Peristiwa Daerah

Getih Getah Gula Klapa Berlangsung Sederhana Namun Penuh Makna

Rabu, 18 November 2020 - 09:15 | 68.40k
Salah satu pengisi acara Getih Getah Gula Klapa, Redi Wisono membaca doa budaya di Candi Simping, Desa Sumberjati, Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar, Selasa (17/11/ 2020) malam. (Foto: Sholeh/TIMES Indonesia)
Salah satu pengisi acara Getih Getah Gula Klapa, Redi Wisono membaca doa budaya di Candi Simping, Desa Sumberjati, Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar, Selasa (17/11/ 2020) malam. (Foto: Sholeh/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BLITAR – Kegiatan Getih Getah Gula Klapa sukses dilaksanakan di Candi Simping, Desa Sumberjati, Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Selasa (17/11/ 2020) malam.

Getih Getah Gula Klapa kali ini sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Karena masih adanya pandemi Covid-19 di Indonesia, Getih Getah Gula Klapa ini digelar secara sederhana, terbatas, tertutup dan dihadiri oleh beberapa orang saja. Hal ini dilakukan dalam upaya mengurangi resiko penularan Covid-19.

Advertisement

Rahmanto Adi, Ketua Komunitas Sulud Sukma, bahwa dimasa pandemi Covid-19 ini sebagian besar kegiatan harus dibatasi.

"Tahun 2019 lalu , Kirab Pataka dan Panji Majapahit menjadi penanda awal digelarnya Getih Getah Gula Klapa. Kirab diawali dari Kantor Desa Sumberjati menuju Pelataran Candi Simping, yang nantinya akan disambut dengan beberapa pagelaran kesenian," jelas pria yang akrab disapa Anto

Berbeda dengan tahun sebelumnya, Getih Getah Gula Klapa tahun ini difokuskan pada acara intinya yakni doa budaya yang melibatkan beberapa masyarakat dan pemuda pemudi di Blitar dengan jumlah yang terbatas.

“Beberapa rangkaian kegiatan seperti kirab ditiadakan. Doa budaya ini bersifat simbolis sebagai penanda bahwa kegiatan tahunan Getih Getah Gula Kelapa akan tetap diadakan di masa-masa normal mendatang,” lanjutnya.

Dimulai selepas matahari terbenam, kegiatan doa bersama di dalam area Candi Simping diawali pembacaan puisi, kemudian ada tarian, lalu disambung dengan narasi Nararya Sanggramawijaya, serta lantunan macapat yang bersambung pada puncak acara yakni doa budaya, sedangkan untuk penutup kegiatan ada murak sajen.

"Tema ‘Trantanan’ yang diangkat pada Getih Getah Gula Klapa ini merupakan tahapan seorang anak mulai berjalan, dimana orang Jawa mengenal istilah 'trantanan' yang artinya masih harus dipegangi oleh orang tuanya," urai Anto.

Menurut Anto, ‘Trantanan’ menggambarkan bahwa tahun ini Getih Getah Gula Klapa baru berusia 4 tahun atau masih balita, masih jauh perjalanan untuk menggapai cita terwujudnya Pusat Kajian Budaya Majapahit dan Peradaban Nusantara di komplek Candi Simping, tempat Sang Proklamator Kerajaan Majapahit, Raden Wijaya didharmakan.

"Getih Getah Gula Klapa juga bertujuan memperkenalkan kembali bahwa Candi Simping di Desa Sumberjati adalah sebuah situs budaya yang menyimpan sejarah besar kejayaan Nusantara," tambahnya.

Untuk informasi, Getih Getah Gula Klapa tahun ini mengusung tema ‘Trantanan’. kegiatan yang digelar tahun ke empat penyelenggaraannya ini diinisiasi oleh Komunitas Sulud Sukma bersama Karang Taruna Nusantara 1 Desa Sumberjati. kegiatan itu dalam rangka peringatan sepasaran 727 tahun berdirinya Kerajaan Majapahit yang ditandai dengan penobatan Sri Kertarajasa Jayawardhana tahun 1293 silam. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES