Solusi untuk UMKM, Mahasiswa Kediri Ciptakan Mesin Pengaduk Petis Otomatis

TIMESINDONESIA, KEDIRI – Petis, bumbu kental khas Jawa Timur, selama ini diolah secara manual dengan spatula dan tenaga manusia. Proses tradisional ini tak hanya memakan waktu, tapi juga melelahkan dan boros biaya. Di Kediri dan sekitarnya, pelaku UMKM seperti penjual rujak dan tahu petis masih mengandalkan cara konvensional tersebut.
Kondisi itulah yang menginspirasi delapan mahasiswa Universitas Nusantara PGRI (UNP) Kediri untuk bertindak. Mereka berinisiatif menciptakan mesin pengaduk petis otomatis yang diharapkan mampu meringankan kerja para pelaku UMKM. Tim mahasiswa dari Program Studi Teknik Mesin ini mengawali proyek dengan mengumpulkan dana swadaya sebesar Rp7 juta, hasil patungan delapan orang anggota.
Advertisement
“Kami buat dengan inisiatif sendiri, dan sejak awal ingin alat ini langsung bermanfaat untuk masyarakat,” ujar Mohamad Dany Ibrahim, koordinator tim, Rabu (25/6/2025).
Setelah dua bulan riset sejak Mei 2025, mesin pengaduk petis otomatis pun berhasil dirampungkan. Alat ini mampu mengaduk hingga 15 kilogram petis sekali proses. Dilengkapi sistem transmisi otomatis, pengatur suhu, dan timer, prototipe mesin ini dirancang tahan hingga 10 tahun jika dirawat secara rutin.
Tak hanya menjadi proyek akademik, mesin ini juga menjadi wujud kontribusi nyata. Tim mahasiswa sepakat menghibahkan mesin tersebut kepada Ibu Amanah, seorang pelaku UMKM petis di Kelurahan Ngampel, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri—yang menjadi inspirasi skripsi mereka.
“Ini bukan sekadar tugas akhir, tapi bentuk nyata kontribusi kami kepada masyarakat,” tambah Dany.
Setiap anggota tim memegang peran penting dalam proses pembuatan: mulai dari perancangan rangka, analisis daya, sistem transmisi, kelistrikan, hingga uji struktur. Kendala teknis sempat muncul, terutama pada sistem tenaga, namun berhasil diatasi berkat bimbingan dosen.
Kini, tim mahasiswa tengah mempersiapkan proses pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) untuk melindungi inovasi mereka. “Agar karya ini bisa terus dikembangkan dan dilindungi secara hukum,” ungkap Dany.
Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer UNP Kediri, Dr. Sulistiono, M.Si., memberikan apresiasi tinggi terhadap langkah para mahasiswa. Menurutnya, inovasi ini sejalan dengan semangat Saintek Berdampak yang digaungkan Kementerian Pendidikan.
“Ini bukti bahwa mahasiswa tidak hanya belajar di kelas, tapi juga memberi solusi konkret bagi masyarakat,” ujarnya.
Mesin pengaduk petis otomatis juga menjadi salah satu karya unggulan dalam Olimpiade Mahasiswa Teknik UNP Kediri yang digelar Rabu, 18 Juni 2025 lalu. Inovasi lain yang turut mencuri perhatian masyarakat adalah mesin pemotong kerupuk puli dan alat pencacah rumput untuk pakan ternak yang langsung dipesan oleh warga Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri.
Pihak kampus berencana mendaftarkan sebagian besar alat hasil olimpiade ke HaKI sebagai bentuk perlindungan dan pengakuan atas karya mahasiswa. “Ini juga akan mendongkrak reputasi akademik kampus dalam akreditasi,” pungkas Sulistiono.
Dengan hadirnya inovasi ini, mahasiswa UNP Kediri sekali lagi membuktikan bahwa ilmu pengetahuan dapat hadir langsung di tengah masyarakat, menjadi solusi. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |