Peristiwa Daerah Dies Natalis Ke 54 UB

Sakit Hernia dan Buta, Pasangan Kakek Nenek Ini Butuh Uluran Tangan

Jumat, 30 Desember 2016 - 15:49 | 71.60k
Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Dr. Muhammad Bisri, bersama tokoh masyarakat sekitar menemui Kakek Madun di Jalan Muhrto, Kotalama, Malang, Jawa Timur (30/12/2016) (Foto: Senda/ TIMES Indonesia)
Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Dr. Muhammad Bisri, bersama tokoh masyarakat sekitar menemui Kakek Madun di Jalan Muhrto, Kotalama, Malang, Jawa Timur (30/12/2016) (Foto: Senda/ TIMES Indonesia)
FOKUS

Dies Natalis Ke 54 UB

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Kehidupan pasangan kakek nenek Madun dan Mariam yang tinggal di bilik berukuran 1x2,5 meter dan serba kekurangan di daerah Kotalama, Kota Malang, Jawa Timur menggugah Universitas Brawijaya untuk memberikan bantuan.

Kehidupan Madun dan Mariam memang memprihatinkan. Tidak hanya hidup serba kekurangan dan tinggal dalam bilik sempit yang tidak layak disebut rumah, kondisi keduanya juga sakit.

Advertisement

KAkek-MAdun-BAVfMK.jpgKakek Madun (tengah) saat menunjukan bantuan berupa uang tunai senilai sepuluh juta rupiah yang diberikan oleh Universitas Brawijaya, Malang Jawa Timur, (30/12/2016)  (Foto: Senda/ TIMES Indonesia)

Madun menderita hernia dan Mariam nyaris buta akibat katarak membuat hidup keduanya semakin memprihatinkan.

Siang itu, suasana hujan dan dinginnya Kota Malang usai sholat Jumat (30/12/2016), tak menyurutkan rombongan jajaran pimpinan Universitas Brawijaya (UB) menyerahkan bantuan untuk kakek Madun dan nenek Mariam.

Suasana ramainya Jalan Muharto, pun masih terdengar saat mengunjungi rumah kakek Madun. Pasangan suami istri yang tinggal di bilik berukuran 1x2,5 meter, tepatnya di Gang Kelinci RT 07 RW 04, Kelurahan Kotalama, Kecamatan Kedung Kandang, Kota Malang, Jawa Timur,

Rombongan yang dipimpin langsung rektor UB, Prof. Dr. Ir. M. Bisri, M.S pun langsung turun dan meninjau rumah sederhana yang ditinggali Madun. Usai melihat kondisi tersebut, Prof Bisri mengajak berbincang Madun, di rumah tetangganya, Mbak Lis.

Nenek-MarniF6sNW.jpgSosok Nenek Mariam (Istri kakek Madun) sampai saat ini tetap setia menemani sang suami. (Foto: Senda/ TIMES Indonesia)

Madun yang didampingi, Ustad Topan dan Ketua RT 4 RW 7 pun sempat pun berbincang sebentar. Tak berlangsung lama, Prof Bisri kemudian menyerahkan bantuan berupa sembako dan bantuan uang sebesar Rp 10 juta.

Tak hanya itu, Bisri pun juga menawarkan pengobatan gratis operasi pada Mariam yang menderita katarak. Mariam rencananya akan diikutkan operasi katarak gratis pada tanggal 7 Januari 2016 mendatang.

"Kami dari UB ingin menyerahkan bantuan ini untuk bapak, semoga dapat bermanfaat," katanya.

Bantuan diterima dengan senang hati oleh Madun yang mengenakan peci hitam, berbaju putih dan sarung ini.

Ditemui terpisah usai acara, Madun yang lahir tahun 1924 ini menyatakan terima kasih kepada semua orang yang masih peduli terhadap dirinya.

"Terima kasih, semoga bantuan ini bermanfaat, dan semua rezeki ini hadir atas kuasa Tuhan," kata Madun pada TIMES Indonesia.

Madun yang sempat berjualan daging ayam di pasar Kebalen sebelum berhenti karena sakit hernia bercerita beberapa kisah masa mudanya. Bahkan, ia juga bercerita sempat akan dibunuh, karena dituduh menjadi anggota PKI.

"Zaman 65, saya sempat mau dibunuh karena dikira sebagai pengikut PKI, tapi saya dengan tegas menjawab tidak," kata pria yang sempat menjadi anggota partai Banteng.

Terlepas dari itu, saat ini, Madun hidup bersama istrinya Mariam yang kini berusia 90 tahun.
Mariam kondisinya juga tidak sebaik Madun. Mariam kehilangan pengelihatannya karena penyakit mata. Kondisi ini dialami Mariam sejak 4 tahun lalu.

Warga sekitar mengenal pasangan kakek nenek ini hidup sangat sederhana dan ramah dengan tetangga. Kedua terlihat sering berjualan daging bersama di Pasar Kebalen, sebelum jatuh sakit.

"Sejak kakek sakit hernia dan nenek sakit mata, mereka sekarang hanya tinggal di rumah," kata Ketua RT 4 RW 7, Kotalama.

Mbak Lis, tetangga Madun menambahkan, keduanya hanya sesekali berjalan ke sekitar gang menyapa para tetangga dan pergi ke musala Salafiyah yang terletak di pinggir jalan raya untuk shalat.

"Keduanya hanya hidup berdua, dan hanya sesekali jalan-jalan di sekitar gang ini," katanya.

Lis menambahkan, semua warga gang Kelinci sudah mengganggap Madun dan Mariam sebagai keluarganya. Setiap hari, selalu ada yang mengirimkan makan dan membuatkan kopi untuk keduanya.

"Mereka ini sudah menjadi bagian dari keluarga kami, karena itu kami akan selalu ada dan senantiasa merawat kakek dan nenek," tandasnya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES