluk non-manusia. Dengan memposisikan: pohon, hewan, gunung dan laut sebagai warga yang setara dengan manusia. Implikasinya, sistem politik dan demokrasi Indonesia harus mulai mengakui alam yakni hutan, sungai, gunung, laut, flora dan fauna sebagai subyek hukum. Sebagai warga dengan kedudukan setara dengan manusia. Di titik ini, penting bagi kita untuk memperkaya nasionalisme menjadi eko-nasionalisme.

Pada kesempatan ini, Prof. Komarudin selaku Rektor UNJ dalam sambutannya mengatakan bahwa pengukuhan Guru Besar dari FISH hari ini merupakan rangkaian prosesi pengukuhan yang ke-5 pada gelaran Pengukuhan Guru Besar di Tahun 2025.

“Dengan dikukuhkannya tiga guru besar FISH hari ini, kita patut bersyukur, bahagia, dan bangga karena UNJ memiliki tambahan SDM yang ahli dan bereputasi pada bidang ilmu Damai dan Resolusi Konflik; Sosiologi Perilaku Menyimpang; dan Filsafat Sosial,” ungkap Prof. Komarudin.

Prof. Komarudin juga menyampaikan ucapan selamat dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada selamat dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Prof. Abdul Haris Fatgehipon, Prof. Ciek Julyati Hisyam, dan Prof. Robet atas sumbangsih keilmuan dan pencapaian jabatan akademik tertinggi dalam dunia pendidikan.

“Semoga capaian Guru Besar yang telah diraih membawa kebaikan, keberkahan, dan semakin menginspirasi sivitas akademika UNJ untuk menghadirkan karya dan inovasi yang berdampak untuk masyarakat, bangsa, dan dunia. Semoga Allah SWT meridhoi niat, tujuan, dan langkah baik kita untuk menjadikan UNJ sebagai perguruan tinggi yang bereputasi, berdampak, dan berkelas dunia,” ujar Prof. Komarudin.

Sementara itu Prof. Ahman Sya selaku Ketua Senat Akademik UNJ menyampaikan apresiasi dan harapannya. “Guru besar adalah sosok maha guru yang menjadi teladan dalam keilmuan, kepribadian, dan integritas. Kami berharap para profesor UNJ dapat terus berinovasi dan menjadi panutan dalam membangun peradaban pendidikan yang berakhlak mulia,” ungkapnya.

Dengan bertambahnya tiga guru besar baru, UNJ terus memperkuat langkahnya menuju universitas berkelas dunia yang unggul, adaptif, dan berdaya saing global. Pengukuhan ini tidak hanya menjadi simbol pencapaian akademik, tetapi juga komitmen UNJ dalam mencetak generasi masa depan yang cerdas, kreatif, dan berkarakter.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ahmad Nuril Fahmi
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES