Peristiwa Daerah

Buah Maja Semakin Langka, Dahulu untuk Takaran Beras

Jumat, 07 Juni 2019 - 13:59 | 826.30k
Buah Maja yang semakin langka di Yogyakarta. (FOTO: Fajar Rianto/TIMES Indonesia)
Buah Maja yang semakin langka di Yogyakarta. (FOTO: Fajar Rianto/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Keberadaan pohon buah Maja (Aegle Marmelos (L.) Correa, suku jeruk-jerukan atau Rutaceae) di Yogyakarta semakin langka.

Pemerhati tanaman langka dan herbalis, Sujoko Santosa  mengatakan, penyebutan nama buah Maja konon berasal dari Kerajaan Majapahit.

Advertisement

Hal ini sesuai dengan cerita yang beredar yakni pada masa Raden Wijaya dan para pengikutnya yang melakukan babat alas. Kala itu, tidak sengaja mereka menemukan pohon yang tengah berbuah lebat.

Namun, saat buah tersebut dimakan rasanya ternyata sangat pahit. Kejadian itulah akhirnya jadi inspirasi sebagai nama daerah yang mereka tempati, yakni Majapahit. Nama Kerajaan yang dipimpin oleh Raden Wijaya.

Tanaman ini mampu tumbuh dalam kondisi lingkungan yang keras, seperti suhu yang ekstrem, hingga 49°C pada musim kemarau. Bahkan -7 °C pada musim dingin di Punjab (India), pada ketinggian tempat mencapai +1.200 m.

Meski tahan pada lingkungan yang keras tetapi pohon ini mudah luruh daunnya. Tanaman yang berasal dari daerah Asia tropika dan subtropika ini seringkali dibudidayakan di pekarangan tanpa perawatan dan dipanen buahnya.

Maja menurut berbagai literatur masih berkerabat dekat dengan kawista. Di Bali namanya dikenal sebagai   dan di India dikenal sebagai bael. Di Pulau Jawa, Maja sering kali dikacaukan dengan Berenuk, meskipun keduanya berbeda jenisnya.

Di Asia Tenggara, pohon Maja hanya dapat berbunga dan berbuah dengan baik pada musim kering yang kentara. Bahkan acapkali dijumpai pada elevasi di atas 500 m. Mampu beradaptasi di lahan berawa, di tanah kering, dan toleran terhadap tanah yang agak basa. Karenanya dibeberapa tempat tanaman ini digunakan sebagai pohon perindang. Termasuk yang terlihat di salahsatu sudut di jalan Sugeng Jeroni, kota Yogyakarta.

Warna kulit luar buah Maja berwarna hijau tetapi isinya berwarna kuning atau jingga. Aroma buahnya harum, cairannya sedikit terasa manis namun lebih dominan rasa pahitnya. Ukurannya sebesar bola voli, sementara kulitnya sangat keras.

Dahulu dibeberapa daerah pedesaan di wilayah D I Yogyakarta. Buah Maja acapkali dikeringkan dan di manfaatkan setelah dipotong bagian atas buahnya untuk lubang serta dikeluarkan isinya. Selain sebagai bahan membuat gayung air. Sebagian masyarakat juga menggunakannya sebagai takaran yang dinamakan Beruk.

Beruk saat itu merupakan alat ukur yang populer. Selain dibuat dari buah Maja. Keberadaan Beruk ada pula yang dibuat dari batok atau tempurung kelapa. Fungsinya sebagai takaran untuk mengukur berat, atau lebih tepatnya volume, beras, kedelai dan hasil palawija lainnya.

Seringkali keberadaan buah Maja hanya sebagai hiasan. Pohonnya untuk perindang jalan. Sedangkan buahnya dibiarkan menggantung di pohon, sampai kering dan berjatuhan.

Buah Maja memiliki banyak khasiat. Sebagaimana buah jeruk, buah Maja sebetulnya dapat diolah menjadi serbat, selai, sirop, atau nektar. Juga bisa digunakan sebagai obat berbagai macam penyakit,” terang Sujoko Santosa. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Yogyakarta

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES