Peristiwa Daerah

Masjid Gedhe Padang Mahsyar Didirikan Sebagai Pengingat

Selasa, 07 Mei 2019 - 22:06 | 308.67k
Seluruh bangunan Masjid Padang Mahsyar terbuat dari kayu, dibangun 4,5 tahun dan menghabiskan anggaran Rp 1,7 milliar. (Muhammad Dhani Rahman/TIMES Indonesia)
Seluruh bangunan Masjid Padang Mahsyar terbuat dari kayu, dibangun 4,5 tahun dan menghabiskan anggaran Rp 1,7 milliar. (Muhammad Dhani Rahman/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BATU – Namanya mengingatkan Padang Mahsyar, sebuah padang dimana seluruh umat manusia dikumpulkan setelah dibangkitkan setelah kematian. Iya, Masjid Gedhe Padang Mahsyar ini didirikan sebagai pengingat, kelak ada masa penuh kebingungan dan ketidakpastian.

Dimana seorang ibu tidak lagi ingat anaknya, begitu juga sebaliknya sang anak tidak lagi mengenali ibu bapaknya. Di sini, semua orang sudah tidak sempat lagi memperhatikan orang lain, karena mereka sudah disibukkan oleh diri mereka sendiri.

Advertisement

Masjid-Padang-Mahsyar-2.jpg

Semua orang mengalami ketakutan yang tinggi, atas apa yang terjadi dan akan mereka alami. Apakah Allah SWT mengampuni atau mengazabnya, sehingga mereka sama sekali tidak sempat berpikir apa keinginan mereka.

“Di sini (Masjid Padang Mahsyar) ada sebuah pengingat, kalau setelah kubur ada sebuah Padang Mahsyar. Saya berdoa sebelum membangun masjid ini, agar siapa saja yang sholat di Masjid ini diberikan ampunan oleh Allah SWT dosa-dosanya,” kata KH Nurbani Yusuf, pendiri Masjid Gede Padang Mahsyar.

Saat memulai pembangunan masjid ini pada tahun 2015, Nurbani meniru cara Nabi Ibrahim sebelum merenovasi Masjidil Haram. Saat itu, Nabi Ibrahim menunaikan sholat dua rakaat, sambil berdoa agar Masjid yang dibangunnya ini menjadi kiblat dan dikunjungi semua manusia dan Nabi Ibrahim pun berdoa agar penduduk Makkah diberikan rejeki yang berlimpah.

Nurbani juga menunaikan sholat dua rakaat, ia berharap pembangunan Masjid Padang Mahsyar yang dilakukannya ini tidak hanya sekedar membangun, namun dibarengi dengan niat. “Saya berdoa siapa saja yang sholat di Masjid Padang Mahsyar ini diberikan ampunan oleh Allah SWT. Saya juga berdoa, agar Masjid ini menjadi pusat studi Islam di Malang Raya,” ujar Nurbani.

Pembangunan Masjid ini pun dilakukan menggantikan Masjid Al Hikmah yang dahulu dibangun di tempat yang sama pada tahun 1954. Pembangunan Masjid Padang Mahsyar ini dilakukan karena masjid lama yang berdiri diatas tanah 150 meter sudah tidak representatif dan tidak mampu lagi menampung jamaah.

Sebagai gantinya, Masjid Padang Mahsyar dibangun di atas tanah seluas 770 meter. Masjid ini dibangun istimewa, seluruh bahan yang digunakan adalah kayu berbentuk mirip rumah Jawa Joglo. Masjid ini dibangun selama 4,5 tahun dan hingga kini masih ada beberapa bagian yang belum selesai.

Dibutuhkan kayu gelondongan sebanyak 108 kubik dan menghabiskan anggaran sebesar Rp 1,7 milliar dari perkiraan anggaran sebesar Rp 2,5 milliar. Ada lima orang pekerja yang membangun Masjid Padang Mahsyar ini, 2 orang pengerajin dari Jepara dan dan 3 orang pembantu dari Kota Batu.

“Tidak semua orang bisa mengerjakan masjid ini, meskipun orang itu tukang kayu, karena itu, kita datangkan pengerajin dari Jepara,” ujar Direktur Agropolitan Televisi ini. Seluruh pasangan kayu tidak tersambung menggunakan paku, namun menggunakan usuk kayu yang biasa disebut patek.

Masjid-Padang-Mahsyar-3.jpg

Arsitektur bangunan ini didesain sendiri oleh Nurbani. Sempat 4 kali ia mengubah desain untuk penyesuaian. Contohnya seperti pintu Gapura (Pintu besar masuk Masjid) awalnya agak pendek, sehingga orang yang mau masuk ke dalam Masjid harus berjalan merunduk, karena banyak keluhan, akhirnya diubahnya.

Sekilas melihat masjid ini sama seperti Masjid Wali Limo, dimana sebelum masuk terdapat Gapura luar yang dikelilingi pagar kayu khas Jawa. Di halaman luar masjid berlantaikan paving dipergunakan untuk permainan tradisional. Terdapat lapangan gobak sodor dan engklek di depan masjid.

Seluruh lantai masjid beralaskan kayu jati, ada tiga pintu, satu pintu besar (Gapura) dan dua pintu kecil (Ginapura). Tiga pintu ini mengandung filsafat Iman, Islam dan Ihsan. Di tengah Masjid ada 4 tiang penyanggah soko guru setinggi 7 meter yang terbuat dari kayu jati gelondongan yang dilengkapi dengan ukiran atap bertingkat 5 yang menggambarkan rukun Islam.Edisi-Kamis-09-Mei-2019-D.jpgDi pengimaman pun dikelilingi kayu, hanya saya ditempat ini terpasang tiga marmer yang didatangkan dari Italia secara langsung. Dihiasai ornamen kaligrafi yang juga terbuat dari kayu. Tidak hanya didalam masjid yang terbuat dari kayu, tempat wudhu, kamar mandi dan dapur pun terbuat dari kayu.

Pintu pun tidak ada satu pun yang menggunakan engsel besi, namun menggunakan pasangan yang terbuat dari kayu. Begitu pun selot (kunci) tidak menggunakan kunci besi, namun menggunakan kunci yang terbuat dari palang kayu.

Masjid-Padang-Mahsyar-4.jpg

“Masjid ini sudah berbadan hukum dari Kemenkumham, sehingga kita bisa membuka Jendela Amal. Kita juga ada rumah literasi, rumah terampil dan pusat studi Islam, di tempat ini juga digunakan untuk TPQ Banyu Bening,” ujar mantan Ketua PD Muhammadiyah Kota Batu ini.

Nurbani mengatakan jangan kaget kalau di masjid ini banyak anak beraktifitas, bahkan latihan tapak suci, berlatih memasak hingga pengobatan juga dilakukan di masjid ini. “Kadang berfungsi juga sebagai tempat pertemuan, ada keuntungan tersendiri lantai masjid kita dari kayu, lebih mudah dibersihkan daripada karpet dan lebih terjamin kesuciannya,” kata Nurbani.

Meskipun 90 persen anggaran dikeluarkan pribadi oleh Nurbani, ia mengatakan sangat terbantu dengan kepedulian warga. Warga di sekitar menyokong pembangunan masjid, sehingga bisa seperti saat ini.

Jemaah masjid ini sebagian besar adalah warga Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji. Hanya saja, ketika digelar pengajian, masjid yang mampu menampung 400 orang ini, jemaahnya kebanyakan dari luar.

“Islam itu ramah budaya,  di mana pun masjid lazim mengikuti arsitek daerah itu. Kalau ada masjid memiliki kubah itu budaya Romawi, ada masjid memiliki menara itu budaya Majusi. Begitu juga di Jawa, saya buat masjid bergaya Jawa kental,” ujarnya.

Ke depan, ia ingin di Masjid Gedhe Padang Mahsyar yang berada di Dusun Talangrejo, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu ini, takmir masjidnya menggunakan baju lurik khas Jawa dan khotbah yang disampaikan pun menggunakan bahasa Jawa krama, bukan lagi berbahasa Indonesia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Batu

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES