Buku Best Seller “Agama Saya adalah Uang”, Ini Kata Nurudin

TIMESINDONESIA, MALANG – Diskusi virtual menarik terjadi pada pukul 13.30 WIB, Jumat 19 Juni 2020. Diskusi buku best seller berjudul “Agama Saya adalah Uang” yang ditulis oleh Nurudin, M.Si, dosen FISIP Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Seperti apa isi dan apa maksud dari buku tersebut?
Diskusi buku yang ditulis oleh penulis buku berjudul “Media Sosial: Agama Baru Masyarakat Milenial” itu, menghadirkan pembanding, Lia Hilyatul Masrifah, MA, dosen UIN Sunan Ampel Surabaya, dan Kolomnis Perempuan, dengan Host, Bangun S Nugroho.
Advertisement
Acara ini digelar oleh FTBM Kabupaten Bojonegoro, Ilhami Indonesia, pada Jumat 19 Juni 2020, pukul 13.30 WIB, di-support oleh Forum TBM Jawa Timur, Gramedia, KSU Elite, Instrans Publishing dan DINUN.
Dalam diskusi tersebut, Nurudin menyampaikan bahwa, orang beragama juga ingin menikmati hidupnya dengan baik dan benar. Hal itu sangat membutuhkan uang. Tak bisa dipungkiri banyak orang bergantung pada uang. Begitu juga dalam buku sebelumnya yang terbit banyak orang juga bergantung pada media sosial.
Dalam buku tersebut kata Nurudin, ia banyak memberi sudut pandang. Karena, setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda-beda. Masing-masing orang punya pemikiran sendiri. Sebelum kita mengklaim bahwa pemikiran masing-masing orang itu benar.
Uang menjadi tempat orang bergantung. Jika setiap orang sudah menggantungkan dirinya dan keperluan dirinya pada uang, maka uang itu adalah tak ubahnya sebagai agama. Lebih parahnya lagi, jika uang diposisikan sebagai agama atau tuhan. Kondisi ini yang terjadi saat ini. “Hal ini yang saya banyak jabarkan dalam buku ini,” katanya.
Tak sedikit orang juga menjadikan uang sebagai jalan kesuksesan hidup. Uang menjadi jalan dalam setiap kepentingan yang dijalaninya. Kondisi ini banyak terjadi saat ini. Terutama pada generasi milenial. Apalagi generasi milenial saat ini, banyak yang hanya menjadi pemegang budaya dengar dan budaya nonton saja. Masih lemah memegang budaya baca.
Dari itu jelas Nurudin, setiap orang, jangan sampai menjadikan uang itu layaknya agama apalagi dianggap layaknya tuhan. Uang memang bisa memisahkan dan menyatukan kita semua. “Tapi semuanya akan tetap kembali kepada tuhan. Saya hanya ingin dengan hadirnya buku ini, terbangun budaya baca dan budaya tulis. Bisa terbangun budaya literasi,” katanya.
Sementara itu, menurut Lia Hilyatul Masrifah, buku yang ditulis oleh Nurudin sangat mudah dibaca, lugas, menarik dan mengalir. “Saya sangat suka membacanya,” kata Lia.
Perempuan yang mengaku suka mengkaji masalah-masalah keagamaan dalam kehidupan sehari-hari itu, bahwa dalam buku tersebut banyak orang yang menggunakan agama hanya sebagai kedok semata.
Buktinya, apa yang disampaikan di media sosial, berbeda dengan yang dilakukan di dunia nyata. Padahal agama tidak sekedar demikian. Tak sedikit yang menjadikan nilai-nilai agama hanya dijadikan simbol gaya hidup semata.
“Yang jelas, buku berjudul “Agama Saya adalah Uang” yang ditulis Nurudin, M.Si, sangat menarik untuk dibaca. Bahasanya lugas dan mudah dipahami. banyak penjabaran soal kondisi kekinian, terutama di era digital saat ini, yang banyak orang tumpuannya pada uang dan uang,” katanya.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |
Sumber | : TIMES Malang |