Pesantren Al Munawwariyah Kuatkan Ekonomi Melalui Usaha Konveksi

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Di pesatren ilmu yang didapat tak melulu tentang agama, namun pembelajaran mengenai Wirausahapun juga bisa didapat di Pesantren. Seperti yang diterapkan oleh pesatren Al Munawwariyah Malang, Jawa Timur.
Pendidikan Wirausaha telah diterapkan kepada Santri Lewat pendidikan SMK Al Munawwariyyah jurusan tata busana, yang telah fokus mengembangkan usaha sejak tiga tahun lalu.
Advertisement
Di tahun 2015, para santri diberikan pembekalan wirausaha dibidang konveksi. Meski produk masih dipasarkan dikalangan pesantren saja, namun usaha konveksi ini mampu membantu perekonomian pesantren dengan produk unggulan seragam sekolah.
Marketing bisnis center Al Munawwariyah, Winnie Pratiwi mengatakan saat prakteknya santri mengerjakan semua proses konveksi sendiri. Mulai dari pattern making, cutting, sewing, finishing, hingga packaging.
Para Santri juga mengerjakan konveksi berupa seragam majlis keluarga kyai, tas, masker, pouch dan aksesoris lainnya.
“Produk unggulan kami adalah seragam sekolah, namun kami juga membuat beberapa produk fashion yang lain. Untuk proses pengerjaan biasanya misalnya 10 seragam bisa selesai dalam dua minggu. Selain itu kami juga mengakomodir semua kebutuhan pakaian santri. Kalau ada santri ingin menjahit seragam baru bisa kami kerjakan, bahkan bila sarungnya sobek pun bisa dijahit di sini,” jelasnya, Jumat (6/11/2020).
Winnie mengatakan tak semua santri diberdayakan dalam konveksi tersebut. Hanya santri yang terampil menjahit dan membuat pola saja. Ia berharap jumlah santi yang terampil dibidang konveksi bertambah.
“Kita harapkan semakin bertambah santri yang terampil. Khususnya memang untuk yang kelas 10 itu biasanya mengerjakan pouch atau aksesoris, sedangkan yang kelas 11 dan 12 mereka mengerjakan seragam sekolah,” ujarnya.
Tak hanya santri, usaha konveksi tersebut juga menjangkai alumni pesantren Al Munawwariyyah. Menurut Winnie, ada beberapa alumni santri Ponpes Al Munawwariyyah yang sudah mampu berwirausaha sendiri melalui kehalian jahit-menjahit. Mereka membuka jasa jahit di rumahnya dan hasilnya pun mampu menyokong ekonomi mereka.
“Jadi, pesantren di sini terbukti tidak hanya menjadi tempat untuk menuntut ilmu keagamaan. Pesantren juga menjadi tempat untuk menggembleng para santri, untuk menjadi pribadi yang mandiri. Pribadi yang tangguh dan kreatif,” tuturnya.
Dengan berwirausaha, santri dituntut untuk menjadi kreatif, inovatif, dan pantang menyerah. Kopontren juga menjadi salah satu solusi bagi permasalahan ketenagakerjaan di wilayah Bululawang, Malang.
“Tidak meratanya lapangan kerja bagi angkatan kerja usia produktif dapat diatasi dengan cara salah satunya melalui program koperasi pesantren,” pungkasnya.
Winnie berharap dari adanya Program One Pesantren One Product (OPOP) Jatim tersebut, terus mendampingi santri-santri di Ponpes Al Munawwariyyah untuk mengantarkan mereka menjadi wirausaha yang andal dan produktif.
“Saya sangat berterimakasih dengan adanya OPOP karena kami didampingi mulai dari dibantu untuk perizinan merek, bagaimana membuat kemasan yang baik, hingga bagaimana cara memasarkan produk,” tuturnya.
Ia mengapresiasi adanya OPOP yang dimasukkan ke dalam program Nawa Bhakti Satya Gubernur Jatim. Dengan begitu menurutnya santri Al Munawwariyah tidak hanya berkompeten dalam bidang religi saja, namun juga menjadi pribadi yang mandiri baik secara sosial maupun ekonomi. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |