Rencana Pembangunan ICS di Jember, Ini Komentar Mahasiswa Pascasarjana ITS

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Rencana pembangunan ICS (Integrated Cold Storage), di Kabupaten Jember mandapat tanggapan dari seorang mahasiswa Pascasarjana ITS (Institut Teknologi Sepuluh November) Surabaya, Safira Chika Nurul Imania.
Menurutnya, ICS ini sangat dibutuhkan oleh nelayan, mengingat hasil tangkap ikan selama ini langsung dikirim ke perusahaan pengalengan ikan di Banyuwangi.
Advertisement
“Dengan adanya ICS ini diharapkan dapat menyerap tenaga kerja dan industri perikanan di Jember dapat berkembang,” katanya.
Namun, kata dia, terdapat sisi negatif yang bisa ditimbulkan dengan adanya ICS tersebut, karena apabila limbah tidak dikelola dengan baik maka dapat mencemari lingkungan di sekitar.
Untuk mengurangi dampak dari ICS, jelas dia, perlu dilakukannya EIA atau Environment Impact Analysis. EIA ini sendiri juga dapat menganalisis jangka panjang dan pendek dari pembangunan ICS.
ICS sendiri digunakan untuk meyimpan hasil laut, agar hasil tangkap ikan tetap terjaga kualitasnya dan dapat diolah sehingga mempunyai nilai tambah lebih.
ICS sendiri dibangun di daerah Desa Puger Kulon, Kecamatan Puger tepat di Jalur Lingkar Selatan di atas lahan seluas 5.031 M2.
ICS dilengkapi dengan 2 unit Cold Storage berkapasitas 50 ton, ruang pengolahan, 2 unit ABF berkapasitas 2,5 ton, IFM 5 ton/hari, ruang karyawan, IPAL, Water Treatment, mini laboratorium, mushalla, ruang kantor.
ICS juga dilengkapi dengan peralatan pengolahan (coolbox, meja stainless steel, pallet stainless steel, gravity roller stainless steel, pan pembekuan, keranjang, timbangan, high pressure washer, pakaian kerja pengolah, strapping band machine, metal detector dan lain-lain).
Di sisi lain, perempuan kelahiran Jember itu juga menjelaskan, bahwa untuk mendapatkan hasil tangkapan yang banyak dan berkualitas, tentunya butuh bantuan dari berbagai pihak. seperti, penyedia informasi cuaca dan iklim (Badan Meteorolog dan Geofisika), agar nelayan tidak terjebak pada cuaca ekstrim, yang dapat terjadi secara tiba-tiba di laut.
“Penyedia informasi letak ikan sehingga nelayan tidak perlu mengira-ngira di mana letak ikan seperti yang sudah diterapkan di China,” sambungnya.
Selain itu, kata dia, kapal nelayan yang menjamin keselamatan para nelayan agar tidak ada lagi nelayan yang meninggal karena ombak yang menggulung kapal, Karena kapal yang terlalu kecil dan tidak dapat menjamin keselamatan para nelayan.
Selain itu, penyuplai bahan bakar kapal nelayan, karena masih terdapat kasus nelayan yang tidak melaut karena kelangkaan bahan bakar atau harga bahan bakar yang melambung tinggi.
Kemudian, alat pancing ikan yang ramah lingkungan, tidak membuat ikan rusak, dan memudahkan nelayan menangkap ikan, cold storage yang memadai agar ikan hasil tangkapan tetap terjaga kualitasnya.
“Tentunya semua ini memerlukan capur tangan pemerintah. Sudah saatnya industri perikanan Indonesia bangkit. Sudah saatnya Indonesia menjadi negara yang besar karena kekuatan maritimnya, cerdasnya para nelayannya dan tangguhnya armada lautnya,” tegasnya.
Apabila, kata dia, pengolahan ikan hasil tangkap dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin. Jika ikan produksi Jember dapat memenuhi kebutuhan ikan di Jember itu sendiri, bahkan juga mendunia, mengingat adanya bandara di Kabupaten Jember.
Menurut informasi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada bulan maret lalu telah ditanda tangani Bantuan Pemerintah berupa Bangunan Integrated Cold Storage (ICS) oleh Bupati Jember dengan Dirjen PSDKP (Pengawas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan). (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |
Sumber | : TIMES Bondowoso |