Peristiwa Daerah

Ekspor Manggis Senduro Lumajang Laris Manis di Tengah Pandemi Covid-19

Rabu, 29 April 2020 - 16:25 | 90.44k
Manggis asal Senduro Lumajang siap di ekspor. (FOTO:Kementan RI)
Manggis asal Senduro Lumajang siap di ekspor. (FOTO:Kementan RI)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Para petani manggis di daerah Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, saat ini bisa bernapas lebih lega. Pasalnya, di tengah kondisi pandemi virus corona (Covid-19) hasil panen manggis Senduro bisa kembali diekspor ke mancanegara.

Adanya penutupan jalur penerbangan ke sejumlah negara, ternyata tak menyurutkan semangat para eksportir untuk terus mengirim buah yang berjuluk “The Queen of Tropical Fruit” tersebut ke sejumlah negara. Utamanya Cina.

Advertisement

Bergeliatnya kembali ekspor manggis tersebut disambut positif berbagai kalangan. Salah satunya yang sangat dirasakan manfaatnya oleh petani manggis di Lumajang adalah harga jual di tingkat petani yang tetap terjaga.

“Betul saat ini masih berlangsung ekspor manggis dari Lumajang untuk tujuan Cina. Dikirimnya melalui jalur laut lewat pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Ini untuk mensiasati adanya pembatasan ekspedisi melalui jalur penerbangan internasional ke China ditengah wabah Covid-19,” ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto dari laman Kementan RI, Jakarta, Rabu (29/4/2020).

Anton, sapaan akrab Prihasto Setyanto, mengungkapkan bahwa bergeliatnya kembali ekspor buah tropis ini tentu menggembirakan karena akan membawa manfaat positif bagi perekonomian nasional. Khususnya bagi petani manggis. “Mereka bisa menikmati harga manggis yang lebih baik,” kata alumnus Univeristas Brawijaya tersebut.

Ia menjelaskan, permintaan buah-buahan tropis di berbagai negara sebenarnya sangat tinggi. Terlebih pada saat pandemi Covid-19, masyarakat dunia sangat membutuhkan asupan vitamin asal buah-buahan segar.

“Manggis ini sudah lama dikenal memiliki banyak manfaat kesehatan. Permintaan pasar luar negeri cukup tinggi. Sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian (Mentan RI) Syahrul Yasin Limpo, kita akan terus dorong ekspor buah tropis kita, apapun keadaannya,” terang Anton.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Petani Manggis “Senduro Makmur” Kandangtepus Senduro Lumajang, Sahul Priyadi (49) mengaku senang hasil panen manggis dari daerahnya bisa kembali diekspor. Meski setiap tahun pihaknya rutin memasok manggis ke eksportir, diakuinya tahun ini sempat muncul was-was akibat terpaan wabah Corona.

“Senang sekali ada ekspor manggis lagi. Terus terang kami sempat khawatir tahun ini tidak bisa ekspor lagi karena adanya Virus Corona. Alhamdulillah, ternyata tahun ini mitra eksportir kami masih bisa (ekspor) lagi lewat pelabuhan Jakarta,” kata Sahul gembira.

Menurut Sahul yang sekaligus berperan sebagai koordinator pengumpul manggis wilayah Lumajang tersebut, sejak awal Maret 2020 lalu hingga saat ini sudah mengirim sedikitnya 90 ton manggis untuk diekspor melalui PT Bumi Alam Sumatera (BAS).

Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, dirinya mengaku mampu memasok rata-rata 55 ton untuk dieskpor. “Ekspor manggis dari Lumajang terbilang lancar. Buktinya, sejak awal Maret sampe sekarang sudah kirim 12 kali sebanyak 1.000 boks, masing-masing boks beratnya 7,5 kilogram. Jadi totalnya sudah sekitar 90 ton. Ini masih jalan terus, sampai kira-kira panen bulan Mei nanti,” ujarnya.

Jika ada ekspor begini, lanjut Sahul, petani bersyukur karena harga manggis bisa terjaga bagus biarpun sedang panen raya. Sekarang ini manggis kami dibeli eksportir Rp 13 ribu sampai Rp 15 ribu per kilo sesuai grade.

“Kalau pas lagi jarang manggis, pernah dihargai sampai Rp 45 ribu sampai Rp 60 ribu sekilo. Lha, kalau hanya ngandelin jual ke penebas lokalan, harganya bisa jauh dibawah itu,” ungkapnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Lumajang, Donny Ananto menyebut potensi pengembangan manggis di daerahnya masih sangat luas. Manggis lokal Lumajang banyak ditemui di beberapa kecamatan seperti Senduro, Guci Alit ,Pasru Jambe, Randu Agung dan Candipuro.

“Catatan statistik kami, produksi tahun 2019 lalu mencapai 631 ton. Kebun manggis disini ada yang berupa hamparan, ada pula yang spot-spot peninggalan simbah-simbah dulu yang umurnya puluhan bahkan ada yang ratusan tahun. Perkiraan lebih dari 170 hektar” katanya.

Donny mengatakan pihaknya sangat membuka diri dan siap memfasilitasi apabila ada eksportir  lain yang berminat untuk menjalin kemitraan dengan petani manggis di Lumajang. Guna memacu ekspor, Dinas Pertanian setempat hingga kini terus menggiatkan pembinaan kepada kelompoktani serta melakukan registrasi kebun manggis sebagai salah satu persyaratan ekspor.

“Di lapangan masih banyak sekali manggis yang belum diekspor, karena rata-rata petani menjualnya masih tebasan. Akibatnya kalau pas lagi panen raya harganya selalu rendah. Apalagi sekarang dibayang-bayangi adanya Covid-19. Untunglah saat ini ada ekspor lagi, sangat membantu petani,” tukasnya.

Mengutip data BPS, produksi manggis nasional tahun 2019 sebanyak 246.476 ton naik 8,03% dibanding tahun sebelumnya. Sentra produksi manggis membentang dari Sumatera, Jawa hingga Nusa Tenggara bahkan sampai Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan.

Beberapa sentra terkenal diantaranya Purwakarta, Tasikmalaya, Bogor, Subang, 50 Kota, Solok, Solok Selatan, Kampar, Purworejo, Tabanan dan Lombok Barat. Lumajang menjadi salah satu sentra penghasil manggis di Jawa Timur selain Ponorogo, Jember, Malang, Trenggalek, Blitar, Jombang dan Banyuwangi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES