Peristiwa Daerah

Bukan Hanya Presiden, Lamongan juga Punya Kaitan dengan Mitos Kediri

Selasa, 18 Februari 2020 - 14:40 | 332.54k
Gentong air dan tikar dari batu yang dibawa oleh putri Andansari dan Andanwangi, kini berada halaman di Masjid Agung Lamongan. (FOTO: MFA Rohmatillah/ TIMES Indonesia)
Gentong air dan tikar dari batu yang dibawa oleh putri Andansari dan Andanwangi, kini berada halaman di Masjid Agung Lamongan. (FOTO: MFA Rohmatillah/ TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Cerita tentang mitos Kediri ternyata tidak hanya berkaitan dengan presiden yang berkunjung ke Kediri, Lamongan pun memiliki cerita khusus dengan Kediri.

Seperti yang dikatakan salah seorang pemerhati sejarah Lamongan, M Navis, bahwa ada mitos orang Lamongan dilarang menikah dengan orang Kediri.

Advertisement

"Mitos ini bermula ketika Adipati Kediri yang memiliki 2 orang putri kembar, Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi. Adipati Kediri ingin menikahkan pitri kembarnya dengan anak kembar Adipati Lamongan, yaitu Panji Laras dan Panji Liris masa senjakala Majapahit," kata Navis, Selasa (18/2/2020). 

Navis menjelaskan, Adipati Lamongan saat itu, Raden Panji Puspokusumo yang merupakan keturunan Raja Majapahit ke-14 Hayam Wuruk, memberikan sejumlah syarat kepada Adipati Kediri untuk lamaran.

"Adipati Lamongan mengajukan beberapa syarat, yaitu Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi harus mau memeluk Islam, mempelai perempuan harus yang melamar pihak pria dan mempelai perempuan harus datang ke Lamongan membawa hadiah berupa gentong air dan alas tikar yang terbuat dari batu. Dari situ akhirnya juga muncul mitos tentang tradisi perempuan melamar laki-laki di Lamongan," ucap Navis.

Persyaratan yang diajukan Adipati Lamongan itu dipenuhi oleh Adipati Kediri. Putri Andansari dan Andanwangi pun berangkat ke Lamongan diiringi rombongan besar dan Panji Laras dan Panji Liris diminta Raden Panji Puspokusumo menjemput iring-iringan tersebut di tapal batas Lamongan dengan ditemani Patih Lamongan, Ki Patih Mbah Sabilan.

"Saat itu Lamongan sedang mengalami Banjir akibat meluapnya Kali Lamong, sehingga Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi terpaksa mengangkat kainnya sampai paha agar kainnya tidak basah. Akibatnya Panji Laras dan Panji Liris bisa melihat kaki Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi ternyata berbulu lebat sehingga Panji Laras dan Panji Liris menolak menikahi mereka serta meminta rencana pernikahannya dibatalkan," ujarnya.

Mendengar lamaran dibatalkan, Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi merasa terhina dan malu hingga mereka bunuh diri di hadapan Panji Laras dan Panji Liris. Melihat junjungan mereka dihina dan dipermalukan hingga bunuh diri, orang-orang Kediri menjadi marah dan ingin membunuh Panji Laras dan Panji Liris sehingga perang diantara kedua pihak tak dapat dihindari hingga berujung terbunuhnya Panji Laras, Panji Liris dan Ki Patih Mbah Sabilan yang berjuang melindungi mereka serta Adipati Lamongan Raden Panji Puspokusumo.

"Sebelum gugur, Adipati Lamongan Raden Panji Puspokusumo berpasan agar anak cucunya tidak ada yang menikah dengan orang Kediri dan itulah yang melatari mitos larangan orang Lamongan menikah dengan orang Kediri," papar Navis. 

Sementara itu, Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan, Mifta Alamuddin mengatakan, Ki Patih Mbah Sabilan dimakamkan di Kelurahan Tumenggungan, Kecamatan Lamongan yang masih tetap terawat hingga saat ini dan Kinameng yang kini menjadi nama salah satu kampung di Lamongan adalah lokasi peperangan. 

Sedangkan gentong air dan alas tikar yang terbuat dari batu yang dibawa oleh Andansari dan Andanwangi, kini berada halaman di Masjid Agung Lamongan.

"Beberapa nama tokoh ini juga diabadikan menjadi nama-nama jalan di Lamongan, yaitu Jalan Laras Liris, Jalan Andansari, Jalan Andanwangi dan Jalan Kinameng," terangnya. 

Udin menambahkan, jika larangan dalam mitos tersebut dilanggar, maka pasangan tersebut akan menderita. 

Namun Udin juga menyebut, bahwa benar atau tidaknya mitos tersebut dikembalikan kepada kepercayaan masyarakat. Karena ada masyarakat yang percaya, tapi juga tidak sedikit masyarakat yang tidak percaya dengan mitos tersebut.

Seperti yang dituturkan Zulkifli, warga Sujodadi, Lamongan, bahwa salah satu tetangganya ada yang menikah dengan orang Kediri dan masih langgeng hingga kini. "Banyak yang menganggap mitos. Buktinya tetangga saya hingga kini sudah lebih 10 tahun berumah tangga ya tetap langgeng karena mungkin sudah jodohnya mas," ucap Kifli. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Lamongan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES