Peristiwa Daerah

Bertuah, Buyut Cungking Diyakini Masih Hidup

Senin, 21 November 2016 - 08:52 | 738.12k
Iring - iringan warga yang hendak berziarah ke makam keramat buyut Cungkung, di Lingkungan Cungking, Kelurahan Mojopanggung, Kecamatan Giri, Banyuwangi. (Foto: Ahmad Suudi/TIMES Indonesia)
Iring - iringan warga yang hendak berziarah ke makam keramat buyut Cungkung, di Lingkungan Cungking, Kelurahan Mojopanggung, Kecamatan Giri, Banyuwangi. (Foto: Ahmad Suudi/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Bagi warga Banyuwangi yang bermukim di Kota, siapa yang tak kenal dengan makam keramat buyut Cungking. Leluhur warga Lingkungan Cungking, Kelurahan Mojopanggung, Kecamatan Giri, selalu ramai didatangi peziarah.

Masyarakat meyakini, dengan menggelar doa di makam buyut Cungking atau yang bernama asli buyut Wongso karyo, bisa mendatangkan tuah. Atau, segala hajat atau harapan bisa lekas terkabul.

Advertisement

Juru Kunci makam, Jam’i, bercerita, semasa hidup, buyut Wongso Karyo dikenal sakti sejak usia anak - anak. Dia berasal dari wilayah Gunung Baluran, yang kini masuk wilayah Kabupaten Situbondo.

"Petani biasa memasang tali di sawah untuk mengusir burung, buyut Wongso justru mengusir burung dengan berlari diatas tali," ungkap juru kunci makam generasi ke - 9 ini.

Ketika beranjak dewasa, lanjutnya, buyut Wongso lah yang pertama kali babat hutan Cungking, untuk dijadikan pemukiman warga hingga seperti sekarang. Saat sudah menetap di Cungking, kedigjayaannya justru makin kentara. Terutama dalam menggembalakan ternak kerbau.

Jarak berpuluh – puluh kilometer, Cungking – hutan Baluran, dapat dia tempuh bersama ternak kerbau, kurang dari satu hari.

“Buyut Wongso berjalan kaki ke sana dan pulang ke Cungking lagi sore harinya tanpa kendaraan alias jalan kaki, sekarang orang naik motor saja butuh beberapa jam sekali jalan, apalagi pulang - pergi," katanya.

Selain itu, buyut Wongso juga dikenal sebagai sosok yang sangat terjaga dari perkara duniawi. Dia sangat menghindari wanita, bahkan selama hidup dia belum pernah beristri. Sedang nama Cungking sendiri, sejatinya berasal dari penampilan rambut buyut Karyo, yang memiliki kuncir dibelakang. Kuncir dalam bahasa masyarakat lokal disebut kuncung, dan belakang adalah wingking.

“Cungking itu singkatan dari kuncung wingking,” jelas Jam’i.

Sementara itu, tentang terus berdatanganya peziarah ke makam, disebut karena besarnya tuah atau kesaktian yang dimiliki oleh sosok buyut Cungking. Bahkan, banyak yang percaya, bahwa sebenarnya buyut Karyo masih hidup.

Maka jangan heran jika melihat warga, pejabat, pengusaha, dari dalam dan luar kota sengaja datang hanya untuk menggelar selamatan dan doa di sekitar makam. Biasanya itu dilakukan setiap malam Jum'at.

Seperti yang dilakukan Udin, warga Desa Cantuk, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi. Dia yang datang lengkap dengan keluarganya, mulai nenek hingga keponakan, mengaku bahwa ziarah ke makam buyut Cungking adalah tradisi keluarganya dan pantangan jika dilanggar.

"Pernah salah satu anggota keluarga kami berhenti berkunjung kemari, dia terkena penyakit aneh, seluruh kulitnya berwarna putih tidak wajar dan rambutnya rontok hingga gundul," ucap Udin.

Setelah kejadian tersebut, dan seluruh keluarganya, mantap untuk meneruskan tradisi berziarah ke pesarean yang bagian dalam ruangannya diselimuti kain putih tersebut. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES