Peristiwa Daerah

Tradisi Tedak Siten di Ponorogo, Upacara Pertama Kali Bayi Injak Tanah

Senin, 24 Agustus 2020 - 12:39 | 404.31k
Suasana tedak siten, tradisi bayi pertama kali injak tanah yang digelar keluarga Surwiji Artono di Desa Selur, Ngrayun, Ponorogo. (Foto: Taufiq Arrahman/TIMES Indonesia)
Suasana tedak siten, tradisi bayi pertama kali injak tanah yang digelar keluarga Surwiji Artono di Desa Selur, Ngrayun, Ponorogo. (Foto: Taufiq Arrahman/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PONOROGO – Mempertahankan tradisi. Itulah misi upacara Tedak Siten, sebuah tradisi bagi jalan hidup seorang bayi. Seperti yang dilakukan keluarga pasangan Surwiji Artono dan Linarni, warga RT 03/02 Dusun Putuk, Desa Selur, Kecamatan Ngrayun, Ponorogo yang memperingati tujuh bulan kelahiran putrinya, Alifa Asna Billah, Senin (24/8/2020).

Upacara Tedak Siten merupakan ritual Jawa, menandai bayi pertama kali menginjak tanah. Ritual dipimpin sesepuh Mbah Warno dan Mbah Sulastri, dukun bayi setempat. "Upacara Tedak Siten saya laksanakan sebagai bentuk wujud rasa syukur keluarga kami kepada Allah SWT yang telah memberikan anugerah putri berusia genap tujuh bulan," kata Surwiji Artono kepada TIMES Indonesia.

Advertisement

Mbah Sulastri, sang dukun bayi mengatakan, dalam acara Tedhak Siten si anak dimasukkan kurungan ayam dan eluasa menentukan pilihan barang sesuai kemauanya. Itu diyakini kelak akan menjadi pertanda kecenderungan profesi atau pekerjaan si bayi di masa depan.

Tedak-Sinten-a.jpg

Dalam tradisi Tedhak Siten, si bayi juga dimandikan di belik, sumber mata air, yang bermakna membersihkan segala bala yang ada pada bayi tersebut. Kemudian mengenalkan bayi pada tanah, kakinya harus menginjak tanah yang bermakna berdiri di kaki sendiri, mandiri dan teguh hati.

Kemudian kaki bayi menginjak bubur merah putih yang ditutup daun pisang , bisa dimaknai mencintai tanah pertiwi dan merah putih lambang kehidupan. "Lalu bayi dibimbing oleh orang tuanya untuk menaiki tangga yang terbuat dari pohon tebu, bermakna antebing kalbu atau kemantapan hati dan tekad bayi di masa depan," kata Mbah Sulastri.

Tedak-Sinten-b.jpg

Sementara, Mbah Warno mengajak masyarakat untuk terus menjaga tradisi nenek moyang yang penuh makna dalam kehidupan. Dalam upacara Tedak Siten di Desa Selur, Ngrayun, Ponorogo, disaksikan meriah oleh warga sekitar. Acara ditutup dengan kenduri atau berdoa bersama sebagai wujud rasa syukur atas anugerah yang sudah diterima keluarga penyelenggara. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Bambang H Irwanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES