Patung Kepala Manusia di Banyuwangi Ditaksir Berumur 200 Tahun

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Banyuwangi, mengecek potongan patung kepala manusia yang ditemukan oleh warga Desa Bagorejo, Kecamatan Srono, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (15/4/2020).
Hasilnya, tim memperkirakan potongan tersebut berusia sekitar 100 hingga 200 tahun. TACB mengatakan bahwa benda itu merupakan artefak.
Advertisement
"Iya sudah tua, karena kami melihat dari kondisi fisik benda dan bentuknya menunjukkan bahwa para pengrajin bekerja dengan metode tembikar," ungkap Anggota TACB Disbudpar Banyuwangi, Ilham Triadi kepada TIMES Indonesia.
Ilham, juga memprediksi benda tersebut merupakan simbolis dari penggambaran seorang tokoh yang ada di zamannya. Tokoh tersebut adalah orang berpengaruh yang kemudian diabadikan dalam sebuah patung Terakota.
"Bisa jadi tokoh yang dituakan, atau mungkin tokoh yang pernah berjasa dizamannya. Entah pernah jadi demang atau Lurah untuk dipersembahkan," ujarnya.
Kendati begitu Ilham bersama TACB Banyuwangi belum bisa memastikan apakah patung kepala manusia tersebut berasal dari zaman kerajaan atau tidak. Berdasarkan pengamatan sementara oleh tim, patung Terakota itu buatan rakyat biasa dan bukan buatan orang kerajaan.
"Kalau dari fungsi sepertinya gak ada kaitan dengan kerajaan Blambangan, terlalu jauh. Kalau secara geografis memang dekat dari beberapa situs Blambangan," cetusnya.
"Kami juga belum berani menyimpulkan, tapi kalo dilihat memang sudah tua, dari unsur air, bahan, teknik, dan lain-lain," imbuh Ilham.
Ilham menjelaskan, saat mendatangi lokasi penemuan benda tersebut pihaknya sempat membawa metal detektor. Dimungkinkan, jika mendapat ijin dari pihak desa setempat akan dilakukan ekskavasi.
"Tapi bukan di lokasi awal penemuan patung kepala itu. Melainkan kecenderungannya di belakang rumah yang jaraknya sekitar 100 meter dari lokasi," ucapnya.
Menurut Ilham, berdasarkan keterangan warga setempat dilokasi tersebut pada tahun 1998 pernah ditemukan sejumlah artefak kuno, yaitu berupa uang gobok dan piring. Tapi barang bukti tersebut tidak ada karena saat itu warga memilih untuk menjualnya ke kolektor barang antik.
"Bahkan katanya 5 tahun lalu ditemukan lagi ada uang gobok di dalam bokor yang terpendam di dalam tanah. Nah itu kan masih katanya, karena barang-barang sudah dijual," ungkapnya.
Namun TACB tetap mengakomodir informasi tersebut sebagai upaya untuk melangkah dalam menganalisis data-data sejarah.
"Ini catatan juga, patung kepala manusia tersebut bukan barang langka. Dari segi garapan masih kelas rakyat, kalau raja gak seperti ini. Gak ada ornamen atau fragmen yang menjelaskan sesuatu," tambahnya.
Ilham lantas membandingkan dengan temuan sebelumnya di Dusun Kabat Mantren, Desa Wringinputih, Kecamatan Muncar. Disitu, warga menemukan artefak berupa pecahan keramik dari berbagai zaman, uang gobok dan guci.
"Guci itu dari Dinasti Tang yang diperkirakan dari abad ke 9 atau 10. Tingginya sekitar 50 cm. Kalau daerah situ kemungkinan ada peradaban besar, termasuk barangkali kerajaan Blambangan," jelas Ilham.
"Mungkin perlu dilakukan penggalian yang lebih terstruktur kalau di tempat tersebut. Ini sudah ada kajian awal. Tergantung nanti bagaimana, apakah dilanjutkan penelitian lebih lanjut atau tidak," tambahnya.
Sebelumnya warga Desa Bagorejo, Kecamatan Srono, Banyuwangi menemukan benda yang diduga berasal dari zaman purbakala.
Benda tersebut berupa potongan patung berbentuk kepala manusia dengan diameter sekitar 10 cm. Patung dari tanah liat tersebut tak sengaja ditemukan saat menggali tanah.
"Yang menemukan ibu mertua saya saat menggali tanah di depan rumah," ungkap Andrian Efendi (30) anak menantu Khususiah, penemu patung, Selasa (14/4/2020).
Menurut Andrian, saat menggali tanah tersebut mertuanya mengira bahwa patung itu adalah batu bata. Namun ternyata adalah potongan patung kepala manusia . (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |
Sumber | : TIMES Banyuwangi |