Dirut PT SKS Usul Pemerintah Daerah Perbanyak Sumur Resapan untuk Atasi Banjir

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Pesatnya pembangunan permanen secara umum membuat air hujan tak dapat terserap ke tanah. Seperti, pembangunan apartemen, perumahan, perkantoran, hotel, dan lain sebagainya. Akibatnya, daya resap tanah terhadap air semakin kecil. Kondisi ini membuat prihatin Direktur Utama PT SKS (Surya Karya Setiabudi), Muhammad Lutfi Setiabudi ST.
“Padahal, air merupakan kebutuhan pokok manusia. Namun, saat air berlimpah melebihi kemampuan penampungnya jadilah musibah,” kata Direktur Utama PT Surya Karya Setiabudi (SKS), Muhammad Lutfi Setiabudi ST, kepada TIMES Indonesia, Selasa (30/4/2019).
Advertisement
Lutfi mengaku prihatin atas kondisi pembangunan di Yogyakarta. Sebagai wujud keprihatinan, perusahaan ikut melakukan pelestarian alam termasuk membuat sumur resapan.
"Coba kita pikir kemana perginya jutaan meter kubik air saat musim hujan. Apakah hujan hanya ditakdirkan lewat tanpa ada yang mampir dalam tanah,"terang Lutfi.
Selain sumur resapan, Lutfi mendorong pemerintah membuat dan memperbaiki drainase yang rusak. Keberadaan got, selokan maupun kanal sebagai akses air mengalir dan menyingkir dengan cepat ke laut.
“Nah, untuk mengatasi banjir maka perlu membuat sumur resapan atau biopori solusinya. Walaupun cara ini sedikit mahal dan tak bisa kita kerjakan sendirian,” jelas Lutfi mengulang-ulang solusi banjir.
Ia mengajak masyarakat membuat biopiri di sekitar rumah. Caranya, lubang vertikal di tanah sedalam sekitar 1 meter berdiameter 10-15 cm kemudian diisi sampah organik (dedaunan, sisa makanan atau kotoran hewan). Tujuannya, sampah tadi menjadi kompos di dalam lubang. Lubang biopori dibuat di daerah mengalirnya air saat hujan.
"Ayo budayakan ketertiban, buang sampah pada tempatnya, galakan reboisasi serta perbanyak sumur resapan atau lubang biopori," tegas Direktur Utama PT SKS (Surya Karya Setiabudi), Muhammad Lutfi Setiabudi ST. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rochmat Shobirin |
Sumber | : TIMES Yogyakarta |