Bangkitkan Budaya Metil, Padukan Musik dan Tari

TIMESINDONESIA, MADIUN – Metil adalah ritual atau tradisi masyarakat Jawa sebelum panen dilakukan. Ritual itu dilakukan sebagi wujud rasa syukur kepada Tuhan dan Dewi Sri (Dewi Padi). Namun, seiring bergesernya tahun, budaya ini makin dilupakan oleh kaum milenial.
Untuk menjaga kelestarian budaya yang mulai ditinggalkan, sekumpulan pemuda Desa Brumbun, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun menghidupkan kembali budaya metil dengan konsep seni dan budaya yakni Festival Pedhut Kuning.
Advertisement
"Upacara panen padi kita kolaborasikan dengan selingan instrumen musik tradisional. Namun tidak lupa disediakan tumpeng dan panggang utuk kenduri," kata Ulil, Ketua Panitia Festival Pedhut Kuning.
Pedhut Kuning yang diistilahkan hamparan padi yang menguning ini akan dilaksanakan pada Sabtu (22/12/2018) pagi. Acara dikemas maksimal dengan menghadirkan seniman musik tradisioanl dari berbagai daerah.
"Ada sarasehan budaya saling silang yang kedepannya bisa menjadi wisata sebagai potensi desa dengan dasar budaya," jelas Ulil.
Pertunjukan saling silang bunyi ini mengundang Redy Eko Prasetyo musisi dawai asal Malang dan Memet Chairul Slamet dosen seni musik ISI Jogjakarta sebagai komposer. Mereka akan berkolaborasi dengan eksplorasi bebunyian agraris diantaranya dengan memainkan secara masal instrumen harpa mulut (Karinding, Rhinding ) bersama sama warga.
"Dan menariknya mereka akan memainkan di sepanjang hamparan sawah di Desa Brumbun," tegas Ulil.
Tak kalah menarik juga ada Malang Dance serta beberapa grup tari dari desa Brumbun. Serta serunya grup Unen Unen dari Rengel Tuban yang dikomandani oleh seniman instrumen nuilder Hewood. Di sini mereka akan memainkan eksplorasi instrumen musik dari daun lontar serta musik ongklek. Mereka juga akan memberikan workshop membuat Rinding, Karinding bersama warga desa Brumbun.
"Ada pula Bung Yoyok Harnes (pemain dawai Hindia/Sitar) putra daerah yang menetap di Bali dan sempat berguru di Hindia," tambahnya.
Kiprah Yoyok Harnes dalam blantika musik dapat dinikmati dalam setiap petik dawainya. Tidak kalah seru Prabu, sang gitaris cilik asal Madiun yang sudah malang melintang level nasional dan internasional. "Prabu ini juga dalang cilik," pungkas ketua panitia Festival Pedhut Kuning ini. TIMES Indonesia menjadi media partner Festival Pedhut Kuning. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |
Sumber | : TIMES Madiun |