Peristiwa Daerah Kampung Tangguh

Menduplikasi Sobo Genting VBT, Wujud Ideal Kampung Tangguh

Sabtu, 07 November 2020 - 14:20 | 71.14k
Agus, salah satu warga Sobo Genting VBT saat memanen labu Jepang hasil kampung tahan pangan warga. (Foto: Irfan Anshori/TIMES Indonesia)
Agus, salah satu warga Sobo Genting VBT saat memanen labu Jepang hasil kampung tahan pangan warga. (Foto: Irfan Anshori/TIMES Indonesia)
FOKUS

Kampung Tangguh

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Lokasinya 10 KM dari pusat Kota Malang, Sobo Genting VBT nama kampungnya. Kampung di Perumahan Villa Bukit Tidar (VBT) ini sekarang tak hanya sekedar tempat tinggal bagi warganya. Namun mereka bangkit bersama saat pandemi Covid-19 datang.

Masih ingat dibenak Akhmad Muwafik Saleh, Ketua Satgas Covid-19 Villa Bukit Tidar saat awal pandemi dulu. Awal Covid-19 datang ke Kota Malang belum ada satgas yang terbentuk baik di level Kelurahan hingga Kota. Kebetulan, Muwafik mempunyai pondok pesantren mahasiswa yang berinisiatif melakukan penyemprotan disinfektan di berbagai lokasi. 

Advertisement

"Saya dan santri inisiatif membentuk satgas sendiri di pondok. Tugasnya semprot disinfektan yang kita bikin sendiri. Ada 35 tempat yang rutin kita semprot, salah satunya Villa Bukit Tidar yang juga meminta jadwal penyemprotan disinfektan pada waktu itu," ucapnya kepada TIMES Indonesia, Sabtu (7/11/2020).

Agus Petani labu Jepang

Tak disangka dari penyemprotan disinfektan itu lah berbagai ide muncul. Semuanya dilakukan agar warga VBT tangguh melawan Covid-19. Jaring pengaman sosial adalah pertama kali yang dicetuskan. Sebab menurut Muwafik, warga sadar bahwa pandemi ini akan berlangsung dengan waktu yang cukup lama. Bentuknya adalah sembako, ada 120 Kepala Keluarga yang dianggap layak menerima. 

Tak tanggung tanggung, bantuan dalam bentuk sembako ini mereka berikan tiap Minggu selama empat bulan mulai Maret 2020 lalu. "Bantuan datang dari banyak pihak terutama lembaga zakat dan ada juga perseorangan," sambung Muwafik yang juga dosen di FISIP UB ini.

Cukup sampai disini? Ternyata tidak. Selain sembako, 120 KK di Sobo Genting VBT ini juga menerima voucher berbelanja. Tapi voucher belanja itu mereka wajib belanjakan di warung kecil yang ada di kompleks perumahan. Nominalnya lumayan, Rp 25.000 per minggu.

"Jadi mereka sebulan dapat voucher belanja Rp 100.000. Ada 20 toko kecil di perumahan yang sudah diberi tanda bebas mau milih apapun. Dari sini toko toko juga bergerak. Alhamdulillah warga senang dan perekonomian hidup kembali," papar Muwafik.

Bangkitkan Jiwa Entrepreneur Melalui Pasar Online

Ide warga seolah moncer saat pandemi ini. Setelah jaring pengaman sosial berjalan, mereka juga ingin aktifitas perekonomian di kampung VBT ini berjalan. Tidak hanya bagi 20 toko kecil saja, namun juga toko toko yang lain di wilayah itu. Muncullah konsep Gerakan Belanja di Warung Tetangga.

"Ini hanya khusus warga VBT saja, semua RT mendukung. Kita maksimalkan aplikasi Whats App kemudian terbentuklah pasar online," ucap Muwafik.

Agus Petani labu Jepang a

Warga pun dipersilakan berjualan apapun. Mulai dari kebutuhan pokok, makanan ringan, bahkan hingga jasa pijat sekalipun. "Ada juga pernah warga rumahnya bocor, yang jadi tukang warga di VBT sendiri. Ya berkat pasar online ini," sambung Muwafik.

Pasar online ini pun bergerak. Roda ekonomi pun berjalan. Pihak kepolisian pun datang dan meminta warga untuk ikut meresmikan VBT sebagai kampung tangguh. Ada cerita unik dalam proses peresmiannya. Kas RW kata Muwafik tidak cukup untuk acara peresmian itu. Pasar online pun mengambil peranan.

"Kami di grup pasar online itu bilang ayo selama pandemi banyak sedekah untuk acara itu. Masya Allah langsung banyak yang kasih bantuan. Pak saya bantu nasi, pak saya bantu onde onde. Saya ada minyak pak, saya ada kopi. Akhirnya kami tidak mengeluarkan uang sama sekali," kenang pria kelahiran Sumenep ini. 

Pasar online antar warga ini selain menumbuhkan jiwa sosial juga membuat penghasilan warga meningkat. Dilansir dari website sobogentingvbt, ada peningkatan pendapatan yang dirasakan warga. Pendapatan usaha antara Rp 250.000-500.000 sebelum ada pasar online hanya sekitar 3% warga, meningkat drastis menjadi 13% warga. Begitu juga yang pendapatannya per hari Rp 100.000-250.000 awalnya hanya 12% warga kali ini meningkat hingga 27% warga. 

"Data di website kami itu jadi bukti bahwa dengan pasar online antar warga semua sudah bangkit," papar Muwafik. 

Menuju Kampung Tahan Pangan

Dua hal yang sudah dilakukan, jaring pengaman sosial dan pasar online sempat terpikir oleh satgas Covid-19 VBT hanya akan berakhir setelah pandemi selesai. Tercetuslah mereka ingin "menjual" potensi kampung mereka. Bukan pemandangan, bukan pula tempat kopi, yang mereka ingin jual adalah bagaimana memberdayakan masyarakat agar tetap bertahan saat pandemi.

"Kita ingin jual potensi warga. Mulai dari yang jago desain hingga tukang jahit. Kita juga jual keberhasilan kami mengelola pasar online warga," imbuh Muwafik.

Dari keinginan menjual potensi warga inilah tercetus nama Sobo Genting VBT. Menurut Muwafik, Sobo adalah bahasa jawa dari datang. Genting adalah nama lama lokasi perumahan, sementara VBT adalah akronim dari nama perumahan saat ini. "Akhirnya ada nama Sobo Genting VBT," ucapnya.

Tercetusnya nama itu membuat warga makin terpacu. Satu yang mereka pikirkan. Warga harus tahan pangan selama pandemi masih berlangsung. Tak memiliki lahan luas, warga VBT memanfaatkan teras rumah. Mereka membuat gerakan akuaponik dan hidroponik. Saat ini mereka juga memulai budi daya ikan dalam ember (budikdamber).

Agus Petani labu Jepang b

"Kami kerjasamakan dengan beberapa lembaga untuk penyediaan alatnya. Saat ini untuk budikdamber sekitar 40 kepala keluarga sudah melakukan. Prioritas untuk warga dhuafa dan yatim. Kalau hidroponik di tiap RT sudah ada," kata Muwafik.

Ketahanan pangan saat ini menjadi prioritas warga. Mereka pun saat ini diberikan lahan oleh pengembang perumahan lahan seluas 1,5 hektar untuk dikelola sebagai lahan pertanian milik warga. Menariknya, hasil dari pertanian itu akan dikembalikan ke warga. Dibeli oleh warga, jika ada sisa baru dilepas untuk warga di luar perumahan.

Hal ini dibenarkan oleh Agus, salah satu warga VBT yang juga pengelola salah satu lahan. Dia mengungkapkan berbagai jenis tanaman sudah ditanam oleh warga. Mulai dari labu jepang, tomat buah, brokoli dan beberapa jenis sayuran yang lain. Bahkan di lahan ini juga ada beberapa titik ternak bibit lele. 

"Bibit lele inilah yang nantinya kembali dipelihara warga lewat budikdamber di masing masing rumah," ucap pria yang juga pengusaha beras ini kepada TIMES Indonesia.

Merintis Wisata Edukasi: Rencana dan Tantangan

Keberhasilan Sobogenting VBT mulai dari jaring pengaman sosial, pasar sosial hingga ketahanan pangan membuat mereka terus bergerak. Saat ini keinginan mereka adalah membuat Sobo Genting VBT ini menjadi salah satu destinasi wisata edukasi. 

Selain lahan pertanian, mereka juga sudah mempunyai sobo camp yang bisa dipakai untuk camping. Sobo jati yang bisa dipakai rapat dengan suasana alam terutama pohon jati. Dan sobo hes, petualangan jalan kaki dengan diakhiri petik jeruk. 

Agus menyatakan pihaknya juga ingin membuat spot untuk para pesepeda di lahan pertanian yang sekarang ada. "Sekarang kan lagi hits bersepeda, kita ingin bangun beberapa spot disini untuk istirahat mereka. Sambil istirahat mereka bisa memanen tanaman disini sekaligus kita siapkan masakan jika ingin memesan," ungkapnya.

Namun warga sadar bahwa rencana ini ada satu tantangan besar yang harus dihadapi. Pengembang perumahan hingga saat ini masih memberikan hak pengelolaan lahan hingga Juni 2021. 

"Jika diberi tambahan waktu saja misal 3 tahun kedepan, warga sudah siap untuk mewujudkan rencana wisata edukasi itu," ucapnya.

Tak heran jika saat ini, warga meminta bantuan Pemerintah Kota Malang hingga DPRD kota Malang agar bisa membantu lobi kepada pemilik lahan untuk memperpanjang penggunaan lahan. "Sebab jika wisata ini berhasil, yang senang juga pemilik perumahan," urainya.

Sementara itu, Ketua Satgas Covid-19 VBT, Ahmad Muwafik Saleh juga berharap pemerintah setempat hadir minimal untuk perbaikan infrastruktur. Jika sedang tidak ada dana, maka pemerintah bisa menggandeng CSR agar bisa merealisasikan mimpi warga agar Sobo Genting VBT bisa menjadi wisata edukasi.

Agus-Petani-labu-Jepang-c.jpg

Keberadaan Kampung Tangguh pun diakui oleh Pemprov Jatim sebagai salah satu media memutus penularan Covid-19. Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menyatakan dengan basis kampung dan sub kampung, maka pembatasan sosial berskala mikro bisa dilakukan.

Dari awal pandemi hingga sekarang, jumlah Kampung Tangguh di Jawa Timur sudah mencapai 2605. Salah satunya adalah Sobo Genting VBT yang berdiri sebagai Kampung Tangguh karena insiatif dari warga. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES