Peristiwa Daerah UMKM Tangguh

Perajin Peci Kulit Kayu di Tasikmalaya Banjir Order Hingga Luar Negeri

Jumat, 30 April 2021 - 22:43 | 159.97k
Peci unik berbahan kulit kayu waru/honai hasil kreasi Endin Misbahudin (40) warga Kampung Gegerkalong, Desa Sukanagalih, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)
Peci unik berbahan kulit kayu waru/honai hasil kreasi Endin Misbahudin (40) warga Kampung Gegerkalong, Desa Sukanagalih, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)
FOKUS

UMKM Tangguh

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Perajin peci kulit kayu asal Kampung Gegerkalong, Desa Sukanagalih, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat di Bulan Suci Ramadan 1442 H kebanjiran pesanan.

Endin Misbahudin (40), perajin peci, mengungkapkan, banyaknya pesanan salah faktornya adalah keunikan bahan baku yang dipakai yaitu berbahan kulit kayu.

Advertisement

Peci-unik-berbahan-kulit-kayu-waru-honai-hasil-kreasi-Endin-Misbahudin-2.jpg

"Peci ini berbahan kulit kayu waru atau istilah orang Kalimantan dan Sulawesi disebut dengan kulit kayu honai, Alhamdulilah pesanan setiap harinya selalu datang sehingga tak pernah memiliki stok," ungkapnya kepada TIMES Indonesia, Jumat (30/4/21)

Ia mengisahkan hampir setahun yang lalu usaha kantong berbahan daun pandan dan peci berbahan mendong nyaris bangkrut karena terdampak pandemi covid-19 yang melanda usahanya.

Terinspirasi dari sisa bahan baku tas dari kulit kayu waru. pada minggu kedua April 2020 Endin mencoba memanfaatkan bahan sisa tersebut dijadikan sebuah peci. Berangkat dari sanalah kesuksesan berpihak pada dirinya.

Peci tersebut dipakai oleh seorang santri dari pesantren Miftahul Huda dan menjadi media promosi. Alhasil, peci buatannya menjadi barang buruan yang dicari orang khususnya para santri di kalangan pesantren.

Peci-unik-berbahan-kulit-kayu-waru-honai-hasil-kreasi-Endin-Misbahudin-3.jpg

Pesanan sebanyak 200 peci tiap hari tidak dapat terlayani karena jumlah pekerja yang berasal dari kalangan keluarga sebanyak enam orang, hanya mampu berproduksi sebanyak 70 peci per hari. Itu pun kadang-kadang kerja lembur sampai malam.

"Kalau pesanan sampai hari ini belum terpenuhi semua, tak satu pun stok peci yang tersisa, semuanya ditunggu oleh pemesan yang  banyak bertransaksi secara online," tandasnya.

Abdul Rohman (36) pekerja bagian produksi yang juga terlibat dalam memasarkan produk mengungkapkan produksi peci kulit kayu ini hampir seluruhnya di jual dengan online dan dibanderol berkisar di harga Rp35 ribu sampai Rp70 ribu.

"Saat ini ada sekitar 15 reseller yang berada di Kota Jakarta, Bandung, Cianjur, Purwakarta, dan Tangerang, mereka menjual secara online ke berbagai kota bahkan sebulan kemarin penjualan peci kulit kayu sampai ke negara Turki, Malaysia, Singapura," jelasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES