Peristiwa Daerah

Arkeolog Andi Muhammad Said Gelar Ngaji Kebudayaan di Padepokan Nyai Surti

Senin, 07 Desember 2020 - 11:10 | 93.96k
Sejumlah pegiat dan pelestari budaya ngaji kebudayaan kepada arkeolog senior Andi Muhammad Said di Padepokan Nyai Surti Bondowoso. (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)
Sejumlah pegiat dan pelestari budaya ngaji kebudayaan kepada arkeolog senior Andi Muhammad Said di Padepokan Nyai Surti Bondowoso. (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Sebagai salah satu ruang pelestari budaya, Padepokan Nyai Surti kedatangan arkeolog senior sekaligus Tenaga Ahli Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur di Trowulan Mojokerto, Andi Muhammad Said.

Kedatangan arkeolog itu, dimanfaatkan untuk belajar kebudayaan oleh anak muda yang terus bergerak dalam pelestarian budaya, Minggu (6/12/2020) malam.

Advertisement

Founder Padepokan Nyai Surti, Mohammad Afifi mengatakan, Said memang sejak dulu ingin bermain ke padepokan. Hanya waktunya saja yang belum tepat.

"Kedatangan bapak Said merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi anak muda desa di kampung saya. Dari beliau kita banyak belajar untuk terus menjaga energi dalam bergerak untuk upaya pelestarian budaya," katanya.

Kesempatan kali ini juga dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk menimbah ilmu tentang peninggalan kebudayaan. Sebab padepokan juga terletak di desa yang juga banyak sebaran megalitiknya.

Kebetulan, di Desa Maskuning Kulon banyak peninggalan megalitikum. Yaitu ada sebanyak 58 batu megalitik. Terdiri dari 57 Batu Dolmen, dan 1 Batu Dakon. 

"Inilah tinggalan sejarah yang menjadi sesuatu yang sangat membanggakan bagi kita semua sebagai anak muda. Ini menjadi pekerjaan rumah yang harus terus saya eksplore ke permukaan," jelas pemuda yang juga koordinator GUSDURian Bondowoso ini.

Dalam kesempatan tersebut, arkeolog Andi Muhammad Said, membincangkan banyak hal bersama anak muda setempat. Terutama soal bagaimana mencintai budayanya sendiri.

"Lihatlah apa pun jangan sepotong. Literasi sejarah harus kuat. Bondowoso sangat kental dengan sejarah budayanya," pesan Said.

Ia mendorong anak muda berbangga dengan budayanya sendiri. Kunci utamanya harus mengenal. "Terus cari jejak-jejak sejarah itu. Hingga kecintaan itu betul-betul murni," terang pria yang juga pernah menjadi dosen di Universitas Indonesia ini.

Dalam kesempatan tersebut, ia juga sangat mengapresiasi aktivitas yang dilakukan oleh Padepokan Nyai Surti.

"Nah, mestinya kegiatan anak-anak muda semacam ini yang perlu terus digalakkan. Sebab generasi saat ini sudah mulai tidak mencintai budayanya," jelasnya.

Menurutnya, apa yang digalakkan padepokan Nyai Surti, perlahan membuat para generasi terutama anak-anak muda terus mengenal kembali budayanya sendiri. 

"Itulah pintu utama untuk mampu mencintai, lalu membanggakan budayanya sendiri," imbuhnya di sela-sela bincang santai.

Arkeolog Andi Muhammad Said berkunjung ke Padepokan Nyai Surti setelah bertugas di Desa Alas sumur, Pujer, Bondowoso dalam rangka ekskavasi awal penemuan struktur batu yang diduga peninggalan Kerajaan Majapahit. Ia ditemani Imam Syafi'i selaku Tenaga Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Bondowoso. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES