Unesa Deklarasi Kampus Anti-Kekerasan Seksual

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Universitas Negeri Surabaya (Unesa) meresmikan Pusat Studi Gender dan Anak (PGSA) LPPM Unesa, Jumat (26/4/2019). Acara ini sekaligus mengkampanyekan gerakan antikekerasan seksual di lingkungan kampus dan mengukuhkan Sahabat Setara Unesa. Kegiatan ini didukung Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unesa, Kementerian Pemberdayaan Perempuan, dan seluruh elemen kampus.
Menurut keterangan Ketua PSGA LPPM Unesa, Dr Mutim F., gerakan tersebut bertujuan untuk mewujudkan zero kekerasan seksual di lingkungan kampus.
Advertisement
“Target kami adalah zero kekerasan seksual, kesadaran menempatkan relasi yang setara dan tidak saling depresser,” terang Mutim.
Kampanye sosial PSGA LPPM Unesa merupakan tindakan preventif untuk mencegah terjadi nya tindak kekerasan seksual di kampus. Sebelumnya, kampus yang terletak di Kawasan Surabaya Barat ini memiliki Pusat Studi Wanita yang kini beralih menjadi PSGA LPPM Unesa.
“Kami fokus pada kesetaraan dan keadilan gender serta perlindungan anak, setiap kampus mempunyai pusat studi ini yang hanya mungkin programnya berbeda,” ujarnya.
Pembentukan PSGA LPPM Unesa dilatarbelakangi oleh beberapa kasus kekerasan seksual yang terjadi baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta.
“Permasalahan itu seperti gunung es muncul meledak dan tidak terselesaikan dan ujung-ujungnya mediasi atau damai, yang dirugikan adalah korban menderita psikis untuk selamanya,” ucap dia.
Dalam deklarasi ini, Unesa berkomitmen menolak segala bentuk kekerasan seksual, mendukung secara aktif berbagai upaya pencegahan tindak kekerasan seksual, mengawal kebijakan untuk menindak tegas kekerasan seksual di kampus, mengawal kebijakan yang berwawasan gender dan ramah anak, serta bersinergi dengan civitas akademika untuk menciptakan suasana belajar yang aman dan kondusif dalam lingkungan kampus.
Melalui edukasi seperti pemahaman relasi gender yang setara, call center tempat diskusi dan konseling untuk menghindari depresif, serta merekrut Sahabat Setara yaitu mahasiswa yang menjadi relawan untuk menjadi role model sebagai teman konseling.
“Kami tidak akan turun sendiri karena kalau turun sendiri mereka tidak akan terbuka,” imbuh Mutim.
"PSGA LPPM Unesa juga tidak akan menutup mata ketika terjadi kekerasan dan tindakan yang bertentangan dengan norma kesetaraan gender di kampus lain. Kami akan turut bergerak tanpa terjebak hoaks,” sambungnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dody Bayu Prasetyo |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |
Sumber | : TIMES Surabaya |