Peristiwa Daerah

Nama Marga di Tiongkok Mulai Punah karena Kemajuan Teknologi, Kok Bisa?

Senin, 18 Januari 2021 - 16:48 | 56.37k
Ilustrasi - Kemajuan teknologi di Tiongkok justru membuat langka nama marga. (Foto: Ammar Ramzi/Times Indonesia)
Ilustrasi - Kemajuan teknologi di Tiongkok justru membuat langka nama marga. (Foto: Ammar Ramzi/Times Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Wang, Li, Zhang, Liu atau Chen merupakan nama marga dari Tiongkok yang mungkin sudah sering kita dengar. Kelima marga ini merupakan yang paling banyak digunakan di Tiongkok yakni lebih dari 433 juta orang dari total populasi penduduknya yang mencapai 1,37 miliar.

Dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, Tiongkok tercatat memiliki nama keluarga yang tidak beragam. Menurut Kementerian Keamanan Publik setempat, hampir 86 persen penduduknya menggunakan 100 nama yang sama.

Advertisement

Ada beberapa alasan untuk menjelaskan fenomena ini, pertama karena Tiongkok sendiri memang kurang beragam secara rasial dibandingkan dengan negara-negara lain.

"Berikutnya ada pula yang mengubah nama karena takhayul, ingin meninggalkan nama yang diyakini membawa nasib buruk," kata Chen Jiawei, seorang profesor di Beijing Normal University yang telah meneliti distribusi nama keluarga Tiongkok.

Alasan selanjutnya karena adanya sebuah femonema yang disebut dengan proses Galton-Watson, yakni punahnya nama keluarga yang terjadi secara alami. Hal ini biasanya terjadi dalam masyarakat patrilineal saat wanita mengambil nama belakang suami mereka dan meninggalkan nama keluarga.

"Misalnya, jika nama keluarga terkonsentrasi di daerah tertentu dan tidak ada cukup keturunan laki-laki, nama itu bisa menghilang secara alami," ungkap Chen.

Penyebab lain hilangnya marga adalah karena adanya kemajuan teknologi. Semua lini kehidupan saat ini bergantung pada teknologi seperti penggunaan aplikasi untuk membeli kebutuhan rumah tangga.

Nah masalahnya, karakter huruf Tiongkok yang bisa diinput ke berbagai aplikasi berbasis teknologi ini masih terbatas jumlahnya. Hanya ada sekitar 32.000 karakter yang dikodekan dalam database karakter Tiongkok, akibatnya menyisakan puluhan ribu karakter yang tidak terakomodir.

Penduduk Tiongkok dengan karakter huruf langka yang tidak kompatibel dengan sistem komputer mendorong banyak orang untuk mengubah nama mereka.

Warga Tiongkok tersebut kemudian memilih nama marga yang lazim digunakan di aplikasi. Ternyata semudah itu menyederhanakan sejarah panjang silsilah nama keluarga atas nama teknologi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES