Peristiwa Daerah

Kisah Inspiratif Aida, Bocah Penghafal Al-Quran Asal Malang

Selasa, 11 Februari 2020 - 21:05 | 546.06k
Aida bersama Ibunya saat ditemui Times Indonesia di kediamannya, Gondanglegi, Malang. Sabtu (08/02/2020). (FOTO: Delfi Nihayah/TIMES Indonesia)
Aida bersama Ibunya saat ditemui Times Indonesia di kediamannya, Gondanglegi, Malang. Sabtu (08/02/2020). (FOTO: Delfi Nihayah/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Tahun 2018 lalu, publik sempat 'dihebohkan' dengan kemenangan Zahra Fuaida Hakim yang kerap disapa Aida dalam kompetisi Hafiz Indonesia. 

Aida, merupakan bocah kelahiran Gondanglegi, Malang, Jawa Timur. Putri pertama dari pasangan Sofiyatul Fikliyah dan Lukman Hakim ini mengikuti kompetisi Hafiz Indonesia di stasiun televisi swasta nasional di Jakarta pada 2018 lalu. Kemenangan tersebut rupanya mengubah keadaan ekonomi keluarga Aida secara drastis.

Advertisement

Aida mulai belajar Al-Quran sejak berusia 3 tahun di TPQ Miftahul Ulum di dekat rumahnya. Setelah itu ibunya mengajak Aida untuk mulai menghafal sedikit demi sedikit dan Aida mau. Semakin hari Aida semakin menunjukkan kemampuan menghafalnya, hingga pada usia 5,5 tahun Aida istiqomah mengahafal Al-Qur'an.

Saat itu Aida masih duduk di bangku TK kelas B. Setiap diperjalanan menuju sekolahnya, Aida selalu membaca ulang hafalannya sambil mengendarai motor bersama sang ayah.

"Tiap naik motor mau berangkat sekolah Aida selalu muroja'ah. Awalnya setengah juz, besoknya satu juz. Kadang pulangnya juga kalau tidak capek Aida terus muroja'ah di sepanjang jalan," ucap Lukman, ayah Aida.

Awalnya termotivasi dari Musa, peserta Hafiz Indonesia tahun 2014. Aida memiliki impian untuk bisa mengikuti kompetisi tersebut. Kemudian orang tuanya mendaftarkannya pada tahun 2015, namun ternyata pihak penyelenggara program kompetisi Hafiz Indonesia telah menutup pendaftaran tersebut.

Aida dan orang tuanya semakin bersemangat untuk mengikuti Hafiz Indonesia pada tahun berikutnya 2016. Namun lagi-lagi Aida ketinggalan informasi bahwa pendaftaran telah ditutup. Lalu pada tahun berikutnya, Aida mencoba lagi untuk mendaftar dan tidak disangka masuk tahap seleksi pada Desember 2017.

"Setelah melihat Musa tampil pada 2014, Aida bilang pengen seperti Musa. Kami mencoba mendaftarkan pada 2015 ternyata telat. Setelah itu kita daftar lagi, tapi telat lagi. Lalu kami mencari-cari informasi dan alhamdulillah penutupan pendaftaran kurang 2 hari ternyata Aida bisa masuk, lalu ditelfon pihak Hafiz Indonesia," tutur Ibunda Aida.

Saat itu Aida masih berusia 8 tahun dan baru menghafal 12 juz. Ditemani sang ayah, semakin hari Aida semakin gigih menambah hafalannya. Rasa tegang, lelah, terkadang membuat Aida menangis dan tak enak makan. Namun sang ayah terus menyemangatinya, terkadang pula sambil memijiti Aida.

Sampai akhirnya Aida memasuki babak final, sempat membuat Ibu Aida di rumah tidak percaya. Doa dan nasihat selalu terucap dari mulut sang Ibu yang tak bisa menemani Aida di Jakarta. Hal itu membuat Aida pantang menyerah membawa visinya untuk berdakwah. Akhirnya Aida memasuki grand final dan diraihlah juara pertama. Ayah dan ibu Aida semakin tidak percaya bahwa putri pertamanya mendapat juara. Perasaan senang dan haru bercampur aduk menyelimuti hati ayah dan ibu Aida.

Berkat prestasi tersebut, impian terbesar keluarga Aida bisa tercapai. Aida mendapat hadiah tiga tiket haji dari Dewan Masjid Indonesia (DMI) dan penghargaan dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Selain itu masih banyak lagi hadiah-hadiah kecil untuk Aida yang tak terhitung jumlahnya.

Saat ini Aida tengah membangun rumah baru untuk keluarganya, karena rumah yang dihuni Aida sampai hari ini hanyalah rumah kontrakan sederhana. Namun, di rumah kontrakan itu Aida tumbuh dan berkembang hingga berhasil meraih juara satu Hafiz Indonesia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES