Cerita Kupit Tentang Lagu Tolak Reklamasi Teluk Benoa Bali

TIMESINDONESIA, DENPASAR – Perjuangan panjang Gerakan Forum Rakyat Bali (ForBali) dan Pasubayan selama 5 tahun berujung manis. Reklamasi Teluk Benoa Bali akhirnya batal akibat izin Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) yang dimiliki oleh PT TWBI kadaluwarsa, sehingga reklamasi tidak bisa dilanjut kembali.
Selain itu semua, semangat yang terus menggelora dimiliki oleh puluhan ribu simpatisan ForBali dan Pasubayan dalam setiap aksi tolak reklamasi Teluk Benoa Bali, tentunya adalah nafas perjuangan yang panjang.
Advertisement
Namun di balik itu semua, saat puluhan ribu masa aksi turun kejalan, mereka tidak pernah lupa menyanyikan lagu wajib Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa.
"Bangun Bali subsidi petani. Kita semua makan nasi, bukannya butuh reklamasi, keputusan bau konspirasi penguasa pengusaha bagi komisi, konservasi dikhianati. Bangun Bali tolak reklamasi, sayang Bali tolak reklamasi, bangun Bali tolak dibohongi, rusak bumi dan anak negeri." Begitulah sepenggal lirik lagu tolak reklamasi Teluk Benoa Bali.
Pencipta lagu Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa tersebut adalah Komang Gunawarma atau lebih dikenal dengan panggilan Kupit. Pria asal Desa Ulakan, Kacamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali ini, adalah vokalis dan gitaris Band lokal Bali bernama Nosstress.
Kupit menceritakan, awal membuat lagu tersebut dimulai saat gerakan tolak reklamasi Teluk Benoa muncul. Saat itu, dirinya mendapatkan lirik lagu tersebut tanpa sengaja, saat membukan Facebook dan membaca status temannya yang bernama Agung Alit.
Menurutnya status temannya adalah sebuah lirik yang pas untuk mewakili perjuangan menolak reklamasi Teluk Benoa. "Waktu status Facebook kawan saya namanya Gung Alit, waktu kita demo awal-awal susah bikin lirik yang simple tapi kuat. Tanpa sengaja saat saya buka Facebook dan teman bikin status tentang itu dan langsung kami jadikan lagu. Hanya diubah sedikit-sedikit saja," ucapnya, usai konferensi pers ForBali di Kantor Walhi Denpasar. Senin (27/8/2018) sore.
Kupit juga mengungkapkan, saat izin reklamasi gagal karena izin Amdal yang sudah kadaluwarsa, dirinya sangat senang dan sempat ingin menangis di atas sepeda motor ketika menuju kantor Walhiuntuk memberikan konferensi pers bahwa gerakan tolak reklamasi Teluk Benoa telah menang.
"Tadi waktu dapat kabar di jalan saat naik sepeda motor, saya ingin menangis. Karena banyak memori selama 5 tahun ini yang muncul dalam perjuangan. Kita mulai dari sedikit orang dan gerakan ini lalu besar dan saat ini ada hasilnya," ungkapnya.
Menurut Kupit, ia juga tidak menyangka bahwa lagunya akan menjadi lagu wajib saat aksi tolak Reklamasi Teluk Benoa, Bali. Namun, menurutnya bahwa lagu itu bisa dikenal banyak orang bukan karena lagunya tapi rasa yang sama akan keresahan masyarakat tentang reklamasi Teluk Benoa Bali.
"Tapi menurut saya bukan karena lagunya, sebenarnya banyak masyarakat yang berpikir tentang itu dan resah dengan keadaan ini (Reklamasi Teluk Benoa)," ujarnya.
Namun bagi Kupit perjuangan tolak reklamasi Teluk Benoa belum usai. Karena masih adal hal yang terus diperjuangkan oleh ForBali dan Pasubayan yakni meminta pencabutan Peraturan Presiden (Perpres) No.51/2014 kawasan Teluk Benoa Bali. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |
Sumber | : TIMES Bali |