Sumano 17 Tahun Menjadi Kuli Panggul Air Laut

TIMESINDONESIA, BADUNG – Dalam riuh suara para nelayan yang menanti perahu yang datang di dermaga Pantai Kedonganan, Kecamatan Kuta, Badung, Bali, terlihat seorang pria dengan gerobak kayunya yang berisi empat drum air ukuran sedang.
"Saya sudah 17 tahun menjadi Panol (Kuli Panggul Air Laut)," ucap Sumano (36) saat membuka perbincangan, Sabtu(11/8/2018).
Advertisement
Sumano saban hari beraktivitas sebagai panol untuk mengambil air laut. Lewat gerobak rapuhnya dan empat drum airnya. Ia berjalan menuju dermaga, setibanya di dermaga ia menuruni tangga dengan memikul dua drum air diatas punggungnya dan kemudian mengisi penuh dua drumnya dengan air laut.
Setelah terisi penuh, ia kembali meniti tangga dermaga dengan memikul dua drum yang sudah terisi air laut yang beratnya sekitar 30 kilo gram. Walaupun, langkahnya sempat terhuyung karena beratnya air yang dipikul, Sumano dengan tenang menyeimbangkan langkah kakinya.
Sesudah empat drum terisi air laut, ia menarik gerobaknya dan berjalan sekitar 100 meter untuk menuju pasar ikan Kedonganan dan memberikan ke para pedagang yang memesannya untuk disiramkan ke tumpukan ikan yang dijajakan di atas lapak para pedagang.
"Kalau disiram air laut ikan yang dijual jadi segar. Kalau dikasih air tawar cepat bau dan busuk," kata Sumano, yang berasal dari Desa Pakis, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember, Jawa Timur ini.
Setiap satu dram air laut yang dipesan oleh para pedagang ikan, Sumano mendapat imbalan Rp 5 ribu rupiah. Dalam sehari, dirinya sekitar 6 atau 7 kali bolak-balik dari pasar ke dermaga.
"Kalau dalam sehari iya bisa dapat Rp 40 sampai Rp 60 ribu, tergantung pesanan para pedagang ikan. Iya kalau ramai pesanan air saya bisa bolak-balik 10 kali," ungkapnya.
Pria dua anak ini, bekerja dari pagi hingga petang tanpa letih. Walaupun bekerja dengan upaya yang cukup keras dalam sebulan dari hasil memikul airnya yang disimpan, hanya mendapatkan Rp 600 ribu.
Sementara, untuk menghemat biaya hidupnya, Sumano sengaja tidak menyewa tempat indekos. Jika waktunya istirahat atau tidur dirinya menempati tempat pos para nelayan bersantai.
"Iya kadang saya juga menginap di rumah teman, tapi kebanyakan tidur di pos-pos nelayan," tuturnya.
Sumano juga menjelaskan bahwa untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, selain bekerja sebagai panol dirinya juga bekerja serambutan asal pekerjaannya itu halal dan bisa mengirimkan uang pada istri dan dua anaknya dan ia mengaku sudah sangat bersyukur.
"Anaknya saya dua-duanya cowok, satu sudah kuliah dan satunya masih kelas 3 SMP. Iya kalau uang terkumpul banyak, tiga bulan sekali saya pulang ke desa buat ngasih uang sama istri dan biaya sekolah anak," ungkapnya.
Bekerja sebagai panol, menurut Sumano walaupun pengasilannya kecil tidak masalah bagi dirinya. Untuk selama ini, kebutuhan biyaya pendidikan anaknya juga dibantu oleh istrinya yang bekerja serambutan di desanya.
"Istrinya saya kadang disuruh buat kue sama orang, iya kadang juga kerja serabutan. Kalau kebutuhan keluarga iya cukup, kalau tidak cukup iya berdoa saja minta cukup," ucapnya sambil tertawa.
Bagi Sumano, bekerja sebagai panol bukanlah beban untuk dirinya, karena selama ini setiap hari selalu ada pesanan dari pedagang ikan yang meminta mengambilkan air laut sehingga, rezeki untuk anak dan istrinya di desa terus ada dan ia kirimkan setiap bulannya.
Selain itu, ia juga mengaku ingin bekerja yang lebih baik kalau suatu saat nanti ada tawaran kerja yang bagus dan tentunya halal. Selain itu, ia juga menceritakan bahwa awalnya merantau ke Bali, karena ikut Kakaknya, dalam 17 tahun perjalanan hidup merantau ke Bali, Sumano tetap merasa bersyukur karena masih sehat dan bisa bekerja walaupun menjadi seorang kuli panggul air.
"Dulu ke Bali saya ikut kakak dan saat ini saya sudah bekerja sendiri. Kalau kata saya kerja ini sudah enak, karena setiap hari jualan air. Saya tidak merasa berat karena setiap hari ada saja yang pesan," ucap Sumano dengan tersenyum, menutup obrolan dan kembali menarik gerobak airnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |
Sumber | : TIMES Bali |