Amur, Penderita Penyakit Stroke Setiap Harinya Hanya Makan Singkong

TIMESINDONESIA, PAMEKASAN – Nenek Amur (75), warga Dusun Janglateh Barat, Desa Campor, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, yang sudah lama terserang penyakit stroke, mengaku setiap harinya hanya bisa makan singkong. Tak pernah dapat bantuan pengobatan dari pemerintah setempat.
Nenek Amur, yang sakit sejak empat tahun silam ini, hanya bisa mengelus dada dan hanya bisa bersabar diri karena untuk pergi ke dokter tidak punya biaya untuk membeli obat. "Apalagi mau berobat mau makan saja sangat susah," keluhnya.
Advertisement
Selain itu, pihaknya mulai dulu hingga saat ini, mengaku tidak pernah mendapat pengobatan dari pihak manapun. Padahal, di desa setempat, ada Polindes. Dia saat ini sudah tidak bisa berjalan dan hanya bisa berbaring di dalam Musala dekat rumahnya.
Nenek Amur menceritakan, bahwa setiap hari, dirinya makan singkong. Selain singkong, ia juga makan nasi jagung. "Saya makan dua kali setiap hari. Kadang makanan dikasih tetangga," akunya.
Sumairah (45), selaku anak kandungnya, membenarkan bahwa ibunya sekitar empat tahun terjangkit penyakit stroke dan saat ini tidak bisa berjalan. "Dalam kesehariannya, hanya bisa terbaring di dalam Musala yang ukurannya kecil," aku Sumairah sambil menangis.
Selanjutnya, ia mengatakan kalau penyakitnya nenek Amur lagi kembuh, biasanya teriak-teriak hingga kedengeran tetangga sekitar. "Ibu kadang kalau penyakitnya kembuh, teriak-teriak kayak orang kerasukan. Sehingga banyak orang berbondong-bondong menengok ibu," ceritaSumairah, kepada TIMES Indonesia.
Selain itu, ia menceritakan bahwa nenek Amur dan dirinya sudah tidak tinggal di dalam rumahnya. Karena rumah yang biasa tempati sudah rusak. Seperti dinding rumahnya sudah dimakan rayap. Atapnya banyak rusak sehingga kalau tidur tidak di dalam rumah miliknya.
"Saya dengan ibu tinggal di Musala. Karena mau tidur di rumah takut roboh," katanya. Selanjutnya, pihaknya mengaku tidak mendapat bantuan program PKH. Hannya saja setiap bulannya mendapat bantuan beras sejahtera (rastra) dari desa.
"Kalau bantuan PKH tidak dapat. Tapi kalau beras, saya dapat. Tapi bantuan itu turun setiap bulan," akunya.
Sementara, Syarif (39) selakuTenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) membenarkan kalau nenek Amur tidak mendapatkan bantuan karena pihaknya tidak terdaftar di Basis data terpadu (BDT).
"Nenek Amur sejak terkena penyakit stroke belum mendapatkan bantuan PKH karena administrasinya kurang lengkap. Saat ini, administrasinya seperti KK dan KTP sedang di buatkan," ungkap Syarif.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |
Sumber | : TIMES Madura |