Pendidikan

Menembus Batas Negeri: UI Bukakan Gerbang Ilmu bagi Anak Perbatasan RI-Timor Leste

Jumat, 27 Juni 2025 - 12:52 | 23.47k
Rektor Universitas Indonesia, Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU. (Foto: Ist)
Rektor Universitas Indonesia, Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU. (Foto: Ist)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, NTT – Di tengah bentang perbatasan antara Republik Indonesia dan Timor Leste, secercah harapan lahir dari ruang-ruang kelas sederhana di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Harapan itu menjelma nyata saat 10 siswa dari Atambua, Belu dinyatakan lolos seleksi masuk Universitas Indonesia (UI) melalui jalur PPKB (Prestasi dan Pemerataan Kesempatan Belajar), dimana 6 siswa diterima program sarjana dan 4 siswa diterima program vokasi.

Laura dan Olivia, dua di antara mereka, tak dapat menyembunyikan rasa haru dan bangga. Berasal dari daerah 3T terdepan, terluar, dan tertinggal keduanya membuktikan bahwa keterbatasan akses tidak membatasi mimpi.

Advertisement

“Kami ingin menunjukkan bahwa anak-anak perbatasan juga bisa. Ini bukan hanya mimpi kami, tapi juga mimpi orang tua, guru, dan masyarakat di sini,” ujar Olivia, siswi asal SMA Negeri Atambua.

Langkah monumental ini tidak datang begitu saja. UI melalui kebijakan afirmatif pendidikan memberikan perhatian serius terhadap siswa-siswa dari daerah 3T. Dalam beberapa tahun terakhir, UI secara aktif membuka jalur khusus yang memberikan ruang seleksi lebih adil bagi pelajar dari wilayah dengan keterbatasan infrastruktur dan akses pendidikan.

Rektor Universitas Indonesia, Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU. menegaskan bahwa ini adalah bentuk tanggung jawab UI sebagai institusi pendidikan nasional yang tidak boleh hanya menjadi milik segelintir golongan.

“UI bukan hanya untuk anak-anak dari kota besar. UI adalah milik bangsa. Kami punya tanggung jawab moral untuk menjangkau anak-anak terbaik dari seluruh pelosok, termasuk dari perbatasan dan wilayah 3T,” ujar Prof. Heri.

Melalui jalur PPKB dan program afirmasi lainnya, UI tak hanya menilai capaian akademik, tetapi juga mempertimbangkan latar belakang sosial, ekonomi, dan semangat berjuang dari calon mahasiswa. Ini selaras dengan semangat keadilan sosial dalam pendidikan yang menjadi salah satu prinsip dasar pembangunan nasional.

Program ini tidak hanya membuka pintu kampus, tetapi juga membuka cakrawala baru bagi generasi muda yang selama ini mungkin merasa terpinggirkan oleh sistem. UI membuktikan bahwa pendidikan tinggi tidak boleh menjadi hak istimewa, melainkan hak setiap anak bangsa.

Pemerintah daerah Belu menyambut baik pencapaian ini. Kepala Dinas Pendidikan setempat menyampaikan apresiasi kepada UI atas kebijakan yang memberi ruang bagi siswa di daerah yang selama ini memiliki keterbatasan fasilitas.

“Ini adalah bukti bahwa kebijakan afirmasi bisa berjalan dengan baik jika semua pihak punya visi yang sama. UI telah memberi contoh nyata,” ungkapnya.

Di balik keberhasilan 10 siswa Atambua, Belu ini tersimpan kerja keras para guru, dukungan orang tua, dan keberanian anak-anak yang tak pernah berhenti bermimpi. Kini, langkah mereka akan berlanjut di kampus perjuangan, Universitas Indonesia membawa semangat perbatasan menuju pusat peradaban ilmu pengetahuan. Total yang diterima dari wilayah 3T di PPKB 51 siswa dimana 42 sarjana dan 9 vokasi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES