Peristiwa Daerah

Tak ada Tebing, Jembatan pun Asyik Buat Rappeling

Minggu, 16 Oktober 2016 - 11:51 | 291.62k
Yesi Ramadhani (16) salah satu anggota PA SMAN 1 Genteng saat menuruni jembatan dengan cara rappeling, Minggu (16/10/2016).(Foto : Romi S/TIMESIndonesia)
Yesi Ramadhani (16) salah satu anggota PA SMAN 1 Genteng saat menuruni jembatan dengan cara rappeling, Minggu (16/10/2016).(Foto : Romi S/TIMESIndonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Tak ada rotan lidi pun jadi. Pepatah 'tak ada rotan akar pun jadi' yang sedikit diplesetkan ini seolah mengambarkan kreativitas anak-anak Pencinta Alam (PA) di Sekolah Menengah Atas Negri (SMAN) 1 Genteng, Banyuwangi, Jawa Timur.

Tak menemukan tebing curam untuk latihan rappeling, para pelajar ini menggunakan jembatan yang tak jauh dari sekolah untuk berlatih teknik panjat dan turun menggunakan tali ini.

Advertisement

Sebagai informasi, rappeling merupakan teknik turun dan panjat dari tebing, jembatan, gedung dan lain sebagainya dengan menggunakan tali. Teknik rappeling disebut sebagai salah satu teknik panjat paling berbahaya. Meski berbahaya, pemahaman atau kemampuan mengusai teknik ini sangat diperlukan bagi para pecinta alam.

Untuk mengasah kemampuan rappeling, pelajar PA SMAN 1 Genteng berlatih tiga kali seminggu di jembatan gantung di Desa Genteng Kulon.

\"Gak ada pilihan lain selain jembatan, di samping dekat dengan sekolah, mudah dijangkau," terang M Fawaid As'ade (16), ketua PA SMAN 1 Genteng, Minggu (16/10/2016). "Ya..ga ada rotan, lidi pun jadi, tak ada tebing, jembatan gantung juga ok," lanjutnya.

Siswa yang masih duduk di bangku XI ini mengatakan, selain mengasah skill, latihan ini sekaligus melatih mental bagaimana mengatasi rasa takut berada di tempat yang tinggi.

Fawaid juga menyebut, latihan ini juga membiasakan berperilaku disiplin dalam menyiapkan peralatan seperti tali dan carabinner sebelum rappeling. Ini perlu dilakukan mengingat kegiatan ini sangat berbahaya, satu kesalahan atau keteledoran bisa membuat celaka.

"Cara pemasangan tali beserta alatnya harus dipersiapkan dengan benar, karena dalam permainan apapun, keselamatan adalah nomer satu," terangnya.

Meski ekstrim dan menantang bahaya, anggota pecinta alam SMAN 1 Genteng tidak monopoli pria. Anggota perempuan juga banyak. Tercatat dari 50 anggota, 15 diantaranya adalah perempuan.

Sebut saja Yesi Ramadhani (16) salah satu anggota PA SMAN 1 Genteng yang mengatakan suka dengan latihan rappeling. Menurutnya, dengan penguasaan teknik rappeling yang bagus membuatnya tidak takut dengan ketinggian. Selain itu, rappeling juga membuatnya lebih percaya diri dan tidak takut untuk menghadapi setiap masalah.

"Takut itu harus dilawan," tegas Yesi usai melakukan rappeling turun dari jembatan.

Mengaku suka dengan hal yang menantang, Yesi merasa jadi kecanduan untuk bermain rappeling. "Gak main semingu aja rasanya dah kangen banget, rasanya gimana gitu," tuturnya genit.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES