Peristiwa Daerah

Gelar Diskusi Panel, Sahabat Kreatif Ingin Semua Pemuda Indonesia Mandiri

Jumat, 01 November 2019 - 00:12 | 126.46k
Para narasumber dalam Diskusi Panel 'Pemuda Mandiri Membangun Negeri' di gedung PB PMII (Musa for TIMES Indonesia)
Para narasumber dalam Diskusi Panel 'Pemuda Mandiri Membangun Negeri' di gedung PB PMII (Musa for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sebagai bentuk refleksi terhadap momentum hari Sumpah Pemuda, Sahabat Kreatif mengelar acara Diskusi Panel dengan tema "Pemuda Mandiri Membangun Negeri". Diskusi ini digelar di gedung PB PMII, Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, Kamis (31/10/2019).

Adapun para narasumber yang dihadirkan, adalah direktur Komunikonten, Hariqo Wibawa Satria, kemudian, Wahida Baharudin Upa, Ketum Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI), ada juga Edi Junaidi Ds, Jurnalis TIMES Indonesia dan Ananda Lamandau, Pengurus Besar Bidang Politik, Advokasi dan Publik PB PMII.

Advertisement

Hariqo mengatakan, bahwa tantangan yang dihadapi pemuda Indonesia saat ini yang paling berat adalah bagaimana mengontrol media sosialnya dengan baik dan tidak lupa bahwa di media sosial tidak hanya dipandang negatifnya. Namun ada nilai positif yang juga bisa dimanfaatkan.

"Termasuk untuk kemandirian, di medsos kan juga ada, kalian bisa menggunakannya untuk berjualan kemudahan transaksi dan lain sebagainya. Nah di era digital seperti saat ini media sosial juga penting untuk diperhatikan secara serius. Di sana para pemuda juga bisa mengembangkan diri tampa harus meminta belas kasih kepada pemangku kepentingan tertentu," kata Hariqo.

Sementara, Wahida lebih banyak mengurai pada aspek keadilan yang saat ini dinilai tidak merata bagi rakyat miskin. Menurut dia seharusnya pemerintah sudah saat ada dalam setiap kesusahan warganegaranya sendiri dan dalam menyikapi situasi yang tidak menentu seperti itu pemuda diajak sama-sama bergerak dalam menegakkan keadilan.

"Memang selama ini kita tidak puas dengan pemerintah, tapi kan masih bisa melawan dengan cara lain yang nantinya bisa mengentaskan kemiskinan tersebut. Dan kalau pemuda lebih bersatu dan mau bekerjasama dengan kami dalam hal mengentaskan kemiskinan non pemerintah ini,  monggo kita jalan bareng-bareng," ucap Wahida.

Ananda selaku pembicara yang mewakili milenial mengatakan bahwa pemuda saat ini tantangannya tak lagi berbentuk fisik seperti di masa penjajahan terdahulu.

Namun lebih pada kualitas pendidikan yang perlu ditingkatkan dan peran dari pemuda itu dengan tidak bersikap apatis dalam setiap keadaan tertentu di negara ini. "Fungsi sebagai agent of change dan agent of control itu sebetulnya perlu juga dipertanyakan, apakah sudah maksimal di lapangan? Kalau sudah maksimal ya jangan ragu-ragu kita teruskan saja cita-cita dan gerakan kita tersebut," kata aktivis PB PMII ini saat bicara di Diskusi Panel itu. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES