Haedar Nashir: Gus Sholah itu Tokoh Pemersatu Bangsa

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Bangsa Indonesia sangat kehilangan sosok Sholahuddin Wahid sebagai tokoh pemersatu bangsa. Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan pernyataan ini menyusul kepergian tokoh nasional ini menghadap Allah SWT.
Ditemui sebelum berangkat takziah ke Jombang Senin (3/2/2020) di kediamannya Haidar Nasir menilai semasa hidupnya salah satu cucu pendiri Nahdlatul Ulama ini dikenal sebagai ulama yang moderat.
Advertisement
Di satu sisi Sholahuddin Wahid ingin membawa ajaran islam yang Rahmatan Lil Allamin. Namun di sisi lain ulama yang akrab disapa Gus Sholah ini ingin umat islam dapat mengikuti perkembangan jaman.
Sikapnya ini seringkali membuat salah satu putra pahlawan nasional Wahid Haysim ini selalu mengambil posisi tengah dalam pergolakan politik nasional.
Contoh paling nyata menurut Haidar, terlihat saat pemilu 2019 lalu. Saat kondisi bangsa berada dalam ancaman perpecahan beliau dengan berbagai upaya mencoba merekatkan kembali persatuan bangsa. Salah satunya melalui pernyataan yang menyejukan.
"Sebagai ulama dan tokoh bangsa beliau tidak pernah mengeluarkan pernyataan yang kontroversial," jelas Haidar.
Upaya untuk menyatukan kembali anak bangsa dilakukan oleh Sholahudin Wahid hingga akhir hayatnya.
Terakhir bersama dirinya menggagas pembuatan film Jejak Dua Ulama, yang menceritakan perjalanan KH Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah dan KH Hasyim Ashari sebagai pendiri Nahdlatul Ulama. Namun Allah SWT berkehendak lain, pada tanggal 2 Februari 2020 yang direncanakan untuk launching Film ini beliau tutup usia.
"Film ini menjadi persembahan terakhir untuk bangsa Indonesia," terang Haidar.
Haedar Nashir berharap seluruh anak bangsa dapat meneladani sifat-sifat Gus Sholah, salah satu pengasuh pondok pesantren Tebuireng Jombang ini. Seperti Sederhana, Moderat dan dapat menerima semua golongan. Sehingga kondisi bangsa Indonesia yang belum pulih benar dari perpecahan dapat kembali seperti semula. Bersatu tanpa membedakan Suku Agama dan Ras. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |
Sumber | : TIMES Yogyakarta |