Anggrek Hitam, Tanaman Khas Kaltim yang Butuh Perhatian

TIMESINDONESIA, SANGGATA – Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata) merupakan salah satu jenis anggrek asli Indonesia yang telah dikategorikan sebagai flora terancam punah. Tanaman khas Kaltim di Taman Nasional Kutai ini butuh perhatian para penggiat lingkungan.
Keberadaannya pun di alam sudah sangat langka dan diambang kepunahan. Suatu kerugian besar bagi keanekaragaman hayati Indonesia. Saat ini, populasi Anggrek Hitam dilindungi dan dilarang diperdagangkan secara bebas (kecuali hasil penangkaran), sesuai PP nomor 07 tahun 1999.
Advertisement
Hal ini disebabkan oleh berkurangnya habitat Anggrek Hitam akibat perambahan hutan, kebakaran hutan, serta beralihnya fungsi hutan menjadi perkebunan, persawahan dan pemukiman. Terlebih banyaknya pecinta anggrek yang mengoleksi Anggrek Hitam. Apalagi adanya demam para kolektor anggrek yang berburu di alam liar.
Sedangkan secara alami, Anggrek Hitam perkembangbiakannya tidak mudah, sangat lambat. Sehingga semakin mengurangi jumlah tanaman anggrek hitam yang tumbuh liar di alam.
Sebagai informasi, dinamakan Anggrek Hitam, karena anggrek ini memiliki lidah (labellum) berwarna hitam dengan sedikit garis-garis berwarna hijau dan berbulu. Sepal dan petal berwarna hijau muda. Bunganya cukup harum semerbak. Anggrek Hitam termasuk dalam anggrek golongan simpodial dengan bentuk bulb membengkak pada bagian bawah dan daun terjulur di atasnya. Setiap bulb hanya memiliki dua lembar daun saja.
Walaupun termasuk flora yang dilindungi dan terancam punah, Anggrek Hitam ini selalu dicari oleh para kolektor anggrek. Perburuan tanaman untuk diperjualbelikan ini tidak kunjung mereda. Salah satu tempat yang masih terjaga dan dijaga populasi Anggrek Hitamnya adalah di Cagar Alam Kersik Luway, Kutai Barat.
Dengan ancaman kepunahan itu, PT Pupuk Kaltim sangat peduli terhadap kelangsungan hidup flora khas Kaltim tersebut. Sehingga perusahaan pupuk itu mengupayakan konservasi Anggrek Hitam dengan menggunakan metode kultur jaringan melalui Laboratorium Kultur Jaringan Departemen Pengembangan Usaha Bidang Agro milik PT Pupuk Kaltim.
Diharapkan dengan usaha penangkaran Anggrek Hitam ini, bisa menekan jumlah penjualan Anggrek Hitam ilegal, sehingga populasinya di alam terjaga. Namuni tetap dapat memenuhi permintaan pasar atas Anggrek Hitam melalui hasil penangkaran itu.
Sementara itu di lain kesempatan, Wakil Bupati Kutai Timur (Kutim), Kasmidi Bulang, mengapresiasi cara yang ditempuh PT Pupuk Kaltim dalam menjaga keanekaragaman hayati yang ada di Taman Nasional Kutai (TNK) Sangkima ini.
"Anggrek Hitam merupakan tanaman khas yang dimiliki Kaltim. Kalau perlu kegiatan reintroduksi ini dibudayakan," terang Kasmidi, Sabtu (4/8/2018) siang saat menghadiri kegiatan Reintroduksi Anggrek Hitam ke Alam TNK Sangkima, Kalimantan Timur.
Kedepan, rencananya ia juga akan berkoordinasi dengan dinas terkait untuk menghimbau perusahaan-perusahaan tambang dan kebun sawit yang ada di Kutim agar melakukan hal sama. "Saya minta untuk berbuat hal yg sama seperti perusahaan pupuk ini. Ini sangat positif, langkah PT Pupuk Kaltim ini akan kami ikuti dan akan kami gaungkan di Kutim," pungkas Kasmidi.
"Paling tidak apa yang kita punya di Kaltim harus kita jaga terus menerus. Tanaman jenis anggrek ini merupakan keanekaragaman hayati Kaltim. Dan itu menjadi kebanggaan kita bersama. Sehingga harus kita jaga kelestariannya agar nantinya menjadi magnet pariwisata di sini," lanjutnya.
Wakil Bupati Kutim Kasmidi Bulang (tengah) dan GM Umum PT Pupuk Kaltim Nur Sahid saat berada di kegiatan Reintroduksi Anggrek Hitam ke Alam TNK Sangkima, Kaltim. (Foto: Fauzi Humas PKT for Times Indonesia)
Menurutnya, keberlangsungan tanaman khas Kaltim yang akan punah dan tergolong langka ini, Anggrek Hitam, bukan serta merta menjadi tanggung jawab Taman Nasional Kutai saja. Melainkan, seluruh stakeholder yang ada di sekitarnya. "Anggrek Hitam merupakan aset Kaltim yang harus dilindungi dan dilestarikan. Semua harus peduli," tutup Kasmidi Bulang.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |
Sumber | : Bontang TIMES |