Peristiwa Daerah

Lintas Komunitas Berharap Ada Museum Kemanusiaan Almarhum Riyanto di Mojokerto

Rabu, 30 Desember 2020 - 12:20 | 62.04k
Lintas Komunitas melakukan ziarah di makam Almarhum Riyanto, anggota Banser yang telah menyelamatkan para jemaat dari ledakan bom di Gereja Eben Haezer, Kota Mojokerto.(foto: Dok.Pribadi)
Lintas Komunitas melakukan ziarah di makam Almarhum Riyanto, anggota Banser yang telah menyelamatkan para jemaat dari ledakan bom di Gereja Eben Haezer, Kota Mojokerto.(foto: Dok.Pribadi)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MOJOKERTO – Kisah pengorbanan anggota Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama (Banser NU) Riyanto terus menjadi catatan sejarah dalam 20 tahun terakhir.

Riyanto menyelamatkan para jemaat dari ledakan bom di Gereja Eben Haezer, Kota Mojokerto. Kala itu, mereka sedang mengikuti malam kebaktian Natal.

Advertisement

Jika tidak ada sosok Riyanto pada malam itu, mungkin akan lebih banyak lagi korban jiwa berjatuhan karena setidaknya ada 2 bom yang akan diledakkan.

Aksi kepahlawanan Riyanto pada akhirnya menginspirasi banyak orang dan kalangan. Bahwa apa yang telah dilakukannya bukan hanya sekedar aksi menyelamatkan nyawa para jemaat Gereja Eben Haezer saja, melainkan juga sebagai simbol totalitas Riyanto terhadap kebhinnekaan dan kemanusiaan.

Oleh sebab itu, Roemah Bhinneka menggelar ziarah ke makam almarhum Riyanto.

makam riyanto b

Iryanto Susilo, pendiri Roemah Bhinneka sekaligus penggagas kunjungan dan ziarah ke makam almarhum Riyanto dan Gereja Eben Haezer mengatakan apabila kunjungan ziarah kali ini adalah aksi untuk melawan lupa. Aksi pembelaan  kebhinnekaan dan kemanusiaan yang dilakukan oleh Almarhum Riyanto 20 tahun yang lalu.

Kendati di situasi pandemi, 50 lebih para peziarah tetap antusias berziarah dengan protokol kesehatan penuh dari Satgas Covid-19 Kota Mojokerto.

Rombongan dibagi menjadi tiga kelompok. Mereka masuk dan keluar bergantian di lingkungan makam tersebut. Selain demi menjaga protokol kesehatan, salah satu alasan lain adalah karena lingkungan makam tersebut juga kecil dan tidak bisa banyak orang masuk sekaligus.

Pembagian kelompok yang masuk di lingkungan makam tersebut antara lain kelompok pertama adalah Perhimpunan Indonesia Tionghoa Jawa Timur (INTI Jatim), kelompok kedua dari Roemah Bhinneka dan lintas agama, dan kelompok ketiga dari perkumpulan Alumni SMA/K Surabaya Bersatu (ASSB) dan HumanityforAll.

Ketika kelompok dari Roemah Bhinneka memasuki lingkungan makam Alm. Riyanto, Gus Ipung selaku Ketua Pimpinan Cabang Ansor Kota Mojokerto menyambut rombongan dan menceritakan kronologi peristiwa yang dilakukan oleh Alm. Riyanto sekaligus bercerita tentang sosok pribadi Alm. Riyanto ketika waktu masih hidup juga.

"Saya sungguh bersyukur, 20 tahun sudah berlalu tentang apa yang dilakukan oleh Alm. Riyanto namun tetap membawa semangat untuk melawan lupa bagi para rombongan yang hadir di sini," demikian ungkap Gus Ipung.

Gus Ipung juga menjelaskan bahwa sosok Riyanto adalah sosok yang membawa warna lain di Banser dari hidup sampai meninggalnya.

"Riyanto adalah wujud Banser yang benar-benar menunjukkan toleransinya terhadap kemanusiaan dan kebhinnekaan," jelasnya.

Ia menambahkan bahwa K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ketika menjadi presiden, pernah ziarah ke makam Riyanto.

Selain Gus Ipung, Pdt. Andri Purnawan dari GKI Darmo Satelit Surabaya sekaligus mewakili Roemah Bhinneka mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Riyanto adalah benar-benar tindakan seorang pahlawan.

Jikalau dibandingkan dengan peristiwa Bom Surabaya tahun 2018, para "korban" bom tersebut adalah tetap sebagai "korban peristiwa" bom tersebut namun tidak pada sosok Riyanto.

"Bagaimanapun Riyanto adalah sosok yang dengan sengaja mau mengorbankan dirinya demi orang lain, mirip seperti Yesus Kristus yang dengan sengaja rela menyerahkan nyawanya bagi orang lain tanpa memandang suku, agama, ras, dan golongannya," tutur Pdt. Andri Purnawan.

Tak hanya berhenti di situ saja, rombongan yang juga terdiri dari PC Ansor Mojokerto, Satkorcab Banser Kota Mojokerto, GUSDURian Mojokerto, GUSDURian Sidoarjo, GUSDURian Gerdu Surabaya, GKJW Jemaat Wates Mojokerto, perwakilan Umat Buddha Surabaya, perwakilan umat Katolik dari Paroki St. Stefanus Surabaya, dan masih banyak lainnya menutup acara di makam dengan menabur bunga di pusara makam Alm. Riyanto.

Setelah tabur bunga, dengan alasan protokol kesehatan juga, rombongan dipisah menjadi dua kelompok dan saling bergantian mengunjungi. Ada kelompok yang melanjutkan perjalanan ke rumah orang tua Alm. Riyanto dan ada pula kelompok yang langsung ke Gereja Eben Haezer.

Di Gereja Eben Haezer, rombongan disambut oleh Pdt. Rudy yang kala itu juga menjadi saksi hidup dari aksi heroik Alm. Riyanto.

"Ketika Kebaktian Malam Natal 20 tahun yang lalu, saya tidak menyangka bahwa setidaknya ada 2 bom yang akan meledak di gereja ini. Pertamanya tidak ada yang curiga kalau ada orang yang menaruh benda semacam kotak di lantai bangku bagian belakang sampai-sampai seorang Riyanto yang peka dan mengecek kotak tersebut dan ia segera mengambil dan berlari ke selokan. Namun nahas, sebelum sampai di selokan, bom tersebut sudah meledak," demikian cerita Pdt. Rudy.

Dia juga menambahkan, ketika bom yang berada di bagian bangku belakang sudah meledak, para jemaat sudah keluar dari gereja mengamankan diri masing-masing, tetapi rupanya masih ada 1 bom yang belum meledak di bangku bagian depan dan meledak ketika sudah tidak ada jemaat lagi.

"Saya tidak bisa membayangkan kalau tidak ada sosok Riyanto pada waktu itu.", demikian imbuhnya.

Di rumah orang tua Alm. Riyanto, para rombongan juga diterima dengan sangat baik. Orang tua Alm. Riyanto juga merasa bahagia dan bangga apabila anaknya dapat menjadi contoh kemanusiaan dan kebhinnekaan ini.

makam riyanto c

Lebih daripada itu, menurut Pdt. Andri Purnawan yang juga mewakili Roemah Bhinneka, memberikan suatu renungan bahwa apa yang dilakukan oleh kedua orang tua Alm. Riyanto adalah mirip seperti Bunda Maria yang rela dan ikhlas bahwa Anaknya (Yesus Kristus) menyerahkan nyawa-Nya untuk orang lain. Setelah bertemu dengan keluarga Alm. Riyanto, Iryanto Susilo mewakili rombongan dan Roemah Bhinneka juga memberikan santunan.

Banyak harapan yang ingin dikerjakan setelah kunjungan pada Natal ini. Gatot Seger Santoso selaku Ketua Perhimpunan INTI Jawa Timur misalnya mengatakan apabila perlu ada museum kemanusiaan Riyanto yang bisa menjadi ikon kota Mojokerto. 

Senada dengan Gatot, Iryanto Susilo juga berharap bahwa perlu ada memori kolektif bersama yang dibangun dimulai dari masyarakat lokal hingga nasional bahwa almarhum Riyanto bukan hanya sebagai pahlawan nasional saja melainkan sebagai pahlawan dan simbol perlawanan terhadap intoleransi dan diskriminasi demi terwujudnya kemanusiaan dan kebhinnekaan. Tentu hal ini perlu melibatkan peran warga dan kehadiran negara pula.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES