Peristiwa Daerah Hari Jadi Kabupaten Malang

Kabupaten Malang Menjadi Pusat Perkebunan Kopi era Kolonial

Minggu, 08 November 2020 - 14:52 | 124.58k
Potret anak-anak petani kopi di Jawa, 1925. (Sumber: KITLV.nl)
Potret anak-anak petani kopi di Jawa, 1925. (Sumber: KITLV.nl)
FOKUS

Hari Jadi Kabupaten Malang

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANGBupati Malang, Rendra Kresna pernah menyampaikan bahwa Hari Jadi Kabupaten Malang merupakan momen tepat untuk memahami sejarah wilayah Malang.

"Ini momen tepat untuk menggali, memahami, dan mempelajari sejarah berdirinya wilayah Malang. Dengan mengenal sejarah, diharapkan bisa menumbuhkan jiwa nasionalis sekaligus rasa cinta pada tanah kelahiran," ucap Rendra saat menghadiri  Rapat Paripurna Istimewa Hari Jadi Kabupaten Malang ke-1257 di Gedung DPRD Kabupaten Malang, 28 November 2017 lalu.

Advertisement

1260 Tahun kabupaten Malang

Kabupaten Malang merupakan kabupaten terluas kedua wilayahnya setelah Kabupaten Banyuwangi dari 38 Kabupaten/ Kota yang ada di Jawa Timur. Hal ini didukung dengan luas wilayahnya 2.977,05 km² dan jumlah penduduk sesuai Data Pusat Statistik sebanyak 2.544.315 jiwa (tahun 2015) yang tersebar di 33 kecamatan, 378 Desa, 12 Kelurahan.

Terdiri dari 33 Kecamatan menjadikan Kabupaten Malang sebagai kabupaten dengan jumlah kecamatan terbanyak di Jawa Timur. 

Berada di antara dua barisan pegunungan yaitu pegunungan Arjuna-Kawi di sebelah barat dan Bromo-Semeru di sebelah timur membuat Kabupaten Malang kaya akan abu vulkanis yang membuat tabah subur dan mata air yang penting bagi perkebunan. 
Ini terlihat dengan keputusan Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1832 untuk membuka perkebunan-perkebunan khususnya kopi di kawasan Kabupaten Malang.

Dalam buku Sejarah dan Budaya, Tahun Kesembilan, Nomor 1, Juni 2015, halaman 100, disebutkan, kawasan ini merupakan kawasan yang sangat subur sehingga banyak dijumpai perkebunan kopi seperti di Kademangan Penanggungan dan Karanglo. 

Saat itu, Regentschap Malang di bawah pimpinan Bupati Raden Tumenggung Notodiningrat I (1819 - 1839), mencakup delapan distrik yaitu Ngantang, Penanggungan, Pakis, Karanglo, Gondanglegi, Turen, Sengguruh (Kepanjen), dan Kota Malang.

Pembukaan perkebunan di wilayah Malang tak lepas dari pemikiran Gubernur Jendral Du Bus de Gisignies (1826-1829). Dia berusaha untuk menambah kapasitas produksi agar ekspor hasil perkebunan tetap terjaga. 

Gubernur Jendral Du Bus Gesignes kemudian mengeluarkan perintah mengubah ahan kosong, termasuk hutan untuk dijadikan perkebunan kopi dan tebu. Perkebunan kopi tersebar di distrik Pakis, Ngantang, Sisir (Batu), dan Penanggungan. Langkah-langkah yang ditempuh pemerintah kolonial itu menyebabkan Malang tumbuh menjadi pusat perkebunan kopi.

Ini diperkuat oleh catatan dari Residen Pasuruan yang mengatakan bahwa antara tahun 1827 hingga 1830 penduduk Kabupaten Malang - yang hanya sejumlah 40.000 jiwa dapat menghasilkan 57.000 pikul kopi.  Para petani mengirimkan kopi ke gudang pemerintah Hindia Belanda.  Meski tidak bisa mengulang sejarah keemasan kopi, sampai saat ini, Kabupaten Malang tetap menjadi wilayah penghasil kopi unggulan di Indonesia. Kabupaten Malang  terkenal dengan dengan kopi Amstirdam, yakni kopi yang dihasilkan dari wilayah Kecamatan Ampelgading, Tirtoyudo dan Dampit. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES