Penganut Syiah Asal Sampang Mencari Jalan Pulang

TIMESINDONESIA, SAMPANG – Sekitar 350 orang mantan pengikut Syiah yang terusir dari kampung halaman mereka di Sampang, Madura kini mencari jalan pulang.
Kamis (5/11/2020), Tajul Muluk alias Ali Murtadho beserta ratusan pengikutnya dijadwalkan akan berbaiat untuk kembali ke aliran Sunni dan mengamalkan Aswaja (Ahlusunnah Waljamaah).
Advertisement
Kepala Kemenag Kabupaten Sampang, H. Pardi membenarkan perihal rencana keinginan baiat yang disampaikan Ali Murtadho beserta pengikutnya.
"Memang benar bahwa rencana pengikut Syiah akan kembali berbaiat ke Sunni. Nah, ini tolong dipahami antara kembali ke Sunni dan kembali ke Sampang," tutur H. Pardi saat dikonfirmasi TIMES Indonesia, Senin (2/11/2020).
Rencananya, kata H. Pardi, Ali Murtadho beserta pengikutnya akan berbaiat di pendopo Bupati Sampang pada hari Kamis mendatang dengan disaksikan para tokoh ulama dan pihak terkait lainya.
"Untuk kembali berbaiat tentu kita sambut baik dan fasilitasi. Soal kembali ke Sampang nanti mungkin ada syarat dan teknis tertentu. Itu ranahnya Pemkab Sampang bukan ranah kami, silahkan konfirmasi ke pak Sekda," tutur H. Pardi
Kepada TIMES Indonesia Sekkab Sampang, Yuliadi Setiawan menyatakan Pemerintah Kabupaten Sampang tampil sebagai fasilitator dalam rencana pembaiatan tersebut.
Meski para ulama, tokoh masyarakat, dan warga Sampang, Madura menyambut baik keputusan Tajul Muluk untuk kembali berbaiat ke Sunni. Namun keputusan kembali ke Sunni tidak lantas membuka pintu pulang kampung.
"Jadi nanti setelah mereka berbaiat, akan kembali lagi ke Sidoarjo tidak lantas bisa kembali ke kampung halamanya. Jadi poin kembali ke Aswaja dan kembali ke Sampang itu berbeda ya," tutur Yuliadi.
Soal batas waktu untuk kembali ke kampung halamannya kata Yuliadi, nantinya akan mengikuti waktu sesuai alamiah. Sebab pada masa konflik dulu para ulama di Madura sudah berikrar akan kembali menerima Ali Murtadho jika benar-benar kembali ke Aswaja.
Kehidupan pahit penyintas Syiah bermula dari kerusuhan di kampung halamannya, yakni di Desa Blu'uran Kecamatan Karangpenang dan Desa Karanggayam Kecamatan Omben, yang bermula karena penentangan warga atas keyakinannya, Syiah.
Konflik berdarah di Kota berjuluk Bahari itu pecah selama dua kali pada medio tahun 2011 dan 2012, sekelompok massa membakar rumah dan pesantren Tajul Muluk hingga menyisakan bangunan 4x5 meter yang ditempati ibu, istri dan anaknya.
Serangan yang lebih seporadis terhadap kelompok Syiah terjadi pada Agustus 2012. Puluhan rumah dibakar, puluhan orang terluka dan seorang pengikut Tajul tewas akibat serangan benda tajam.
Atas kondisi itu warga Syiah terusir dari kampung halamannya. Mereka tinggal sembilan bulan lamanya di gedung tenis indoor Sampang, lalu dipindahkan ke Rusunawa Sidoarjo hingga sekarang.
Adapun Tajul Muluk sebagai pimpinan Syiah harus menjalani proses hukum setelah didakwa melakukan penistaan agama oleh pengadilan negeri setempat. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Irfan Anshori |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |