Peristiwa Daerah

Ini Tiga Tipe Arsitektur Etnis Tionghoa Kota Probolinggo

Selasa, 05 Februari 2019 - 11:06 | 177.37k
Kelenteng Sumbernaga, Kota Probolinggo. (Foto: Happy/TIMES Indonesia)
Kelenteng Sumbernaga, Kota Probolinggo. (Foto: Happy/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Perayaan Imlek identik dengan Etnis Tionghoa. Di Probolinggo, etnis Tionghoa telah lama tinggal dan memiliki 1 klenteng di Kota Probolinggo. Pada 1905, tercatat ada 1200 orang Tionghoa yang tinggal.

Saat itu, penduduk Kota Probolinggo sekitar 15.000 orang. Selain 1200 orang Tionghoa, ada 600 orang Eropa (Belanda), 350 orang Arab, dan sisanya adalah orang pribumi dan sejumlah kecil orang Madura.

Advertisement

Etnis Tionghoa ini, tinggal di sepanjang tepi Kali Banger, yang dikenal dengan daerah pecinan. Meliputi Jalan Dr. Sutomo, Jalan A Yani, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Wr. Supratman, dan Jalan Letjen Suprapto. Klenteng terletak di ujung Jalan Wr. Supratman.

Hinga kini, rumah Etnis Tionghoa Probolinggo ini masih bisa ditemui di daerah-daerah tersebut. Seperti apa?

Diana Thamrin dari Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra, Surabaya, pernah meneliti tata bangunan Etnis Tionghoa di Kota Probolinggo pada 2010. Diterbitkan di jurnal Dimensi Interior.

Hasilnya, bentuk arsitektur rumah Etnis Tionghoa di Kota Probolinggo terdiri dari tiga tipe.

Pertama, tipe rumah dengan wajah bangunan simetris. Memiliki tiga pintu dan tidak banyak menunjukkan langgam desain Kolonial pada strukturbangunannya. Contoh rumah tipe ini adalah rumah-rumah di sepanjang Jalan Brigjen Katamso.

Rumah-rumah di daerah ini dihuni orang Tionghoa totok, yang dagangannya lebih bersifat individualis. Antara lain adalah pengusaha yang memiliki home industry atau toko di pasar tradisionalsetempat.

 Kedua, wajah bangunannya bergaya Indisch empire. Lebih banyak menunjukkan langgam desain Eropa, diadaptasikan dengan iklim lokal, dan memiliki sebuah ruang kantor di teras depan yang luas.

Contoh rumah tipe kedua ini adalah rumah-rumah di Jalan  Dr. Soetomo, Letjen Suprapto dan A.Yani.

Desain Eropa diterapkan pada jendela  melengkung di atas teras depan rumah Jalan Dr. Soetomo 56. Juga pada tegel bermotif art deco di atas teras depan rumah Jalan Letjen Suprapto 50.

Penghuni rumah yang dirancang dengan kantor depan ini, kebanyakan pedagang kelas atas yang memiliki relasi mutualistik dengan orang Belanda pada era kolonial.

Kantor dan teras rumah digunakan untuk diskusi bisnis dengan orang Belanda, bahkan rumahpun sering dihuni oleh tamu Belanda.

 Ketiga, wajah bangunan menunjukkan ciri-ciri desain Eropa modern. Tapi tidak memilki teras atau serambi terbuka di luar, meskipun terdapat kantor di bagian depan. Tipe ketiga ini bersifat sangat tertutup dari luar, lain dengan tipe kedua.

Wajah bangunan rumah tipe ini kembar dengan yang sebelahnya namun berlawanan arah seperti gambaran cermin.

Yang unik, meskipun rumahnya terpisah di dalam, wajah bangunan seolah-olah menunjukkan bahwa dua rumah tersebut hanya terdiri dari satu rumah.

Seperti tipe kedua, wajah bangunan tipe ketiga ini menunjukkan langgamdesain Eropa seperti dormer dan jendela clerestory.

Rumah tipe ini dimiliki oleh keluarga-keluarga yang mengelola bisnis yang sama. Sehingga hidup dan bekerja dengan saling berdampingan. Saat perayaan imlek 2019etnis Tionghoa di Kota Probolinggo ikut merayakannya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Probolinggo

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES