Marlon, Inspirator Keluarga Itu Terbang ke Hanggar Terakhirnya

TIMESINDONESIA, MALANG – Karangan bunga ucapan bela sungkawa hampir memenuhi pinggiran jalan di depan salah rumah dinas Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh Malang, Jawa Timur.
Di rumah itu disemanyamkan jenazah Mayor (Penerbang) Marlon Ardiles Kawer sebelum diterbangkan dan dimakamkan di tempat kelahirannya di Biak, Papua, Selasa (20/12/2016) besok.
Advertisement
Marlon bersama 11 rekannya meninggal dalam insiden jatuhnya pesawat Hercules C-130 milik TNI AU dengan nomor ekor A-1334 di sekitar Gunung Lisuwa, Distrik Minimo, Kabupaten Jayawijaya, Papua, pada Minggu pagi, (18/12/2016). Marlon sang pilot meninggal di usia muda, yaitu 32 tahun.
Kepergian Marlon menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga dan rekan angkatannya di TNI AU. Marlon merupakan angkatan 2003 di Akademi Angkatan Udara (AAU). Ia dikenal sebagai pribadi yang baik, supel dan juga pengayom bagi orang disekitarnya.
Pakde Marlon, Marthen Saroy mengaku sangat kehilangan sosok yang sangat penyayang dan supel di keluarganya tersebut. Baginya, Marlon merupakan orang yang sangat menginspirasi di keluarga besarnya. "Ia tak pernah pilih-pilih dalam berteman maupun membantu. Ia sangat menginspirasi bagi kami," ujar Marthen, Senin (19/12/2016).
Marthen merupakan saudara dari ayah Marlon. Ia tinggal di Biak, Papua dan rumahnya tak jauh dari bandara. Umur Marthen lebih tua, hanya terpaut beberapa tahun saja dengan Marlon. Mathen mengungkapkan, sejak kecil Marlon memiliki cita-cita menjadi seorang pilot di TNI AU.
"Saat liburan sekolah kita sering bermain bersama. Ia orang yang pintar dan sejak kecil, Ia sering bercerita tentang cita-citanya untuk menjadi seorang penerbang di Angkatan Udara," ujar Marthen.
Marlon bertugas di Skuadron Udara 32 Lanud Abdurachman Saleh, Malang, Jawa Timur. Sejak menjadi seorang pilot, Marlon selalu memberi kabar keluarga di Biak saat akan ada penerbangan ke Biak. Marthen bersama keluarganya yang tinggal tak jauh dari bandara selalu menyambutnya di bandara.
Namun, saat insiden nahas itu, Mathen tak mendapatkan kabar jika Marlon hendak ke Biak. "Saya dan keluarga besar di Biak selalu menemuinya di bandara. Kami selalu berbagi cerita dengannya. Terakhir kami menemuinya di bandara pada bulan Juli kemarin," ungkap pria yang aktif sebagai Wakil Ketua Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) di Biak tersebut.
Kepergian Marlon pertama Ia dengar dari rekan di RAPI, yang pagi itu mengabarinya jika ada pesawat Hercules jatuh di pegunungan yang berjarak sekitar satu kilometer dari bandara. Ia dan keluarga yang lain kaget bukan kepalang saat tahu Marlon berada dalam pesawat nahas itu.
"Pagi itu saat kejadian, cuaca sedang gelap oleh kabut. Namun setelah kejadian, cuaca sangat cerah sekali," ujar Hestevina Kawer, adik sepupu Marlon.
Hestevina ikut bersama rombongan yang membawa jenazah pesawat Hercules itu ke Malang. Selain Hestevina dan Marthen, juga ada beberapa keluarga yang juga turut menghantarkan jenazah Marlon ke Malang hingga dibawa ke Biak nantinya.
Marlon merupakan salah satu lulusan terbaik di Sekolah Komando Kesatuan TNI Angkatan Udara (Sekkau), kemudian didapuk menjadi seorang instruktur penerbangan. Di mata rekan satu angkatan Mayor (Penerbang) Bambang Baskoro Adi, Marlon merupakan seorang sangat baik dan pintar.
Tak hanya Bambang, 17 rekan satu angkatan Marlon di AAU yang datang ke tempat persemayamnya Marlon di Malang juga merasa sangat kehilangan.
Bambang yang pernah beberapa kali menjalankan misi kemanusiaan bersama, baik di Indonesia maupun ke luar negeri mengenang Marlon sebagai orang yang asyik buat diajak ngobrol dan bertukar ilmu.
"Pengalaman yang paling berkesan adalah saat kami sama-sama ditugaskan si Yogyakarta sebagai intruktur pada tahun 2014an, disana kami terbang bersama dan saling bertukar ilmu. Itu adalah momen yang jarang terjadi teman seliting bisa terbang bersama," ujarnya.
Bambang mengatakan, pertemuan terakhir dengan Marlon tak sengaja di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma dua hari sebelum kejadian nahas tersebut. Saat itu keduanya berjanji akan mengikuti tes Sekolah Komando (Sesko) AU pada Januari 2017 mendatang di Lembang.
"Bagi kami Ia bukan hanya teman, tapi juga saudara kami. Ia selalu baik kepada semuanya, tidak ada orang yang tidak suka saat berada di dekatnya," ujar Bambang, yang saat ini bertugas di Makassar. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |