Pengusaha Harus Berani Lakukan Ekspor Impor Sendiri

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Pengusaha tidak cukup memproduksi saja. Para pengusaha juga harus lebih berani melakukan ekspor impor secara mandiri, karena sebetulnya pengusaha di daerah itu berpotensi sangat besar, tapi masih minim pengalaman.
Hal itu disampaikan pimpinan sub devisi marketing internasional Banking, Diah Irawati, saat menjadi pemateri dalam acara sosialisasi pengembangan ekspor, di aula Diskoperindag Bondowoso.
Advertisement
Menurutnya, pengusaha saat ini, dari faktor skil masih tergolong kurang, dan sampai saat ini masih memakai reder, yang penting mereka terima beres
Kalau sampai di luar negeri langsung terima pembayaran. Padahal kalau mau ekspor sendiri, maka keuntungannya lebih besar dan devisanya juga besar.
“Potensi ekspor di Kabupaten Bondowoso peluangnya sangat besar, dan saat ini masih terlena cara pemakaian reder. Karena kelemahan pada proses masuknya masih sangat minim dan masih perlu pengarahan,” katanya, Rabu (23/5/2018).
Menurutnya, berdasarkan pengalaman, baik pengalaman di perbankan, jika ekspor-impor akhirnya pasrah kepada buyer yang ada di luar.
Sebenarnya, lanjut Diah, produk yang ada di dalam negeri, tidak kalah dibandingkan dengan produk dari luar negeri.
Sementara kata dia, Penyebab ekspor masih di bawah impor sangat banyak sekali secara makro ekonomi, dan sampai saat ini surplus impor lebih tinggi daripada ekspor.
Sementara acara sosialisasi itu, merupakan upaya pihak perbankan, khsusnya Bank Jatim bekerja sama dengan Diskoperindag, untuk meningkatkan kesadaran pengembangan ekspor-impor secara mandiri, di kalangan pengusaha lokal.
“Kita selaku instansi di perbankan yang dimiliki masyarakat Jatim, senantiasa untuk membantu program pemerintah di seluruh Jatim,” tegasnya.
Langkah ini, sambung Diah, juga bertujuan untuk ekspor-impor. Selain join marketing, hal ini juga sosialisasi program, promosi dan rangkul pengusaha yang ada di daerah.
Para pengusaha lokal, yang ikut dalam sosialisasi itu, menyambut positif upaya Bank Jatim dan pemerintah dalam mewujudkan pengembangan ekspor secara mandiri.
Salah satunya adalah Sumarhum, seorang pengusaha kopi dan sekaligus ketua Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APEKI). Menurutnya, Itu sangat bagus untuk menggerakkan dunia usaha di kabupaten Bondowoso.
“hanya saja, itu tergantung kita, sejauh mana kita mampu menangkap peluang yang ada, sesuai potensi di kabupaten Bondowoso,” katanya.
Untuk sementara, kata dia, dalam hal ekspor impor, pengusaha lokal Bondowoso masih kerja sama. Untuk selanjuntnya pihaknya berharap agar semua pengusaha lokal menjadi eksportir sendiri.
Masih menurutnya, ada beberapa kendala dalam melakukan ekspor secara mandiri, pertama masalah modal, dan masalah izin prinsip. Masih butuh pergudangan, dan semua persyaratan harus dipenuhi.
“Tanpa ada fasilitasi dari pemerintah, saya rasa sangat sulit, termasuk juga harus ada dukungan dari perbankan,” katanya.
Para pengusaha di kabupaten Bondowoso, lanjut dia, berharap agar bisa jadi eksportir sendiri. Syukur-syukur, kata dia, kalau usaha milik daerah (BUMD) Bondowoso, mampu mengamankan dan menjadi eksportir sendiri, yang nantinya akan diikuti oleh pengusaha.
“pelaku ekspor untuk saat ini masih non pribumi. Jika pun ada itu di luar Bondowoso. Bahkah pelaku ekspor kopi di Bondowoso, masih belum ada,” pungkasnya.
Sementara Hadir dalam acara itu, Diah Irawati, pemimpin sub devisi marketing Internasional Banking Bank Jatim, sekaligus sebagai pemateri, Pimpinan Bank Jatim Bondowoso Endang Saraswulan, Suhartono dari Diskoperindag dan sejumlah pengusaha. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rochmat Shobirin |