Peristiwa Daerah

Jadi Pembicara di Festival Mahasiswa Malut, Rocky Gerung Soroti Sektor Pendidikan

Rabu, 08 Januari 2020 - 11:35 | 94.87k
Rocky Gerung (berdiri) saat memberikan pemaparan. (foto: Iwan For TIMES Indonesia)
Rocky Gerung (berdiri) saat memberikan pemaparan. (foto: Iwan For TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALUKU UTARA – Focus Group Discution atau FGD dan Launcing Festival Mahasiswa Maluku Utara 2020 telah dibuka oleh Rektor Universitas Khairun Ternate, Prof. Husein Alting pada, Selasa (07/01/2020). Acara yang menghadirkan Rocky Gerung ini digelar di Paddok Cafe, Manggadua Utara, Kota Ternate.

FGD dengan mengangkat tema "Sustainble Development Gool" merupakan rangkaian kegiatan pertama dalam Festifal Mahasiswa Malut 2020 dengan menghadirkan Rocky Gerung sebagai Keynote Speaker untuk menelah kebijakan ekonomi di Maluku Utara. Dan juga menghadirkan beberapa pembicara lain, diantaranya Akademisi Fakultas Ekonomi Unkhair Ternate, Dr. Suwito, Ketua MTI Malut, Ramli Rasid, ST, MT, dan Akademisi Unkhair Ternate, Dr. Muamil Sun'an.

Advertisement

Peluncuran Festival Mahasiswa Malut 2020 tersebut adalah bagian dari kerja sama antara Duta Kreator Indonesia, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unkhair Ternate, dan Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI) HMI Cabang Ternate.

Mengawali sambutanya, Husein Alting merasa bangga dengan adanya inovasi yang telah digagas oleh Mahasiswa Maluku Utara. "Bagi saya, ini era baru kebangkitan mahasiswa, khususnya untuk BEM Universitas dan untuk Universitas," ungkapnya sembari mengingatkan bahwa festival tersebut jangan hanya dijadikan sebagai momentum seremonial belaka.

Menurutnya, festival tersebut harus menjadi lokomotif agar menjadi momen dan komitmen yang sama untuk bagimana mengembangkan kreativitas bagi mahasiswa Maluku Utara. Agar FGD bukan saja dipandang sebagai diskusi hampa kalangan akademisi, aktivis dan lainnya.

"Agar diskusi malam ini jangan dikatakan sebagai diskusi hampa, kita tunjukan dengan berbagai kreativitas yang kita miliki untuk bisa menjadi rekomendasi gagasaan bagi pemerintah. Karena bukan saja Unkhair sebagai pendukung tapi juga  melibatkan 23 perguruan tinggi se - Maluku Utara," paparnya.

Prof Alting pun melanjutkan akan mengajak forum rektor agar kreativitas dan inovasi mahasiswa dengan format yang sama bisa dilangsungkan disemua kampus. Hal itu bisa dipastikan diterima oleh perguruan tinggi sebab salah satu item peningkatan akreditasi program studi adalah prestasi mahasiswa.

"Prestasi mahasiswa itu diawali dengan cara seperti ini, karena prestasi pula dapat kita bangun Malut dengan 185 derajat mahasiswa cerdas," katanya.

Dia pun mengajak mahasiswa supaya agar bisa meninggalkan cara lama dengan konten milenial yang merusak mental generasi sekarang untuk membangun kreativitas.

Sementara Rocky Gerung dalam pemaparanya menilai Kota Ternate masih bagus dalam kebijakan ekonomi, sebab Ternate masih  memiliki teori makro akonomic. Karena Indonesia hari ini telah kehilangan akses teori-teori yang berbasis keadilan sosial karena ekspansi bisnis tidak bisa di kontrol oleh metodologi di kampus. Namun demikian dia menilai bahwa kalau berbicara sustainble development goal sebetulnya Indonesia mengalami kegagalan.

Rocky menyebut, bahwa pemerintah gagal dalam membangun generasi, sebab ada 9 juta anak mengalami stunting dan kekerdilan. Jika kita menunggu 2030 untuk sebuah perubahan kebijakan tentu  tidak bisa diharapkan. Karena kata dia, anak-anak yang mengalami kekurangan gizi pastinya sudah kekurangan otak.

Tentu sudah pastinya terlambat untuk bersaing dengan milenial di Filipina dan Thailan dimasa mendatang. Sebab mereka tidak bisa lagi mengaktifkan kreatifitas yang tumbuh termasuk generasi di Maluku Utara.

"Jadi kalau pemerintah mengatakan tunggu 2030 loh anak yang sekarang mengalami kekurangan gizi otaknya devisit 30%. 2030 mereka ada di jalan tol akan jadi sebagai peminta-minta karena kekurangan pengetahuan," papar Rocky

Rocky pun menuding bahwa pemerintah lebih fokus pada pembangunan pada sektor fisik dan tidak menjadikan pendidikan sebagai prioritas. Padahal katanya, negara ditugaskan hanya pada dua hal jika menggunakan paradigma development goal, yakni pertama, mencerdasarkan kehidupan bangsa dan kedua, memelihara fakir miskin. "Bangsa tidak mementingkan kecerdasan, seharusnya dana yang dipakai untuk pendidikan dipakai untuk bangun jalan tol, padahal yang seharusnya dipakai untuk bangun jalan pikiran," ujarnya.

Karena Festival Mahasiswa Maluku Utara 2020 memiliki 15 item kegiatan yang akan berlangsung sejak Januari hingga Juli mendatang, Rocky Gerung pun merharap agar festival tersebut bisa menarik perhatian publik menjelang kampanye pemilihan kepala daerah di Maluku Utara. "Jika  dilihat dari isu dunia, kamera itu pindah dari isu lingkungan ke perang dunia III, di tingkat nasional dari Jiwasraya ke Natuna, saya bayangkan kamera di Malut pindah dari kesibukan pilkada pada festival mahasiswa," harapnya.

Rocky Gerung juga menyarankan agar menambah satu aitem kegiatan untuk para calon kepala daerah untuk bisa tampil pada festifal mahasiswa Malut 2020 sebagai uji pablic atau uji kelayakan untuk mengukur kecerdasan pemimpin di daerah. "Karena tugas Universitas adalah memfilter kebijakan publik, tugas kampus adalah memfilter proposal politik, tidak mungkin tugas politik di filter diatas panggung dandut," tuturnya. Menurutnya harus  ada forum FGD atau sejenisnya dengan panelis yang tajam untuk melihat kemampuan kepala daerah yang bisa menggunakan paradigma development goal, agar tokoh politik jangan hanya kampanyenya sekedar memasang baliho dan melakukan politik semata. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES