Siswa SMA Katolik St Hendrikus Surabaya Dialog Keberagaman Bersama KH Abdul Tawwab

TIMESINDONESIA, SURABAYA – SMA Katolik St.Hendrikus Surabaya menggelar kegiatan studi lapangan (field trip) lintas iman ke beberapa tempat ibadah di Surabaya, salah satunya Pondok Pesantren Darus Sa'adah Nginden, Selasa (16/4/2019). Diskusi antara KH Abdul Tawwab, pengasuh Ponpes bersama puluhan siswa tentang keberagaman berlangsung menarik.
Berbagai pertanyaan yang dilontarkan siswa dijawab secara rasional oleh KH Abdul Tawwab yang juga merupakan Ketua Umum Pengurus Pusat Forum Kyai Kampung Nusantara.
Advertisement
“Berbeda itu tetap indah, jangan merasa benar sendiri sehinga orang lain dianggap salah, itu yang berbahaya,” jelas KH Abdul Tawwab.
Saat ini, tuturnya, banyak hal yang digunakan untuk kepentingan pribadi dan berkonteks agama.
“Kiai berbicara santun, menyejukkan, dengan kasih sayang bukan kebencian meskipun beda agama dan beda suku,” sambungnya.
KH Abdul Tawwab juga mengaku antusias dengan banyaknya pertanyaan dari siswa SMA Katolik St. Hendrikus Surabaya.
“Berarti dari siswa SMA Katolik St. Hendrikus ini ada keinginan lebih tahu seperti apa Islam sebenarnya,” ujar KH Abdul Tawwab yang menyayangkan jika saat ini Agama Islam banyak digunakan untuk kepentingan politik praktis sebagai tameng. “Sehingga pemahamannya itu sepetak-petak tidak sesuai daripada ajaran asli Agama Islam,” sambung beliau.
KH Abdul Tawwab berharap agar generasi muda menjadi pewaris founding father pendiri Negara ini yang terdiri dari tokoh Agama Nasrani, Islam, serta kalangan Nasionalis.
“Itu suatu kebersamaan yang menghendaki keutuhan masyarakat Bangsa dan Negara ini dalam keaneka ragaman,” tandasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Michael Andrew, Guru Sosiologi dari SMA Katolik St. Hendrikus Surabaya mengutarakan, jika kegiatan ini dalam rangka mengimplementasikan pelajaran Geografi dan Sosiologi yang diterima di kelas, dengan praktek di lapangan berkaitan penerapan nilai-nilai kebhinnekaan. Kegiatan diikuti oleh seluruh siswa-siswi kelas XI.
“Sebenarnya merupakan kolaborasi antara sosiologi dan geografi kebetulan memiliki tema yang sama berbicara tentang keberagaman,” terang Michael Andrew.
Membangun keberagaman, kata Andrew, bisa dimulai dengan dialog.
“Tidak mungkin membangun sesuatu tanpa dialog. Saya bersama guru Geografi, Ibu Ekowati, telah mendapat restu dari Romo kami, RD. F.X. Satrijo Widyatmoko, M. Si. selaku kepala sekolah,” jelas Andrew.
Kegiatan studi lapangan dialog lintas agama juga akan dilanjutkan ke Klenteng Boen Bio Kapasan dan Pura Segara Kenjeran. Dengan pertemuan lintas agama tersebut para siswa diharapkan dapat membuang sekat paradigma maupun stigma melalui belajar langsung pada sumbernya.
“Kami berharap kegiatan ini dapat menggelorakan semangat keberagaman dan nasionalisme di masyarakat,” ucapnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rochmat Shobirin |
Sumber | : TIMES Surabaya |