Mengenal Legenda Onom, Sang Penguasa Pulo Majeti Kota Banjar

TIMESINDONESIA, BANJAR – Legenda tentang Pulo Majeti Kota Banjar memang tidak bisa dipisahkan dengan Rawa Onom yang konon menguasai wilayah Pulo Majeti pada masanya.
Onom adalah sebutan untuk mahluk astral atau Siluman. Legenda Onom berasal sejak berlangsung masa kerajaan Galuh yang konon mempercayakan seorang patih untuk membangun wilayah baru di areal yang sekarang dikenal dengan sebutan Pulo Majeti.
Advertisement
Warga tengah berfoto di depan Situs Cagar Budaya Pulo Majeti (Foto:Susi/TIMES Indonesia)
Sang patih, Prabu Selang Kuning bersama istrinya, Ratu Gandawati Sanghiang Ingkang Garwa berhasil mengubah hutan dan rawa menjadi perkampungan lengkap dengan istana megahnya. Di sini, sang Prabu kemudian berhasrat untuk menjadi penguasa dan enggan menyerahkannya kepada kerajaan Galuh.
Demi menghindari konflik dengan Kerajaan Galuh, Prabu Selang Kuning kemudian mengajak rakyatnya untuk tilem sehingga mereka kemudian disebut sebagai bangsa siluman yang kemudian dikenal dengan sebutan Onom.
Konon, dalam keberhasilannya dalam memimpin tatar Galuh, keberadaan Onom secara tidak kasat mata digunakan Kanjeng Prebu sehingga Bupati ini pada masanya dikenal memiliki kekuatan spiritual yang cukup mumpuni.
Sampai sekarang, perkampungan Rawa Onom menjadi salah satu ikon mistis di Kota Banjar dengan Pulo Majeti sebagai Situs cagar budaya yang kini dijaga kelestariannya.
Warga setempat yang kini menempati wilayah di sekitar Situs Pulo Majeti dengan nama Lingkungan Siluman ini masih menjaga dan meyakini beberapa hal yang konon masih disakralkan.
Bahkan pada momen tertentu, di situs ini selalu diselenggarakan acara Hajat Bumi demi menjaga budaya dan tradisi yang tak lekang dimakan zaman.
Sampai sekarang, Pulo Majeti dipercayai memiliki kekuatan mistis dimana banyak peziarah dari luar kota Banjar bahkan luar Pulau Jawa yang berdatangan untuk melakukan petapaan atau ngalap berkah.
Diceritakan Encu, salah satu tukang ojek Stasiun Banjar yang pernah mengantar penumpang ke wilayah Pulo Majeti, dirinya sempat masuk ke dimensi lain usai menurunkan penumpangnya.
"Setelah menurunkan penumpang, saya kembali mengemudikan motor saya untuk pulang tapi tiba-tiba saya seperti memasuki sebuah perkampungan dimana ramai dengan manusia berkepala harimau dan dengan pakaian zaman kerajaan dulu," kisahnya kepada TIMES Indonesia.
Salah satu saung did alam situs Pulo Majeti, biasanya digunakan untuk pertapaan peziarah yang berniat ngalap berkah (Foto:Susi/TIMES Indonesia)
Encu sempat panik namun kemudian setelah membaca doa sebisa mungkin di dalam hati, akhirnya dia menemukan jalan yang sebelumnya dia lewati saat mengantarkan penumpangnya.
"Dari kejadian itu saya tidak berani mengantarkan penumpang malam-malam ke sana," kenangnya.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |