Chendy Tafakresnanto Datang, Tiga Tahun Wajah BPTP Moncer

TIMESINDONESIA, MALANG – Wajah BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) yang terletak di Jl. Raya Karangploso Km. 4, Kepuharjo, Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur kini menjadi moncer dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini. Di tangan dingin Dr. Ir Chendy Tafakresnanto.MP soal identitas balai-pun menonjol.
Performanyapun semakin terbuka. Kegiatan semakin tertata, dan yang menjadi kebanggaan para karyawannya semakin kompak dalam menjalankan kegiatannya.
Advertisement
"Semua karena ada kerjasama yang baik. Saya pribadi merasa sangat bangga walaupun masih banyak yang masih harus kami lakukan untuk menuju ke kesempurnaan sebuah lembaga pengkajian," kata Chendy kepada TIMES Indonesia.
Chendy adalah orang pertama dari jajaran fungsional Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian yang kedudukannya di Bogor, yang dipercaya memimpin lembaga struktural BPTP Jawa Timur yang kedudukannya di Malang ini.
Pria asli Banyuwangi ini, sebelumnya tidak terpikir menjadi pimpinan di BPTP Jawa Timur. Ia mengaku sebagai peneliti murni untuk sumber daya lahan pertanian. "BPTP Jawa Timur ini sangat besar. Tentu dibutuhkan sebuah komitmen yang besar pula untuk memajukannya," ujar Chendy.
Tiga tahun lalu, tepatnya bulan Juli 2016, saat ia bersama 20 orang temannya sesama peneliti, mengadakan penelitian di Jawa Timur. Sebulan kemudian (dari 2 bulan yang direncanakan), saat ia berada di Malang, ia ditelepon dari pimpinannya di kantor pusatnya di Bogor, ditawari untuk jabatan Kepala Balai di Malang ini.
Semula ia menolak, karena ia merasa lebih cocok dan fokus di bidang penelitian. Tapi karena keberadaan Kepala Balai sangat dibutuhkan dan saat itu kondisinya memang sedang kosong, ia akhirnya mau.
Saat ia bercerita kepada istrinyapun, hanya diberi waktu setengah jam untuk menjawab itu. Sebelumnya, pada tahun 2002, 2012 dan 2014 ia sebenarnya sudah ditawari hal yang sama, namun ia menolaknya. "Baru tahun 2016 saya menerimanya," katanya.
Selama tiga tahun ia memimpin, ia langsung tancap gas. Performa intern BPTP diperbaiki. Disiplin diterapkan. Keterbukaan diberlakukan dan Komitmen positif digaungkan. "Moto saya waktu itu Guyub Rukun Migunani," kata Chendy.
Awalnya cukup berat. Namun seiring berjalannya waktu, keadaan itu bisa tercapai tentu dengan segala perjuangan yang tidak kecil artinya. "Alhamdulillah segalanya kini menjadi baik, meski ke depan masih dibutuhkan perbaikan di sana sini," ujar Chendy.
Kini, tepatnya sebelum tanggal 22 Desember 2019 mendatang, Chendy harus kembali ke baraknya, di Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian, di Bogor sana. Ini karena ketentuan jabatan eselon 3 Kepala BPTP terakhir berumur 58. "Umur 58 saya, akan jatuh pada tanggal 22 Desember 2019 itu," tuturnya.
Chendy mengatakan, di satker (satuan kerja) di eselon 3, sekarang wajib struktural. Kalau eselon 2 dan 1 maksimal bisa sampai 60.
Namun jabatan Chendy eselon 3 itu adalah eselon 3 Madya yang bisa sampai umur 65. "Tapi saya harus kembali ke fungsional lagi. Sebelum tanggal 22 itu saya harus dilantik untuk fungsional dan harus meninggalkan kantor," ujarnya.
Dr. Ir Chendy Tafakresnanto.MP pun meninggalkan wajah BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) yang terletak di Jl. Raya Karangploso Km. 4, Kepuharjo, Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur dalam keadaan moncer setelah memimpin dalam kurun waktu tiga tahun. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Widodo Irianto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |
Sumber | : TIMES Malang |