Menyaksikan 'Kengerian' Rapa'i Daboh dari Sanggar Rimueng Daya Abdya

TIMESINDONESIA, ACEH – Sanggar Seni Rapa'i Daboh 'Rimueng Daya' Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Aceh menampilkan kesenian tradisional di Desa Geulanggan Gajah, Kecamatan Kuala Batee, kabupaten setempat, Minggu (17/1/2021) malam.
Rapa'i Daboh atau biasa disebut debus merupakan kesenian khas Aceh yang menampilkan ketangkasan dan mempertontonkan kesaktian seseorang kebal dari benda-benda tajam. Dulunya, Daboh ini biasa dimainkan oleh seorang khalifah yang memiliki ilmu kebal dan ahli makhrifat besi.
Advertisement
Kesenian Rapa'i Daboh tidak asing lagi di dunia seni dan budaya Indonesia, dari sejak zaman kerajaan Samudra Pase Aceh sampai saat ini masih tetap dilakoni dan dikembangkan oleh warga provinsi ujung Pulau Sumatera, Indonesia.
Ketua Sanggar Rapa'i Daboh Rimueng Daya, Tommy Zulfahmi mengatakan, dalam sanggarnya itu terdapat sebanyak 7 klub yang tergabung dalam satu sanggar. Sehingga atraksi yang dipertunjukkan lebih mumpuni dan diharapkan dapat lebih berkembang pesat.
"Kita berharap semoga Rapa'i Daboh ini dapat bertahan walaupun di tengah perkembangan zaman. Sanggar Rimueng Daya ini adalah sebuah sanggar induk, di mana klub rapai yang ada di Abdya tergabung semua dalam klub ini," ujar Tommy kepada TIMES Indonesia di lokasi, Minggu (17/1/2021).
Adapun alat Rapa'i yang ditabuh para pemain terbuat dari kulit kambing yang direkatkan di kayu pilihan. Sedangkan untuk menegangkan kulit kambing , Sanggar Rimueng Daya menggunakan rotan yang disisipkan di antara kulit kambing dan kayu sehingga menimbulkan suara yang nyaring dan merdu.
Sementara peralatan debus yang digunakan terbuat dari berbagai benda tajam seperti pisau, buah debus besi yang diruncingkan, Rencong Aceh, pedang, duri, rantai, beling, mesin bor, chainsaw, mesin parut kelapa, api, dan peralatan lainnya yang menambah ekstrem kesenian yang dipertontonkan.
Kemudian pemain debus memilih satu satu peralatan itu serta ditusuk bahkan menggorok lehernya masing-masing. Uniknya, walaupun atraksi 'bunuh diri' itu dipertontonkan di depan umum.
Akan tetapi para pemain tidak merasa kesakitan dan bagian tubuh yang tusuk itu tidak menimbulkan bekas luka sedikitpun. Serangkaian kegiatan itu bukan merupakan atraksi bunuh diri secara massal, tapi pertunjukan seni budaya.
Pemain Rapa'i Debus tidak saja diikuti oleh kaum muda saja, akan tetapi sejumlah pria paruh baya juga menunjukkan kebolehan dan kekebalannya. "Ini kesenian, tujuannya untuk melestarikan seni dan budaya, bukan semata-mata untuk mempertontonkan kesaktian dan tidak berlaku ria," kata Tommy.
Dari pengamatan TIMES Indonesia, pada kegiatan latihan debus itu, terlibat puluhan pemain dan hampir ratusan warga setempat menyaksikan seni budaya Indonesia dari Provinsi Aceh.
Adapun pemandu atau yang sering disebut khalifah rapai dalam atraksi rapa'i daboh di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) Provinsi Aceh ini antara lain ialah Zainal Abidin, Abu Tari, M Kasem, Usman, Ismail, Abdullah, Yong (Ubit), Jamaris, Abdul Rahman, Wahab, T Adilan dan Sukma. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |